Propam Periksa 46 Anggota Polri

Rabu, 19 November 2014 - 13:39 WIB
Propam Periksa 46 Anggota Polri
Propam Periksa 46 Anggota Polri
A A A
MAKASSAR - Sebanyak 46 anggota Polri diperiksa terkait penyerangan mahasiswa dan pemukulan beberapa wartawan pada aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Makassar, Sulawesi Selatan, beberapa hari lalu.

Kabid Humas Polda Sulselbar, Kombes Pol Endi Sutendi, mengatakan, ke-46 anggota Polri diduga mengetahui kejadian tersebut. Mereka berasal dari kesatuan Sabhara dan Brimob Polda Sulselbar. Namun, hingga kini belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka. Pemeriksaan itu sendiri dilakukan di ruang Unit Reskrim Polrestabes Makassar.

”Prosesnya masih berjalan. Kami periksa anggota yang saat itu ada di lokasi kejadian,” ujar Endi, kemarin. Selain 46 anggota polisi itu, Divisi Propam Polda Sulselbar juga memeriksa tiga orang jurnalis masing-masing yang menjadi korban pemukulan, yakni Vincent Waldy (Metro TV ), Iqbal Lubis (Koran Tempo), dan Ikhsan Arham (Koran Rakyat Sulsel).

Endi juga telah berkoordinasi dan berkomunikasi dengan kuasa hukum para wartawan yang menjadi korban pada kejadian tersebut, yakni LBH Pers. ”Kami sudah berkoordinasi dengan pihak LBH. Penanganannya tetap di polres, tapi di-back up oleh polda,” ucapnya.

Yang jelas, Endi menambahkan, untuk masalah sanksi pidana, diserahkan sepenuhnya kepada pengadilan. Sebab, hal itu sudah menjadi kewenangan pengadilan, sehingga Polri tidak bisa ikut campur lagi. ”Untuk sanksi pidana, kami tunggu proses pengadilannya. Sementara untuk sanksi disiplin, nanti kami tunggu sidang disiplin,” ucapnya.

Diketahui, aksi demonstrasi mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM) yang menolak rencana kenaikan BBM berakhir ricuh di Makassar, Kamis (13/11). Saat terjadi bentrok, Wakapolrestabes Makassar, AKBP Totok Lisdiarto, terkena busur panah di bagian pinggang. Akibatnya, aparat kepolisian melakukan tindakan represif terhadap mahasiswa.

Polisi yang melakukan pembubaran merangsek masuk ke dalam kampus dan merusak sejumlah fasilitas kampus serta menghancurkan kendaraan yang tengah diparkir di halaman kampus. Dengan membabi buta, polisi juga menangkap sejumlah mahasiswa UNM yang diduga ikut aksi demo itu.

Rupanya tindakan represif aparat tersebut diabadikan sejumlah jurnalis baik TV maupun cetak, sehingga polisi juga berusaha menghalang-halangi jurnalis meliput peristiwa tersebut yang kemudian berujung pada pemukulan terhadap sejumlah wartawan.

Sebanyak lima wartawan yang meliput aksi penyerangan polisi itu akhirnya turut menjadi korban pemukulan. Mereka adalah Iqbal, Vincent, Ikrar Culleng dan Daniel (Celebes TV ), serta Ikhsan. Polisi juga melarang pengambilan gambar dan mencoba merebut kamera jurnalis.

Bahkan, sejumlah warga, anakanak, dan buruh bangunan yang bekerja di sekitar Menara Phinisi, kampus UNM, juga turut menjadi korban. ”Berdasarkan hasil rekaman jurnalis akan dijadikan barang bukti untuk proses penyidikan lebih lanjut,” ujar Endi.

Saat ditanya tentang kondisi AKBP Totok yang terkena anak panah pada pinggangnya, Endi mengatakan, kondisi wakapolrestabes sudah mulai membaik. Namun, masih diharuskan melakukan check up . ”Alhamdulillah sudah membaik. Tapi dia direkomendasikan periksa ke dokter syaraf, karena di bagian pinggang banyak urat-urat yang berhubungan dengan syaraf,” katanya.

Endi juga meminta dukungan semua pihak untuk tetap menjaga kondisi keamanan khususnya di wilayah Sulsel, karena mayoritas masyarakat mengharapkan situasi keamanan yang kondusif. Tentunya, dia tidak ingin lagi kejadian serupa terulang di sana. ”Saya yakin masyarakat lebih suka dengan situasi keamanan yang kondusif,” tandasnya.

Kurniawan eka mulyana
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4201 seconds (0.1#10.140)