Televisi Harus Jadi Sarana Pemersatu Bangsa
A
A
A
JAKARTA - Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) berharap televisi tidak hanya melayani kepentingan industri. Media penyiaran ini juga harus menjadi sarana pemersatu bangsa.
Ketua KPI Pusat Judhariksawan mengatakan, KPI berharap lembaga penyiaran harus menjaga filosofi penyiaran, yakni penyiaran yang bisa mengomunikasikan, mempersatukan, dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta membentuk watak dan karakter. “Televisi harus menjaga misi dan tugas tersebut,” katanya di sela acara Anugerah KPI 2014 di Jakarta kemarin.
KPI juga mengapresiasi para media televisi yang sudah membuat program-program terbaik bagi pemersatu bangsa. Termasuk menggelar Anugerah KPI setiap tahunnya. Judhariksawan mengatakan, sejauh ini pihaknya selalu melakukan pembinaan kepada lembaga penyiaran, mengajak televisi untuk membuat program yang memberi teladan dan inspiratif.
Atas upaya lembaga penyiaran yang mengikuti imbauan tersebut, menurutnya, dibuatlah penghargaan ini sebagai wadah atas upaya mereka yang mau membuat program bermanfaat. Dia menuturkan, penghargaan ini terbukti efektif mendorong televisi membuat program yang bagus.
Seperti pada Lebaran yang biasanya diisi acara komedi yang tidak bermutu, tetapi tahun ini berganti dengan acara yang berdimensi religi. Ketua Bidang Isi Siaran KPI Pusat Rahmat Arifin menambahkan, mayoritas televisi masih dominan untuk menyiarkan siaran yang disukai masyarakat, tapi belum tentu dibutuhkan.
Menurut dia, ada perbedaan prinsip antara keduanya. Jika disukai berarti televisi mengikuti selera masyarakat, sementara kalau dibutuhkan berarti ada aspek-aspek untuk mengantar masyarakat ke arah situasi lebih baik atau memandu menuju transformasi sosial yang lebih baik.
Anugerah KPI 2014 memberikan penghargaan untuk beberapa kategori, di antaranya kategori program anak terbaik, talkshow terbaik, program radio dan televisi budaya terbaik, presenter talkshow terbaik, FTV terbaik, dan pemberitaan di kawasan perbatasan.
Neneng zubaidah
Ketua KPI Pusat Judhariksawan mengatakan, KPI berharap lembaga penyiaran harus menjaga filosofi penyiaran, yakni penyiaran yang bisa mengomunikasikan, mempersatukan, dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta membentuk watak dan karakter. “Televisi harus menjaga misi dan tugas tersebut,” katanya di sela acara Anugerah KPI 2014 di Jakarta kemarin.
KPI juga mengapresiasi para media televisi yang sudah membuat program-program terbaik bagi pemersatu bangsa. Termasuk menggelar Anugerah KPI setiap tahunnya. Judhariksawan mengatakan, sejauh ini pihaknya selalu melakukan pembinaan kepada lembaga penyiaran, mengajak televisi untuk membuat program yang memberi teladan dan inspiratif.
Atas upaya lembaga penyiaran yang mengikuti imbauan tersebut, menurutnya, dibuatlah penghargaan ini sebagai wadah atas upaya mereka yang mau membuat program bermanfaat. Dia menuturkan, penghargaan ini terbukti efektif mendorong televisi membuat program yang bagus.
Seperti pada Lebaran yang biasanya diisi acara komedi yang tidak bermutu, tetapi tahun ini berganti dengan acara yang berdimensi religi. Ketua Bidang Isi Siaran KPI Pusat Rahmat Arifin menambahkan, mayoritas televisi masih dominan untuk menyiarkan siaran yang disukai masyarakat, tapi belum tentu dibutuhkan.
Menurut dia, ada perbedaan prinsip antara keduanya. Jika disukai berarti televisi mengikuti selera masyarakat, sementara kalau dibutuhkan berarti ada aspek-aspek untuk mengantar masyarakat ke arah situasi lebih baik atau memandu menuju transformasi sosial yang lebih baik.
Anugerah KPI 2014 memberikan penghargaan untuk beberapa kategori, di antaranya kategori program anak terbaik, talkshow terbaik, program radio dan televisi budaya terbaik, presenter talkshow terbaik, FTV terbaik, dan pemberitaan di kawasan perbatasan.
Neneng zubaidah
(bbg)