Dua Mata Pedang Internet
A
A
A
Pengguna internet di Indonesia terus meningkat. Tahun ini jumlah pengguna internet di Tanah Air mencapai lebih dari 82 juta orang. Peningkatan jumlah pengguna berbanding lurus dengan semakin mudahnya orang mengakses internet.
Saat ini banyak cara untuk mengakses internet. Kehadiran telepon pintar (smartphone) semakin mempermudah masyarakat mengakses internet. Semakin dekatnya internet membuat penggunaannya semakin masif. Masyarakat bisa bersosialisasi hingga berbisnis melalui smartphone yang mereka miliki.
Makin besarnya pengguna smartphone yang mengakses internet ini misalnya terlihat pada survei terbaru Baidu, perusahaan layanan web berbasis di China, yang menyebutkan 59,9% pengguna di Indonesia mengakses internet lewat smartphone. Survei bertema Explore the Mobile World in Indonesia dan dilakukan pada 2 September hingga 31 Oktober 2014 ini juga menunjukkan perilaku masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan internet.
Jejaring sosial menjadi situs yang paling banyak dikunjungi, yaitu 84,2% mengakses web pertemanan tersebut. Disusul situs pencarian yang diakses 65,7% pengguna. Sementara 39,2% menggunakan internet untuk membaca berita dan 38,9% untuk mengakses e-mail. Sementara itu ada 31,4% dan 30,7% pengguna yang memakai internet untuk menonton video dan bermain game. Sebagian lain menggunakan internet untuk mendengarkan musik dan mengakses blog. Smartphone “murah” menjadi penyumbang terbesar untuk mengakses internet. Banyak pengguna internet yang menggunakan smartphone dengan kisaran harga di bawah Rp3 juta.
Sekitar 87,3% pengguna ingin terus memperbarui smartphone mereka dengan sistem yang lebih baik. “Lebih dari 80% pengguna menggunakan smartphone dengan kisaran harga Rp1 juta hingga Rp3 juta,” kata Kemas Antonius, Product Manager Baidu Indonesia.
Semakin dekatnya internet dengan masyarakat di satu sisi merupakan sebuah hal positif, tetapi jika tidak digunakan dengan baik bisa menimbulkan hal negatif. Menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sepanjang tahun 2013 di Jakarta terjadi 6 kasus perdagangan seks anak yang menggunakan media online. Bahkan ditemukan prostitusi online, pornografi anak online.
Di Bandung juga ditemukan prostitusi anak online, web (blogspot) sengaja dibuat untuk memasarkan anak, dan dengan harga Rp500.000-1,5 juta, foto anak sengaja dipampang dalam web/ blog tersebut. Kasus kejahatan seksual online pada anak yang pelakunya warga asing banyak terjadi di Bali dan Batam.
Para warga asing ini mengunggah foto-foto porno dan menyebarkannya, beberapa kasus berhasil ditangani Unit Cybercrime Mabes Polri. Menurut Rita Pranawati, Komisioner KPAI, Facebook, Twitter, Blackberry Massenger menjadi modus baru dalam perdagangan seks anak dan praktik eksploitasi seksual anak lainnya.
“Data keseluruhan untuk korban kejahatan seksual online pada anak sulit didapat, tetapi kasus-kasus terjadi dan cenderung seiring dengan tingginya pemakaian internet dan smartphone,” ujar Rita. Dalam survei yang dilakukan KPAI, pada 2012 ada 87% anak-anak yang menonton media pornografi.
Angka ini meningkat menjadi 95% pada tahun lalu. Alasan mereka melihat media pornografi umumnya mengaku tidak sengaja (83%). Alasan lainnya adalah penasaran (8%), terpengaruh teman (4%), dan iseng (4%). Internet merupakan media yang paling banyak untuk menonton pornografi. Media lainnya yang dipergunakan adalah game, bioskop, VCD, dan lainnya.
Penggunaan untuk Bisnis Meningkat
Peningkatan penggunaan internet tidak hanya secara individual, tetapi juga institusi bisnis. Berdasarkan Survei Pengguna Internet Personal 2013 yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia(APJII), perhotelan merupakan sektor bisnis dengan persentase penggunaan internet terbesar.
Sekitar71,06% hotel menggunakan internet, sementara industri pengolahan mencapai 68,9%, dan restoran atau rumah makan sebesar 57,77%. Potensi penyediaan jasa koneksi internet terbesar adalah restoran/rumah makan sebesar 11,15% disusul industri pengolahan 8,65% dan hotel 3,53%.
Menurut APJII, sumber daya manusia di bidang teknologi informasi (TI) di sektor bisnis juga menarik untuk dicermati. Dibandingkan dengan seluruh pengguna internet di sektor bisnis, perhotelan menempati posisi pertama dalam kebutuhan SDM TI dengan angka 29,88%, sementara restoran/rumah makan dan industri pengolahan masing-masing 13,70% dan 13,34%.
Islahuddin
Saat ini banyak cara untuk mengakses internet. Kehadiran telepon pintar (smartphone) semakin mempermudah masyarakat mengakses internet. Semakin dekatnya internet membuat penggunaannya semakin masif. Masyarakat bisa bersosialisasi hingga berbisnis melalui smartphone yang mereka miliki.
Makin besarnya pengguna smartphone yang mengakses internet ini misalnya terlihat pada survei terbaru Baidu, perusahaan layanan web berbasis di China, yang menyebutkan 59,9% pengguna di Indonesia mengakses internet lewat smartphone. Survei bertema Explore the Mobile World in Indonesia dan dilakukan pada 2 September hingga 31 Oktober 2014 ini juga menunjukkan perilaku masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan internet.
Jejaring sosial menjadi situs yang paling banyak dikunjungi, yaitu 84,2% mengakses web pertemanan tersebut. Disusul situs pencarian yang diakses 65,7% pengguna. Sementara 39,2% menggunakan internet untuk membaca berita dan 38,9% untuk mengakses e-mail. Sementara itu ada 31,4% dan 30,7% pengguna yang memakai internet untuk menonton video dan bermain game. Sebagian lain menggunakan internet untuk mendengarkan musik dan mengakses blog. Smartphone “murah” menjadi penyumbang terbesar untuk mengakses internet. Banyak pengguna internet yang menggunakan smartphone dengan kisaran harga di bawah Rp3 juta.
Sekitar 87,3% pengguna ingin terus memperbarui smartphone mereka dengan sistem yang lebih baik. “Lebih dari 80% pengguna menggunakan smartphone dengan kisaran harga Rp1 juta hingga Rp3 juta,” kata Kemas Antonius, Product Manager Baidu Indonesia.
Semakin dekatnya internet dengan masyarakat di satu sisi merupakan sebuah hal positif, tetapi jika tidak digunakan dengan baik bisa menimbulkan hal negatif. Menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sepanjang tahun 2013 di Jakarta terjadi 6 kasus perdagangan seks anak yang menggunakan media online. Bahkan ditemukan prostitusi online, pornografi anak online.
Di Bandung juga ditemukan prostitusi anak online, web (blogspot) sengaja dibuat untuk memasarkan anak, dan dengan harga Rp500.000-1,5 juta, foto anak sengaja dipampang dalam web/ blog tersebut. Kasus kejahatan seksual online pada anak yang pelakunya warga asing banyak terjadi di Bali dan Batam.
Para warga asing ini mengunggah foto-foto porno dan menyebarkannya, beberapa kasus berhasil ditangani Unit Cybercrime Mabes Polri. Menurut Rita Pranawati, Komisioner KPAI, Facebook, Twitter, Blackberry Massenger menjadi modus baru dalam perdagangan seks anak dan praktik eksploitasi seksual anak lainnya.
“Data keseluruhan untuk korban kejahatan seksual online pada anak sulit didapat, tetapi kasus-kasus terjadi dan cenderung seiring dengan tingginya pemakaian internet dan smartphone,” ujar Rita. Dalam survei yang dilakukan KPAI, pada 2012 ada 87% anak-anak yang menonton media pornografi.
Angka ini meningkat menjadi 95% pada tahun lalu. Alasan mereka melihat media pornografi umumnya mengaku tidak sengaja (83%). Alasan lainnya adalah penasaran (8%), terpengaruh teman (4%), dan iseng (4%). Internet merupakan media yang paling banyak untuk menonton pornografi. Media lainnya yang dipergunakan adalah game, bioskop, VCD, dan lainnya.
Penggunaan untuk Bisnis Meningkat
Peningkatan penggunaan internet tidak hanya secara individual, tetapi juga institusi bisnis. Berdasarkan Survei Pengguna Internet Personal 2013 yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia(APJII), perhotelan merupakan sektor bisnis dengan persentase penggunaan internet terbesar.
Sekitar71,06% hotel menggunakan internet, sementara industri pengolahan mencapai 68,9%, dan restoran atau rumah makan sebesar 57,77%. Potensi penyediaan jasa koneksi internet terbesar adalah restoran/rumah makan sebesar 11,15% disusul industri pengolahan 8,65% dan hotel 3,53%.
Menurut APJII, sumber daya manusia di bidang teknologi informasi (TI) di sektor bisnis juga menarik untuk dicermati. Dibandingkan dengan seluruh pengguna internet di sektor bisnis, perhotelan menempati posisi pertama dalam kebutuhan SDM TI dengan angka 29,88%, sementara restoran/rumah makan dan industri pengolahan masing-masing 13,70% dan 13,34%.
Islahuddin
(bbg)