Di Sini Kehangatan Tercipta
A
A
A
Bagi Wakil Menteri Perdagangan RI periode 2011-2014 Bayu Krisnamurthi, unsur terpenting dalam sebuah rumah adalah keakraban antarpenghuni yang sebagian besar merupakan anggota keluarganya. Karena itu, ia tak ingin membangun house, melainkan home.
Bayu mengatakan, house hanya berupa bangunan fisik guna memfasilitasi dan mengakomodasi berbagai aktivitas penghuni rumah. Home yang memberikan nyawa dalam griya sehingga bagaimanapun kondisi house, anggota keluarga tetap merasa nyaman.
“Rumah adalah tempat pulang, tempat merecharge diri setelah menghadapi berbagai hal di luar. Di rumah kita bisa menjadi diri sendiri tanpa harus menjaga image,” ucap Bayu yang merupakan dosen Institut Pertanian Bogor kepada KORAN SINDO saat dijumpai di kediamannya, kawasan Bogor, Jawa Barat, kemarin. Faktor kenyamanan dan keakraban pula yang menjadi perhatian saat mendesain griya seluas sekitar 300 meter persegi (m2) ini.
Bayu menginginkan momen quality time sebagai satu keluarga benar-benar terasa kala berkumpul. Terlebih, tiap-tiap anggota keluarga memiliki kesibukan. Dengan begitu, tiap kali ada waktu bersama dimanfaatkan secara maksimal untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Itu pula yang menjadi alasan ruang tengah yang mencakup ruang menonton, meja kerja bersama, dan ruang makan dibiarkan plong.
“Dengan plong seperti ini, interaksi antarpenghuni rumah menjadi intens dan maksimal sehingga living room menjadi titik utama dari rumah ini,” kata pria yang mendapatkan penghargaan Chevalier dans l’Ordre du Merite Agricole dari pemerintah Prancis atas jasa dalam usaha menjalin kerja sama di bidang pertanian antara Prancis dan Indonesia pada 2012. Bayu menuturkan, di meja kerja bersama itu biasanya ketiga putrinya mengerjakan pekerjaan rumah berbarengan.
Dengan begitu, si adik bisa bertanya kepada sang kakak jika menemukan soal yang sulit. Bayu juga sengaja meletakkan komputer dan printer di belakang meja kerja bersama. “Printer hanya satu di rumah ini. Jadi jika mau nge-print, harus ke sini,” ucap Bayu. Di dekat meja kerja bersama terdapat lemari kaca berisi beragam cenderamata dari berbagai belahan negara seperti Brasil, Jerman, dan Rusia. Di kaca bagian luar tertempel plat bertuliskan: We are Proud of Indonesia.
Sudut meja makan dan dapur menjadi spot unik dari griya yang berdiri di atas lahan seluas 450 m2. Di sana terpajang banyak foto ketiga putri Bayu dari kecil hingga saat ini. Ada pula foto ketika mereka sekeluarga melakukan perjalanan ibadah umrah. Foto-foto tersebut tertempel di sepanjang dinding area dapur yang berbentuk letter L tersebut.
“Saya ingin selalu bisa melihat ketiga anak saya. Melihat kembali wajah mereka saat kecil dan mengingat fase tumbuh kembang mereka. Kami sangat menikmati saat makan bersama,” kata ayah dari Utari, Utami, dan Kristanti itu. Meja makan menjadi sudut favorit dan menjadi ruangan paling intens bagi Bayu. Selain menikmati santapan bersama keluarga, ia juga kerap mengetik di meja ini.
“Jadi, ruang kerja beliau hanya untuk meletakkan buku dan tas,” kata istri Bayu, Pudjiningsih. Selain kehangatan dan kedekatan antar anggota keluarga, keterbukaan dan keasrian juga menonjol dalam hunian pria yang pernah menjabat mantan wakil menteri pertanian selama satu tahun ini. Keasrian hunian Bayu sudah tampak dari luar pagar. Di luar pagar besi bercat hitam itu terdapat pohon trembesi, jambu air, hingga belimbing wuluh.
Tak hanya di luar, keasrian juga terasa di teras dengan susunan pot berisi tanaman anggrek. Dak teras difungsikan sebagai green roof agar terasa sejuk. Bayu pun mengupayakan agar air dari rumahnya terserap dengan baik ke dalam tanah. Karena itu, ia memilih paving block untuk carportdan membuat tiga sumur resapan.
“Dengan begitu, praktis tidak ada air yang terbuang ke selokan dari rumah ini,” ungkapnya. Di sayap kiri teras terdapat taman depan berkarpetkan rumput gajah serta tetumbuhan hijau lain seperti pohon rambutan dan cabai. Ruang terbuka di halaman belakang pun dimanfaatkan sebagai taman serta kolam ikan. Agar sirkulasi udara dan cahaya baik, Bayu memilih jendela besar.
“Kami ingin meminimalisasi penggunaan listrik dan lampu,” kata pria yang mendapatkan tanda kehormatan Bintang Mahaputera Utama dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Oktober lalu itu. Bayu mengatakan, griya ini rumah pertama ayahnya dan telah didiami sejak 1975. Pada 2004 sang ayah meninggal dunia dan mewarisi rumah ini kepada Bayu.
Dia kemudian merenovasi rumah, tapi ada sentuhan dari sang ayah yang tetap dibiarkan melekat pada hunian ini yaitu dinding dari fosil kayu yang sudah membatu. “Dinding seperti ini ada tiga, sebagai simbol saya tiga bersaudara dan sekarang saya punya tiga anak perempuan,” pungkas Bayu.
Ema malini
Bayu mengatakan, house hanya berupa bangunan fisik guna memfasilitasi dan mengakomodasi berbagai aktivitas penghuni rumah. Home yang memberikan nyawa dalam griya sehingga bagaimanapun kondisi house, anggota keluarga tetap merasa nyaman.
“Rumah adalah tempat pulang, tempat merecharge diri setelah menghadapi berbagai hal di luar. Di rumah kita bisa menjadi diri sendiri tanpa harus menjaga image,” ucap Bayu yang merupakan dosen Institut Pertanian Bogor kepada KORAN SINDO saat dijumpai di kediamannya, kawasan Bogor, Jawa Barat, kemarin. Faktor kenyamanan dan keakraban pula yang menjadi perhatian saat mendesain griya seluas sekitar 300 meter persegi (m2) ini.
Bayu menginginkan momen quality time sebagai satu keluarga benar-benar terasa kala berkumpul. Terlebih, tiap-tiap anggota keluarga memiliki kesibukan. Dengan begitu, tiap kali ada waktu bersama dimanfaatkan secara maksimal untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Itu pula yang menjadi alasan ruang tengah yang mencakup ruang menonton, meja kerja bersama, dan ruang makan dibiarkan plong.
“Dengan plong seperti ini, interaksi antarpenghuni rumah menjadi intens dan maksimal sehingga living room menjadi titik utama dari rumah ini,” kata pria yang mendapatkan penghargaan Chevalier dans l’Ordre du Merite Agricole dari pemerintah Prancis atas jasa dalam usaha menjalin kerja sama di bidang pertanian antara Prancis dan Indonesia pada 2012. Bayu menuturkan, di meja kerja bersama itu biasanya ketiga putrinya mengerjakan pekerjaan rumah berbarengan.
Dengan begitu, si adik bisa bertanya kepada sang kakak jika menemukan soal yang sulit. Bayu juga sengaja meletakkan komputer dan printer di belakang meja kerja bersama. “Printer hanya satu di rumah ini. Jadi jika mau nge-print, harus ke sini,” ucap Bayu. Di dekat meja kerja bersama terdapat lemari kaca berisi beragam cenderamata dari berbagai belahan negara seperti Brasil, Jerman, dan Rusia. Di kaca bagian luar tertempel plat bertuliskan: We are Proud of Indonesia.
Sudut meja makan dan dapur menjadi spot unik dari griya yang berdiri di atas lahan seluas 450 m2. Di sana terpajang banyak foto ketiga putri Bayu dari kecil hingga saat ini. Ada pula foto ketika mereka sekeluarga melakukan perjalanan ibadah umrah. Foto-foto tersebut tertempel di sepanjang dinding area dapur yang berbentuk letter L tersebut.
“Saya ingin selalu bisa melihat ketiga anak saya. Melihat kembali wajah mereka saat kecil dan mengingat fase tumbuh kembang mereka. Kami sangat menikmati saat makan bersama,” kata ayah dari Utari, Utami, dan Kristanti itu. Meja makan menjadi sudut favorit dan menjadi ruangan paling intens bagi Bayu. Selain menikmati santapan bersama keluarga, ia juga kerap mengetik di meja ini.
“Jadi, ruang kerja beliau hanya untuk meletakkan buku dan tas,” kata istri Bayu, Pudjiningsih. Selain kehangatan dan kedekatan antar anggota keluarga, keterbukaan dan keasrian juga menonjol dalam hunian pria yang pernah menjabat mantan wakil menteri pertanian selama satu tahun ini. Keasrian hunian Bayu sudah tampak dari luar pagar. Di luar pagar besi bercat hitam itu terdapat pohon trembesi, jambu air, hingga belimbing wuluh.
Tak hanya di luar, keasrian juga terasa di teras dengan susunan pot berisi tanaman anggrek. Dak teras difungsikan sebagai green roof agar terasa sejuk. Bayu pun mengupayakan agar air dari rumahnya terserap dengan baik ke dalam tanah. Karena itu, ia memilih paving block untuk carportdan membuat tiga sumur resapan.
“Dengan begitu, praktis tidak ada air yang terbuang ke selokan dari rumah ini,” ungkapnya. Di sayap kiri teras terdapat taman depan berkarpetkan rumput gajah serta tetumbuhan hijau lain seperti pohon rambutan dan cabai. Ruang terbuka di halaman belakang pun dimanfaatkan sebagai taman serta kolam ikan. Agar sirkulasi udara dan cahaya baik, Bayu memilih jendela besar.
“Kami ingin meminimalisasi penggunaan listrik dan lampu,” kata pria yang mendapatkan tanda kehormatan Bintang Mahaputera Utama dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Oktober lalu itu. Bayu mengatakan, griya ini rumah pertama ayahnya dan telah didiami sejak 1975. Pada 2004 sang ayah meninggal dunia dan mewarisi rumah ini kepada Bayu.
Dia kemudian merenovasi rumah, tapi ada sentuhan dari sang ayah yang tetap dibiarkan melekat pada hunian ini yaitu dinding dari fosil kayu yang sudah membatu. “Dinding seperti ini ada tiga, sebagai simbol saya tiga bersaudara dan sekarang saya punya tiga anak perempuan,” pungkas Bayu.
Ema malini
(ars)