Jadikan Tantangan sebagai Pelajaran
A
A
A
Pola pendidikan yang diberikan di dalam kelas saat ini dinilai makin sulit menghasilkan sumber daya manusia berkualitas. Apalagi jika para siswa tidak pernah dihadapkan pada tantangan riil di lapangan.
Tantangan akan semakin ketat, sebab persaingan akan diramaikan dengan SDM yang berasal dari berbagai negara.
Ironisnya, selama ini Indonesia masih dihadapkan dengan jumlah pengangguran terdidik yang cukup besar.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2014, lulusan S- 1 yang belum bekerja sebesar 14,2% dan ada 15,7% menyandang gelar diploma yang belum menemukan pekerjaan. Angka ini jauh lebih besar dibanding lulusan SMP dan SMA yang masingmasing sebesar 7,6% dan 11,9%. SDM Indonesia dituntut mengeluarkan kemampuan terbaik mereka guna menghadapi persaingan yang ada.
Upaya mengeluarkan kemampuan terbaik ini tidak bisa dihadapi dengan cara menyerap teori sebanyak mungkin, namun dengan langsung berhadapan dengan tantangan yang ada. Tantangan yang dihadapi harus lebih berat dibanding dengan kemampuan yang selama ini mereka tunjukkan. Hal ini perlu dilakukan agar para SDM Indonesia memiliki kemampuan saat berhadapan dengan tingkat persaingan yang makin ketat ke depan.
Apalagi dengan makin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat semua bangsa di dunia termasuk Indonesia, mau tidak mau terlibat dalam suatu tatanan global yang seragam, termasuk pola hubungan dan pergaulan yang seragam khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu masyarakat Indonesia dituntut berubah sejalan dengan perkembangan teknologi.
Terlebih, SDM merupakan salah satu faktor kunci dalam persaingan global. Bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini diabaikan. Pendiri Rumah Perubahan Rhenald Kasali mempunyai strategi unik guna memunculkan potensi besar yang ada pada anak didik.
Caranya adalah dengan merangsang mereka mengeluarkan kemampuan yang sebelumnya mungkin belum terpikirkan. Strategi ini dipraktikkan Rhenald dengan cara mengirim sekitar 30 anak didiknya di Universitas Indonesia ke beberapa negara. Mereka harus bisa bertahan dan tetap survive di negara yang dituju walaupun dengan modal yang minim dan terbukti berhasil. “Saya minta mereka pergi ke seluruh dunia,” kata Rhenald.
Menurut Rhenald, semua orang perlu ditantang untuk menyelesaikan ujian hidup yang sebelumnya tidak pernah mereka rasakan. Prestasi tidak akan pernah tercapai jika hanya mengandalkan ceramah di dalam kelas atau nilai-nilai di atas kertas. Sebagai seorang guru besar, merasa berkewajiban mendekatkan mahasiswa dengan realitas dan tantangan dalam dunia nyata. Rhenald juga memosisikan dekat dengan semua mahasiswanya agar bisa lebih efektif memberikan berbagai bentuk pembelajaran.
Model pembelajaran yang diberikan Rhenald ditujukan pada semangat perubahan. “Pada dasarnya, semua orang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan, begitu juga dengan seluruh SDM Indonesia,” ujarnya. Namun, kadang potensi sejumlah SDM Indonesia tidak bisa keluar karena tidak adanya kepercayaan diri. Kondisi ini tidak mendukung mereka saat menghadapi tantangan global seperti komunitas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan datang.
Menurut Direktur Human Resources Unilever Indonesia Enny Sampurno, sebenarnya SDM Indonesia mempunyai potensi besar untuk bersaing dengan negara lain. Hal ini terbukti dengan banyak orang Indonesia yang mempunyai posisi penting di sejumlah perusahaan multinasional, baik yang ada di Indonesia maupun negara lain. Menurut Enny, ketika bersaing dan bekerja dengan orang asing perlu percaya diri sekaligus tetap terbuka untuk menerima masukan dan belajar tentang sesuatu yang baru.
“Yang dipentingkan adalah selalu open mind dan tetap confident dengan persaingan yang ada,” kata Enny. Enny mengakui kadang sebagian orang Indonesia ragu dengan kemampuan bahasa inggris yang dimiliki. Mereka ragu bahasa yang dipergunakan tidak dimengerti, padahal kemampuan bahasa inggris asing belum tentu lebih bagus, terutama mereka yang sehari-hari memang tidak berkomunikasi dengan bahasa Inggris di negaranya.
Menurut Enny, saat memasuki dunia kerja orang juga harus menyesuaikan dengan kultur dan budaya yang ada. Sebagian masyarakat Indonesia kadang masih tidak terbiasa dengan budaya debat dan masih memegang budaya ewuh pakewuh. “Dalam dunia kerja kadang orang berdebat keras saat rapat dan terkesan bertengkar. Padahal ketika rapat selesai mereka berhubungan seperti biasa seperti tidak pernah terjadi debat sengit. Orang Indonesia kadang sungkan untuk berdebat, apalagi sampai terlalu sengit,” kata Enny.
Pemberlakuan MEA tahun depan seharusnya dipandang sebagai sebuah kesempatan untuk bersaing secara global. Momen MEA juga bisa dijadikan momentum bagi semua lembaga pendidikan untuk mempersiapkan anak didik mereka agar mampu bersaing di kawasan regional.
Islahuddin
Tantangan akan semakin ketat, sebab persaingan akan diramaikan dengan SDM yang berasal dari berbagai negara.
Ironisnya, selama ini Indonesia masih dihadapkan dengan jumlah pengangguran terdidik yang cukup besar.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2014, lulusan S- 1 yang belum bekerja sebesar 14,2% dan ada 15,7% menyandang gelar diploma yang belum menemukan pekerjaan. Angka ini jauh lebih besar dibanding lulusan SMP dan SMA yang masingmasing sebesar 7,6% dan 11,9%. SDM Indonesia dituntut mengeluarkan kemampuan terbaik mereka guna menghadapi persaingan yang ada.
Upaya mengeluarkan kemampuan terbaik ini tidak bisa dihadapi dengan cara menyerap teori sebanyak mungkin, namun dengan langsung berhadapan dengan tantangan yang ada. Tantangan yang dihadapi harus lebih berat dibanding dengan kemampuan yang selama ini mereka tunjukkan. Hal ini perlu dilakukan agar para SDM Indonesia memiliki kemampuan saat berhadapan dengan tingkat persaingan yang makin ketat ke depan.
Apalagi dengan makin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat semua bangsa di dunia termasuk Indonesia, mau tidak mau terlibat dalam suatu tatanan global yang seragam, termasuk pola hubungan dan pergaulan yang seragam khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu masyarakat Indonesia dituntut berubah sejalan dengan perkembangan teknologi.
Terlebih, SDM merupakan salah satu faktor kunci dalam persaingan global. Bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini diabaikan. Pendiri Rumah Perubahan Rhenald Kasali mempunyai strategi unik guna memunculkan potensi besar yang ada pada anak didik.
Caranya adalah dengan merangsang mereka mengeluarkan kemampuan yang sebelumnya mungkin belum terpikirkan. Strategi ini dipraktikkan Rhenald dengan cara mengirim sekitar 30 anak didiknya di Universitas Indonesia ke beberapa negara. Mereka harus bisa bertahan dan tetap survive di negara yang dituju walaupun dengan modal yang minim dan terbukti berhasil. “Saya minta mereka pergi ke seluruh dunia,” kata Rhenald.
Menurut Rhenald, semua orang perlu ditantang untuk menyelesaikan ujian hidup yang sebelumnya tidak pernah mereka rasakan. Prestasi tidak akan pernah tercapai jika hanya mengandalkan ceramah di dalam kelas atau nilai-nilai di atas kertas. Sebagai seorang guru besar, merasa berkewajiban mendekatkan mahasiswa dengan realitas dan tantangan dalam dunia nyata. Rhenald juga memosisikan dekat dengan semua mahasiswanya agar bisa lebih efektif memberikan berbagai bentuk pembelajaran.
Model pembelajaran yang diberikan Rhenald ditujukan pada semangat perubahan. “Pada dasarnya, semua orang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan, begitu juga dengan seluruh SDM Indonesia,” ujarnya. Namun, kadang potensi sejumlah SDM Indonesia tidak bisa keluar karena tidak adanya kepercayaan diri. Kondisi ini tidak mendukung mereka saat menghadapi tantangan global seperti komunitas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan datang.
Menurut Direktur Human Resources Unilever Indonesia Enny Sampurno, sebenarnya SDM Indonesia mempunyai potensi besar untuk bersaing dengan negara lain. Hal ini terbukti dengan banyak orang Indonesia yang mempunyai posisi penting di sejumlah perusahaan multinasional, baik yang ada di Indonesia maupun negara lain. Menurut Enny, ketika bersaing dan bekerja dengan orang asing perlu percaya diri sekaligus tetap terbuka untuk menerima masukan dan belajar tentang sesuatu yang baru.
“Yang dipentingkan adalah selalu open mind dan tetap confident dengan persaingan yang ada,” kata Enny. Enny mengakui kadang sebagian orang Indonesia ragu dengan kemampuan bahasa inggris yang dimiliki. Mereka ragu bahasa yang dipergunakan tidak dimengerti, padahal kemampuan bahasa inggris asing belum tentu lebih bagus, terutama mereka yang sehari-hari memang tidak berkomunikasi dengan bahasa Inggris di negaranya.
Menurut Enny, saat memasuki dunia kerja orang juga harus menyesuaikan dengan kultur dan budaya yang ada. Sebagian masyarakat Indonesia kadang masih tidak terbiasa dengan budaya debat dan masih memegang budaya ewuh pakewuh. “Dalam dunia kerja kadang orang berdebat keras saat rapat dan terkesan bertengkar. Padahal ketika rapat selesai mereka berhubungan seperti biasa seperti tidak pernah terjadi debat sengit. Orang Indonesia kadang sungkan untuk berdebat, apalagi sampai terlalu sengit,” kata Enny.
Pemberlakuan MEA tahun depan seharusnya dipandang sebagai sebuah kesempatan untuk bersaing secara global. Momen MEA juga bisa dijadikan momentum bagi semua lembaga pendidikan untuk mempersiapkan anak didik mereka agar mampu bersaing di kawasan regional.
Islahuddin
(ars)