Ancaman Narkoba Tak Mengenal Profesi
A
A
A
JAKARTA - Belum lama ini guru besar salah satu universitas di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) tertangkap tangan mengadakan pesta narkoba jenis sabu di sebuah hotel.
Hal tersebut membuktikan bahwa tidak satupun profesi yang terbebas dari ancaman dari narkoba.
Direktur Diseminasi Informasi, Deputi Bidang Pencegahan, Badan Narkotika Nasional (BNN) Gun Gun Siswadi menerangkan, narkoba kini tidak mengenal jenis kelamin, usia, maupun profesi seseorang.
"Ancaman narkoba ini jauh lebih berbahaya dari pada korupsi dan terorisme. Selain sasaran dari narkoba tersebut tapi juga efeknya yang ditimbulkan yang dahsyat yaitu menghancurkan generasi bangsa," kata Gun Gun saat diskusi dengan relawan PMI se-Jakarta Pusat, Selasa (18/11/2014).
Dia pun mengingatkan, untuk tidak coba-coba menggunakan narkoba, karena dapat ketagihan atau kecanduan.
"Jika sudah kecanduan lama-lama dapat terserang penyakit seperti HIV/AIDS dan hepatitis, di mana berakhir pada kematian," tegas Gun Gun.
Oleh karena itu lanjut Gun Gun, hindari segala bentuk penyalahgunaan narkoba jika tidak ingin mati sia-sia.
"Para pecandu narkoba ini tidak bisa sembuh walaupun sudah direhabilitasi, yang ada sewaktu-waktu dapat kambuh kembali," tambahnya.
Hal senada diungkapkan, dr Erizal Kurnia Agung, pengurus PMI Jakarta Pusat Bidang Pelayanan Kesehatan dan Penanggulangan Bencana. Menurutnya, narkoba memang harus dihindari karena efeknya yang dapat merusak otak.
"Tuhan telah menciptakan tengkorak untuk menghindari kerusakan pada otak akibat benturan, namun justru narkoba yang merusaknya dari dalam tubuh. Jadi hindari narkoba jika ingin otaknya tidak rusak," terang Erizal.
Upaya pencegahan yang dilakukan oleh BNN tidak bisa berhasil tanpa bantuan dan kerjasama dari seluruh elemen masyarakat. Sebab, kunci keberhasilan pencegahan penyalahgunaan narkoba adalah adanya kerjasama lintas sektoral dan PMI siap membantu BNN melakukan berbagai upaya pencegahan.
"Banyak warga yang menutupi anggota keluarganya yang sudah jelas terindikasi memakai narkoba karena kurangnya informasi yang mereka peroleh. Jadi perlu ditingkatkan sosialisasi ke masyarakat," tuturnya.
Hal tersebut membuktikan bahwa tidak satupun profesi yang terbebas dari ancaman dari narkoba.
Direktur Diseminasi Informasi, Deputi Bidang Pencegahan, Badan Narkotika Nasional (BNN) Gun Gun Siswadi menerangkan, narkoba kini tidak mengenal jenis kelamin, usia, maupun profesi seseorang.
"Ancaman narkoba ini jauh lebih berbahaya dari pada korupsi dan terorisme. Selain sasaran dari narkoba tersebut tapi juga efeknya yang ditimbulkan yang dahsyat yaitu menghancurkan generasi bangsa," kata Gun Gun saat diskusi dengan relawan PMI se-Jakarta Pusat, Selasa (18/11/2014).
Dia pun mengingatkan, untuk tidak coba-coba menggunakan narkoba, karena dapat ketagihan atau kecanduan.
"Jika sudah kecanduan lama-lama dapat terserang penyakit seperti HIV/AIDS dan hepatitis, di mana berakhir pada kematian," tegas Gun Gun.
Oleh karena itu lanjut Gun Gun, hindari segala bentuk penyalahgunaan narkoba jika tidak ingin mati sia-sia.
"Para pecandu narkoba ini tidak bisa sembuh walaupun sudah direhabilitasi, yang ada sewaktu-waktu dapat kambuh kembali," tambahnya.
Hal senada diungkapkan, dr Erizal Kurnia Agung, pengurus PMI Jakarta Pusat Bidang Pelayanan Kesehatan dan Penanggulangan Bencana. Menurutnya, narkoba memang harus dihindari karena efeknya yang dapat merusak otak.
"Tuhan telah menciptakan tengkorak untuk menghindari kerusakan pada otak akibat benturan, namun justru narkoba yang merusaknya dari dalam tubuh. Jadi hindari narkoba jika ingin otaknya tidak rusak," terang Erizal.
Upaya pencegahan yang dilakukan oleh BNN tidak bisa berhasil tanpa bantuan dan kerjasama dari seluruh elemen masyarakat. Sebab, kunci keberhasilan pencegahan penyalahgunaan narkoba adalah adanya kerjasama lintas sektoral dan PMI siap membantu BNN melakukan berbagai upaya pencegahan.
"Banyak warga yang menutupi anggota keluarganya yang sudah jelas terindikasi memakai narkoba karena kurangnya informasi yang mereka peroleh. Jadi perlu ditingkatkan sosialisasi ke masyarakat," tuturnya.
(maf)