Distro ala Selebritas

Senin, 24 November 2014 - 13:15 WIB
Distro ala Selebritas
Distro ala Selebritas
A A A
Bisnis distro (distributor outlet) yang semakin menggeliat saat ini menarik sejumlah selebritas dalam negeri untuk terjun menekuni bidang ini. Meski menjalani profesi sebagai wirausaha sangat berbeda dengan menjadi selebritas, mereka optimistis bisa mendapatkan keuntungan berlipat dengan memanfaatkan pasar kelompok muda.

Beberapa artis Indonesia mulai berlomba-lomba mencoba peruntungan lewat bisnis distro. Di antara mereka terdapat Daniel Mananta (VJ) dan Satriyo Yudi Wahono alias Piyu (gitaris grup band Padi). Produk-produk yang dipasarkan sangat beragam, mulai kaos, tas, hingga aksesori.

Publik tentu tidak asing dengan nama Daniel Mananta, 33. Dia adalah artis, presenter, dan VJ (video jockie ) yang kerap muncul di layar kaca Indonesia. Siapa yang sangka jika pria kelahiran Jakarta, 14 Agustus 1981 ini punya aktivitas lain selain menjadi selebritas. Sehari-hari dia bergelut dengan bisnis distro yang didirikannya sejak 2008 silam.

Daniel mendirikan Distro bemerek Damn! I Love Indonesia (DILI), dengan menawarkan beberapa produk, seperti kaos, tas, topi, serta sejumlah produk fashion dan aksesori menarik lainnya. Harga kaos dipatok mulai Rp195.000 hingga Rp235.000, sementara harga jaket ada yang Rp475.000 sampai Rp695.000.

Setelah 6 tahun berdiri, brand DILI kini sudah banyak dikenal orang. Dalam waktu tiga bulan saja, produksi kaos bermerek DILI bisa mencapai 20.000 potong. Sementara, dalam sebulan kaos dengan desain yang sama diproduksi sebanyak 2.000 potong. “Jadi orang bisa menghitung-hitung sendiri keuntungannya,” papar Daniel kepada KORAN SINDO kemarin.

Bahkan outlet yang mulanya hanya ada satu, setiap tahun terus mengalami penambahan. “Saat ini kita sudah memiliki 9 outlet , di antaranya 4 outlet di Jakarta, dua di Surabaya, dan masing - masing satu berada di Makassar, Bali, dan Bandara Internasional Soekarno Hatta,” kata Daniel.

Dalam waktu dekat Daniel berencana membuka satu outlet baru di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, serta 4 outlet di luar Jakarta, dan satu di Jakarta. Dia memiliki target setidaknya bisa mendirikan 3-4 outlet baru setiap tahun. “Berapa profitnya setiap tahun, itu tidak pasti. Namun yang jelas, produk-produk DILI sangat diminati kalangan anak muda,” ucap Daniel.

Menurut pengakuan Daniel, bisnis distro yang digelutinya ini bukan semata ingin mencari keuntungan. Masyarakat bisa menilai sendiri bahwa brand DILI sangat mengedepankan keunggulan budaya lokal. Melalui produk yang dipasarkannya, dia berharap bisa turut mempromosikan kearifan lokal dan menyebarkan benih-benih cinta Indonesia di kalangan remaja.

Lebih dari itu, harapan ke depan Daniel bersama bisnisnya tersebut ialah mengenalkan keunggulan-keunggulan Indonesia ke masyarakat global. Karena itu, dari setiap desain atau gambar produknya selalu diberikan informasi singkat mengenai filosofi gambar tertentu dalam bahasa Inggris. “Dengan cara seperti ini ternyata efektif mengenalkan budaya Indonesia. Saya rasa, kami melakukan sesuatu yang benar,” tutur Daniel.

Dia menceritakan, pernah suatu ketika menjumpai WNA memakai kaos DILI bergambar RA Kartini di bandara Singapura. Dia pun penasaran dan menghampirinya untuk sekedar menanyakan apakah dia mengenali tokoh perempuan di desain kaosnya. Betapa terkejutnya Daniel, ternyata si WNA tersebut bisa menjelaskan siapa sosok Kartini.

Dia mengatakan, sebelum mengenakan kaos tersebut, saat menyeterika bagian dalam dan membaca informasi mengenai Kartini. Dalam strategi pemasaran, Daniel tidak hanya menjual produk-produk DILI lewat sejumlah outlet yang didirikannya, tetapi juga dipasarkan melalui online.

Pemasaran dilakukan lewat website resmi dan media sosial, sepeti Facebook dan Twitter. “Sekarang ini saya khawatir dengan pembajakan yang membuat citra brand yang dibajak jatuh. Target market saya adalah kelas A dan B dan toko kami pun berada di mal kelas B+, sementara produk bajakan dipasarkan di toko-toko jalanan yang suasananya gerah,” jelas Daniel.

Selain Daniel, artis lain yang menekuni bisnis distro adalah Piyu. Pada akhir tahun lalu Piyu menyelenggarakan grand opening untuk bisnis distronya dengan merek DeHub . Menurutnya, distro DeHub menawarkan konsep yang berbeda dibanding yang sudah ada selama ini. Sebab selain menjajakan beragam pakaian dan beragam aksesori dengan brand-brand lokal kenamaan, distro ini juga bisa menjadi tempat nongkrong atau kumpul-kumpul anak-anak muda.

Untuk menarik pengunjung atau pembeli, distro ini menyediakan panggung musik yang setiap akhir pekan menampilkan musisi maupun grup band. DeHub juga menawarkan suasana yang berbeda dengan keberadaan coffe shop yaitu Coffee Junkie.

Afi Muthohirin
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6480 seconds (0.1#10.140)