Membedah Macet dari Sudut Seni
A
A
A
Berbagai isu seputar transportasi seperti kemacetan, kecelakaan lalu lintas, dan keselamatan berkendara disampaikan melalui kegiatan pembuatan mural, instalasi pameran seni, pemutaran film, dan pertunjukan musik.
Itulah yang menjadi inti Social Urban Art Festival 2014 di kampus FISIP, Universitas Indonesia, Depok, pada 12-14 November 2014 yang mengangkat tagline “Go Safer, Move Faster”. Project Officer Arsa Ilmi mengatakan, festival dua tahun sekali yang dihelat oleh Himpunan Mahasiswa Sosiologi UI ini sengaja ingin memaparkan isu-isu transportasi yang relevan dengan masyarakat dan acap dianggap serius melalui medium yang lebih mudah dipahami.
“Karena seni bersifat universal,” ujar Arsa. Selain medium seni, isu transportasi juga dibedah melalui beberapa diskusi. Diskusi yang dihelat Kamis (13/11) silam membahas safety culturedalam masyarakat yang berfokus untuk membangun budaya kesadaran masyarakat.
Menurut Arsa, tujuan festival ini ingin menunjukkan kepada pemerintah dan swasta bahwa kemacetan dan lalu lintas bukan hanya dari infrastruktur. “Perilaku masyarakat juga menjadi sumber kemacetan. Kita ingin menunjukkan bahwa infrastruktur saja tidak selalu berhasil untuk menjawab permasalahan kota,” katanya.
Ketua Komunitas Anti Angkutan Umum Jakarta Endang Priyono, komunitas yang kritis terhadap kondisi transportasi umum, mengajak pemerintah membenahi kondisi angkutan umum yang tidak layak. Komunitasnya, menurut Endang, akan mengubah nama menjadi Ayo Naik Angkutan Umum bila angkutan umum di Jakarta sudah layak, aman, dan nyaman.
Mahasiswa Sosiologi UI Asti Ridha Aulia, 21, mengaku sangat tertarik mengikuti diskusi karena masalah safety culture sehari-hari dikupas dari berbagai sudut pandang, mulai pemerintah, komunitas, hingga akademisi. “Berkendara dengan tidak aman sudah menjadi budaya masyarakat, seperti menerobos lampu merah, melawan arus, tidak menggunakan helm, pengendara di bawah umur, dan mengendarai dengan kecepatan tinggi.
Ini menunjukkan belum tertanamnya safety culturedalam masyarakat Indonesia,” tutur Asti. Acara iniberlangsung sejak 12 November 2014 lalu. Sejumlah komunitas seperti Kompeni (Komunitas Pencinta Seni, Jagad, Bujangan Urban, Mural FISIP for UI Art WAR) turut menyumbangkan sejumlah mural bertema transportasi.
Selain pertunjukan mural, Urban Art Festivalmengundang Ardi Yunanto, Komunitas Ruang Rupa untuk berdiskusi mengenai transportasi sebagai sarana menunjukkan identitas melalui stiker yang biasa terpampang di kendaraan dengan tema diskusi We Are The Yellow Jacket, So What?pada Rabu (12/11).
Pemutaran film dokumenter berjudul Bangkok Traffic Love Storydan Merah itu Beraniturut menghibur pengunjung yang berlangsung pada Kamis (13/11) silam. “Melalui film Traffic Love Story, kami ingin mengangkat isu secara sederhana dengan menunjukkan kepada pengunjung bahwa macet tidak selalu menyebalkan, namun terdapat hal-hal menyenangkan seperti cinta,” tutur Arsa.
Acara tersebut ditutup pada 14 November 2014 dengan pertunjukan musik oleh Angsa & Serigala, Hamba Allah, Sheperd the Wolves, Feast, Caugar, Derau, Kontingen UI Art War, dan Manggariot Clan. Selain itu, ada penampilan dari stand up comedy Riki Watimena (Comic Stand Up Comedy Metro TV), serta pembuatan kaus bertema transportasi oleh komunitas Komunal Stensil.
CLAUDIA CARLA SONIA SEPTIARA
Itulah yang menjadi inti Social Urban Art Festival 2014 di kampus FISIP, Universitas Indonesia, Depok, pada 12-14 November 2014 yang mengangkat tagline “Go Safer, Move Faster”. Project Officer Arsa Ilmi mengatakan, festival dua tahun sekali yang dihelat oleh Himpunan Mahasiswa Sosiologi UI ini sengaja ingin memaparkan isu-isu transportasi yang relevan dengan masyarakat dan acap dianggap serius melalui medium yang lebih mudah dipahami.
“Karena seni bersifat universal,” ujar Arsa. Selain medium seni, isu transportasi juga dibedah melalui beberapa diskusi. Diskusi yang dihelat Kamis (13/11) silam membahas safety culturedalam masyarakat yang berfokus untuk membangun budaya kesadaran masyarakat.
Menurut Arsa, tujuan festival ini ingin menunjukkan kepada pemerintah dan swasta bahwa kemacetan dan lalu lintas bukan hanya dari infrastruktur. “Perilaku masyarakat juga menjadi sumber kemacetan. Kita ingin menunjukkan bahwa infrastruktur saja tidak selalu berhasil untuk menjawab permasalahan kota,” katanya.
Ketua Komunitas Anti Angkutan Umum Jakarta Endang Priyono, komunitas yang kritis terhadap kondisi transportasi umum, mengajak pemerintah membenahi kondisi angkutan umum yang tidak layak. Komunitasnya, menurut Endang, akan mengubah nama menjadi Ayo Naik Angkutan Umum bila angkutan umum di Jakarta sudah layak, aman, dan nyaman.
Mahasiswa Sosiologi UI Asti Ridha Aulia, 21, mengaku sangat tertarik mengikuti diskusi karena masalah safety culture sehari-hari dikupas dari berbagai sudut pandang, mulai pemerintah, komunitas, hingga akademisi. “Berkendara dengan tidak aman sudah menjadi budaya masyarakat, seperti menerobos lampu merah, melawan arus, tidak menggunakan helm, pengendara di bawah umur, dan mengendarai dengan kecepatan tinggi.
Ini menunjukkan belum tertanamnya safety culturedalam masyarakat Indonesia,” tutur Asti. Acara iniberlangsung sejak 12 November 2014 lalu. Sejumlah komunitas seperti Kompeni (Komunitas Pencinta Seni, Jagad, Bujangan Urban, Mural FISIP for UI Art WAR) turut menyumbangkan sejumlah mural bertema transportasi.
Selain pertunjukan mural, Urban Art Festivalmengundang Ardi Yunanto, Komunitas Ruang Rupa untuk berdiskusi mengenai transportasi sebagai sarana menunjukkan identitas melalui stiker yang biasa terpampang di kendaraan dengan tema diskusi We Are The Yellow Jacket, So What?pada Rabu (12/11).
Pemutaran film dokumenter berjudul Bangkok Traffic Love Storydan Merah itu Beraniturut menghibur pengunjung yang berlangsung pada Kamis (13/11) silam. “Melalui film Traffic Love Story, kami ingin mengangkat isu secara sederhana dengan menunjukkan kepada pengunjung bahwa macet tidak selalu menyebalkan, namun terdapat hal-hal menyenangkan seperti cinta,” tutur Arsa.
Acara tersebut ditutup pada 14 November 2014 dengan pertunjukan musik oleh Angsa & Serigala, Hamba Allah, Sheperd the Wolves, Feast, Caugar, Derau, Kontingen UI Art War, dan Manggariot Clan. Selain itu, ada penampilan dari stand up comedy Riki Watimena (Comic Stand Up Comedy Metro TV), serta pembuatan kaus bertema transportasi oleh komunitas Komunal Stensil.
CLAUDIA CARLA SONIA SEPTIARA
(bbg)