Keamanan di AS Diperketat
A
A
A
FERGUSON - Pengamanan terhadap 170 kota di Amerika Serikat (AS) diperketat untuk mengantisipasi aksi demonstrasi yang terus meluas pada Selasa (25/11) waktu setempat.
Gubernur Missouri Jay Nixon mengungkapkan, 2.200 pasukan Garda Nasional diterjunkan untuk mengamankan demonstran. Jumlah ini tiga kali lipat dari sebelumnya yang hanya berjumlah 700 pasukan. Mereka dikerahkan untuk menunjang kekuatan aparat kepolisian karena tidak mampu mengendalikan massa yang semakin beringas. Demonstran membakar puluhan gedung dan mobil polisi di wilayah St Louis, Kota Ferguson, Missouri, yang menjadi titik pusat aksi demonstrasi.
Mereka juga menjarah toko makanan. Tak ingin kerusuhan semakin berkepanjangan, aparat keamanan mendeklarasikan bahwa demonstrasi sebagai hal terlarang. “Kehidupan dan properti warga harus dilindungi. Komunitas ini membutuhkan perdamaian,” kata Gubernur Nixon, dikutip AFP .
Polisi menangkap sedikitnya 44 orang selama kerusuhan pada hari kedua. Sebelumnya, pada Senin (25/11) lalu, polisi juga menangkap 61 demonstran. Mereka yang ditangkap umumnya karena melakukan tindakan vandalisme, penjarahan, dan provokasi kekerasan. Ratusan pengunjuk rasa di kantor polisi Ferguson dibubarkan paksa. Mereka membentangkan spanduk bertulisan, “Kami tidak akan diam”.
Mereka memilih bertahan di balai kota. Demonstran menganggap keputusan pengadilan tidak adil karena tidak mendakwa polisi kulit putih, Darren Wilson, yang menembak mati remaja kulit hitam, Michael Brown, 18, Agustus lalu. Sementara, ribuan demonstran di New York berusaha menutup jalan.
Aksi itu berimbas pada penangkapan puluhan orang yang dianggap provokator. Di Washington puluhan orang masih bertahan di luar Gedung Putih untuk menuntut pemerintah ikut bertanggung jawab atas ketidakadilan hukum. Aksi serupa juga merambah kota-kota seperti Oakland dan Seattle di pantai barat hingga Atlanta, Philadelphia, dan Baltimore di pantai timur.
Sekitar 500 orang, termasuk keluarga dan anak-anak, ikut berdemonstrasi di kantor polisi Los Angeles. Di Portland dan Denver, polisi menembakkan semprotan merica ke arah demonstran. CNN melaporkan, sebanyak 170 aksi demonstrasi dalam skala kecil maupun besar melanda AS. Presiden AS Barack Obama menyerukan agar para perusuh diadili.
Dia memahami frustrasi yang telah mengakar pada kelompok minoritas yang merasakan ketidakadilan polisi. “Ada cara-cara tidak produktif dalam merespons dan mengekspresikan kefrustrasian dengan caracara yang merusak. Membakar gedung, mobil, menghancurkan properti, dan menjadikan banyak orang dalam bahaya, itu adalah tindakan kriminal,” tegasnya.
Keputusan pengadilan yang membebaskan Darren Wilson juga mendapatkan protes dari keluarga korban. “Proses ini telah terhenti. Proses ini harus didakwakan,” kata pengacara keluarga Brown, Benjamin Crump, dikutip Reuters. Dia memprotes pengujian bersilang ketika Wilson muncul sebelum diperiksa juri.
Pertama kali sejak insiden penembakan pada 9 Agustus, Wilson mengungkapkan ketakutannya ketika konfrontasi dengan Brown. Dia yakin Brown berusaha menembaknya. “Saya merasa, dia (Brown) mencoba merebut senjata saya dan ingin menembak saya dengan senjata saya,” kata Wilson. Dia menggambarkan Brown sebagai “orang kuat” seperti pegulat Hulk Hogan.
“Dia ingin membunuh saya,” ungkap Wilson. Ketika ditanya apakah Wilson akan menembak jika Brown adalah warga kulit putih? Wilson memilih tidak menjawab. Dalam wawancara dengan ABC News, Wilson menganggap tindakan membunuh Brown merupakan hal yang tepat.
“Saya tidak berpikir itu tindakan yang salah. Itu sesuatu yang seharusnya terjadi,” tegasnya. Dia yakin melakukan pekerjaannya dengan benar. Seorang pejuang hak-hak sipil, Al Sharpton, mengungkapkan bahwa kasus ini menunjukkanperlunya akuntabilitaspolisi. “Ini bukan kasus Ferguson semata. Ini permasalahan di seluruh negeri ini,” pungkas Sharpton.
Andika hendra m
Gubernur Missouri Jay Nixon mengungkapkan, 2.200 pasukan Garda Nasional diterjunkan untuk mengamankan demonstran. Jumlah ini tiga kali lipat dari sebelumnya yang hanya berjumlah 700 pasukan. Mereka dikerahkan untuk menunjang kekuatan aparat kepolisian karena tidak mampu mengendalikan massa yang semakin beringas. Demonstran membakar puluhan gedung dan mobil polisi di wilayah St Louis, Kota Ferguson, Missouri, yang menjadi titik pusat aksi demonstrasi.
Mereka juga menjarah toko makanan. Tak ingin kerusuhan semakin berkepanjangan, aparat keamanan mendeklarasikan bahwa demonstrasi sebagai hal terlarang. “Kehidupan dan properti warga harus dilindungi. Komunitas ini membutuhkan perdamaian,” kata Gubernur Nixon, dikutip AFP .
Polisi menangkap sedikitnya 44 orang selama kerusuhan pada hari kedua. Sebelumnya, pada Senin (25/11) lalu, polisi juga menangkap 61 demonstran. Mereka yang ditangkap umumnya karena melakukan tindakan vandalisme, penjarahan, dan provokasi kekerasan. Ratusan pengunjuk rasa di kantor polisi Ferguson dibubarkan paksa. Mereka membentangkan spanduk bertulisan, “Kami tidak akan diam”.
Mereka memilih bertahan di balai kota. Demonstran menganggap keputusan pengadilan tidak adil karena tidak mendakwa polisi kulit putih, Darren Wilson, yang menembak mati remaja kulit hitam, Michael Brown, 18, Agustus lalu. Sementara, ribuan demonstran di New York berusaha menutup jalan.
Aksi itu berimbas pada penangkapan puluhan orang yang dianggap provokator. Di Washington puluhan orang masih bertahan di luar Gedung Putih untuk menuntut pemerintah ikut bertanggung jawab atas ketidakadilan hukum. Aksi serupa juga merambah kota-kota seperti Oakland dan Seattle di pantai barat hingga Atlanta, Philadelphia, dan Baltimore di pantai timur.
Sekitar 500 orang, termasuk keluarga dan anak-anak, ikut berdemonstrasi di kantor polisi Los Angeles. Di Portland dan Denver, polisi menembakkan semprotan merica ke arah demonstran. CNN melaporkan, sebanyak 170 aksi demonstrasi dalam skala kecil maupun besar melanda AS. Presiden AS Barack Obama menyerukan agar para perusuh diadili.
Dia memahami frustrasi yang telah mengakar pada kelompok minoritas yang merasakan ketidakadilan polisi. “Ada cara-cara tidak produktif dalam merespons dan mengekspresikan kefrustrasian dengan caracara yang merusak. Membakar gedung, mobil, menghancurkan properti, dan menjadikan banyak orang dalam bahaya, itu adalah tindakan kriminal,” tegasnya.
Keputusan pengadilan yang membebaskan Darren Wilson juga mendapatkan protes dari keluarga korban. “Proses ini telah terhenti. Proses ini harus didakwakan,” kata pengacara keluarga Brown, Benjamin Crump, dikutip Reuters. Dia memprotes pengujian bersilang ketika Wilson muncul sebelum diperiksa juri.
Pertama kali sejak insiden penembakan pada 9 Agustus, Wilson mengungkapkan ketakutannya ketika konfrontasi dengan Brown. Dia yakin Brown berusaha menembaknya. “Saya merasa, dia (Brown) mencoba merebut senjata saya dan ingin menembak saya dengan senjata saya,” kata Wilson. Dia menggambarkan Brown sebagai “orang kuat” seperti pegulat Hulk Hogan.
“Dia ingin membunuh saya,” ungkap Wilson. Ketika ditanya apakah Wilson akan menembak jika Brown adalah warga kulit putih? Wilson memilih tidak menjawab. Dalam wawancara dengan ABC News, Wilson menganggap tindakan membunuh Brown merupakan hal yang tepat.
“Saya tidak berpikir itu tindakan yang salah. Itu sesuatu yang seharusnya terjadi,” tegasnya. Dia yakin melakukan pekerjaannya dengan benar. Seorang pejuang hak-hak sipil, Al Sharpton, mengungkapkan bahwa kasus ini menunjukkanperlunya akuntabilitaspolisi. “Ini bukan kasus Ferguson semata. Ini permasalahan di seluruh negeri ini,” pungkas Sharpton.
Andika hendra m
(bbg)