RI Butuh Lebih Banyak Entrepreneur

Kamis, 27 November 2014 - 11:01 WIB
RI Butuh Lebih Banyak...
RI Butuh Lebih Banyak Entrepreneur
A A A
JAKARTA - Masih minimnya entrepreneur atau wirausaha di Indonesia dikhawatirkan mempengaruhi perkembangan ekonomi. Pemerintah perlu mendorong tumbuhnya entrepreneur baru terutama menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.

Tentu Indonesia tidak ingin menjadi penonton di negeri sendiri. CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) giat mendorong generasi muda agar tertarik menjadi entrepreneur. Menurut dia, Indonesia perlu lebih banyak entrepreneur. Apalagi pada saat ini, jumlah wirausaha di Indonesia masih sedikit.

“Saya sangat mendorong generasi muda untuk tertarik menjadi entrepreneur,” ucap HT di sela-sela acara CEO Talks di Kampus President University, Kota Jababeka Bekasi, kemarin. Acara itu dihadiri sekitar 400 mahasiswa. Dia mengatakan, beberapa kendala dari minimnya jumlah wirausaha di Indonesia lantaran masih kurangnya keberanian untuk melangkah.

Padahal, untuk menjadi entrepreneur harus berani melangkah, membayar harga, dan berkorban. Itu semua harus ditanamkan di kalangan anak-anak muda Indonesia. Supaya generasi muda Indonesia bisa melangkah ke situ. Menjadi entrepreneur jugaharus memiliki misi.

Misalkan saja ingin menjadi apa, terjun di bidang apa, harus tahu apa tujuannya. Tidak menjadi follower juga merupakan karakter yang harus dimiliki seorang entrepreneur. Dia mencontohkan, perusahaan properti di Indonesia banyak yang membangun apartemen, mal, ataupun perkantoran.

Jika hanya mengikuti dengan membangun properti semacam itu tentu perkembangan usaha tidak akan melebihi perusahaan properti yang sudah ada. Karena itu MNC Group membangun properti yang berhubungan dengan bisnis media. Seperti membangun theme park di Lido, Jawa Barat, dan kawasan pariwisata terpadu di Bali.

Hal itu dilakukan agar jumlah wirausaha di Indonesia terus bertambah membutuhkan dukungan. Dia memberikan contoh, pada saat ini lebih dari 50 juta UMKM di Indonesia yang memerlukan bantuan pendanaan. Namun, bunga yang dikenakan perbankan tinggi sekali, bisa lebih dari 13%.

“Justru harusnya lebih murah untuk mereka. Supaya mereka yang mikro menjadi kecil. Kecil menjadi menengah. Menengah menjadi besar,” imbuh HT. Apalagi kalau bank milik pemerintah beranggapan UMKM tersebut tidak layak memperoleh kredit, maka pelaku UMKM akan lari ke BPR dengan bunga jauh lebih tinggi.

Jika masih dianggap tidak memenuhi syarat, padahal sebenarnya memiliki potensi tumbuh dan berkembang, bank gelap akan menjadi alternatif pembiayaan. Walaupun sebenarnya pelaku UMKM tersebut menyadari bisa dikenakan bunga hingga 100% per tahun. Itulah sebabnya, pemerintah harus mempunyai program agar UMKM bisa mempunyai akses ke permodalan dengan mudah dan murah.

Vice Rektor I President University Witono mengakui ada beberapa hal yang menyebabkan belum banyaknya wirausaha di Indonesia. Salah satunya pengetahuan yang masih terbatas. Menurutnya, dengan penggabungan keyakinan yang teguh, visi yang benar dan kecepatan yang tinggi, menjadi entrepreneur sukses bukanlah sesuatu yang sulit dicapai.

Hermansah/Abdullah m surjaya
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9120 seconds (0.1#10.140)