Perdamaian Thailand Bisa Terwujud dengan Dialog
A
A
A
JAKARTA - Perundingan merupakan langkah yang harus diambil pemerintah Thailand dan kelompok yang bermasalah di Thailand Selatan. Sebab setiap perundingan akan membuahkan hasil positif meski belum tentu 100%.
Rektor Universitas Fatoni, Thailand, Asisten Profesor Ismaillutfi Japakiya mengatakan, perundingan atau dialog sebaiknya tidak dilakukan hanya sekali, tapi berulangkali agar perdamaian sebenarnya dapat tercapai. “Walau sudah berjaya, Filipina juga belum berhenti melakukan perundingan,” ujar Japakiya kepada KORAN SINDO dalam acara Forum Perdamaian Dunia Ke-5 di Jakarta kemarin.
Pemerintah Thailand pernah berencana kembali menggelar perundingan dan perjanjian perdamaian dengan kelompok bersenjata setelah beberapa kali gagal. Namun, Perdana Menteri (PM) Thailand Prayuth Chan-ocha dilaporkan akan menunda proses itu sampai pemerintahan demokratis dibentuk pada 2015.
Japakiya menilai perundingan perlu dilakukan, terlepas cepat atau lambat, agar pemerintah dan kelompok yang bermasalah bisa menyelesaikan perbedaan pendapat. Menurut Japakiya, pemerintah dan masyarakat Thailand perlu bersatu dalam tiga alas yakni alas perdamaian, kejayaan, dan kemajuan negara.
Ketidak sepahaman di berbagai bidang sering menjadi faktor utama dalam memicu konflik di berbagai negara, termasuk Thailand. Situasi semakin sulit dikendalikan karena beberapa pihak enggan menanggalkan ego masing-masing. Menurut Japakiya, proses perdamaian akan tercapai jika semua pihak serius.
Beberapa waktu lalu Pemerintah Thailand berencana mengirimkan kembali senjata api kepada para penjaga di bagian selatan yang terkadang direbut kelompok separatis. Kebijakan itu membuat Japakiya khawatir. “Saya pikir itu akan menambahkan api lagi dan perlu dihentikan. Apalagi sifat api merusak,” kata Japakiya.
Pembicara lain dalam Forum Perdamaian Dunia Ke-5, Dr Sukree Langputeh, mengatakan, Chan-ocha akan memerhatikan dengan baik situasi di Thailand Selatan. “Saya yakin Chan-ocha juga ingin melihat negaranya damai. Saya yakin semua orang membutuhkan perdamaian,” ungkap Wakil Rektor Universitas Fatoni itu.
Langputeh tidak terkejut jika proses perjanjian perdamaian di Thailand sulit dilakukan. Situasi terkadang selalu berubah pada setiap saat. Namun, dia sangat optimistis Thailand akan berhasil menyelesaikan konflik dengan kelompok bersenjata. “Jika memungkinkan, perjanjian perdamaian mungkin akan dilakukan secepatnya,” katanya.
Muh shamil
Rektor Universitas Fatoni, Thailand, Asisten Profesor Ismaillutfi Japakiya mengatakan, perundingan atau dialog sebaiknya tidak dilakukan hanya sekali, tapi berulangkali agar perdamaian sebenarnya dapat tercapai. “Walau sudah berjaya, Filipina juga belum berhenti melakukan perundingan,” ujar Japakiya kepada KORAN SINDO dalam acara Forum Perdamaian Dunia Ke-5 di Jakarta kemarin.
Pemerintah Thailand pernah berencana kembali menggelar perundingan dan perjanjian perdamaian dengan kelompok bersenjata setelah beberapa kali gagal. Namun, Perdana Menteri (PM) Thailand Prayuth Chan-ocha dilaporkan akan menunda proses itu sampai pemerintahan demokratis dibentuk pada 2015.
Japakiya menilai perundingan perlu dilakukan, terlepas cepat atau lambat, agar pemerintah dan kelompok yang bermasalah bisa menyelesaikan perbedaan pendapat. Menurut Japakiya, pemerintah dan masyarakat Thailand perlu bersatu dalam tiga alas yakni alas perdamaian, kejayaan, dan kemajuan negara.
Ketidak sepahaman di berbagai bidang sering menjadi faktor utama dalam memicu konflik di berbagai negara, termasuk Thailand. Situasi semakin sulit dikendalikan karena beberapa pihak enggan menanggalkan ego masing-masing. Menurut Japakiya, proses perdamaian akan tercapai jika semua pihak serius.
Beberapa waktu lalu Pemerintah Thailand berencana mengirimkan kembali senjata api kepada para penjaga di bagian selatan yang terkadang direbut kelompok separatis. Kebijakan itu membuat Japakiya khawatir. “Saya pikir itu akan menambahkan api lagi dan perlu dihentikan. Apalagi sifat api merusak,” kata Japakiya.
Pembicara lain dalam Forum Perdamaian Dunia Ke-5, Dr Sukree Langputeh, mengatakan, Chan-ocha akan memerhatikan dengan baik situasi di Thailand Selatan. “Saya yakin Chan-ocha juga ingin melihat negaranya damai. Saya yakin semua orang membutuhkan perdamaian,” ungkap Wakil Rektor Universitas Fatoni itu.
Langputeh tidak terkejut jika proses perjanjian perdamaian di Thailand sulit dilakukan. Situasi terkadang selalu berubah pada setiap saat. Namun, dia sangat optimistis Thailand akan berhasil menyelesaikan konflik dengan kelompok bersenjata. “Jika memungkinkan, perjanjian perdamaian mungkin akan dilakukan secepatnya,” katanya.
Muh shamil
(bbg)