Israel Tak Bisa Ditoleransi
A
A
A
YERUSALEM - Langkah Israel yang akan membangun permukiman baru di Yerusalem timur serta pembakaran masjid di wilayah Tepi Barat, Palestina oleh ekstremis Yahudi pada Rabu (12/11) lalu, memicu kemarahan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Abbas, melalui juru bicaranya, Abu Rudeina, mengatakan bahwa tindakan Israel tidak bisa ditoleransi. “Posisi Palestina sangat jelas. Israel telah melanggar garis merah dan tidak dapat ditoleransi-khususnya ketegangandanpeningkataneskalasi di Al-Aqsa dan Yerusalem,” kata Rudeina, kepada AFP, kemarin.
Kekerasan di Masjid Al-Aqsa juga memicu kritik tajam dari Yordania yang memiliki hak untuk mengelola tempat suci itu. Namun, Israel berulang kali berjanji tidak akan mengubah status Masjid Al-Aqsa. Abbas juga menegaskan bahwa Palestina tidak akan mencabut draf resolusi kepada Dewan Keamanan PBB pada bulan ini. “Palestina berkeinginan mengajukan draf untuk mengakhiri pendudukan Israel,” kata Rudeina.
Meskipun upaya Palestina itu akan mendapatkan veto dari pendukung utama Israel, seperti Amerika Serikat (AS), Abbas tetap akan berupaya untuk mewujudkan Palestina merdeka. Dari Yordania, Raja Abdullah II menganggap Israel telah melakukan agresi berulang kali dan melakukan provokasi di Yerusalem. Yordania mengecam segala tindakan kekerasan yang dilakukan Israel di tanah Palestina.
“Kita menolak total segala upaya yang dilakukan Israel,” kata Raja Abdullah sesuai dengan keterangan resmi Kerajaan Yordania. Raja Abdullah juga telah bertemu dengan Presiden Abbas Pada Rabu (12/11) waktu setempat. Mereka mendiskusikan perkembangan terakhir tentang maraknya kerusuhan diwilayah penduduk Israel di Tepi Barat serta penyerbuan Masjid Al-Aqsa.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS John Kerry kemarin menggelar pertemuan dengan Mahmoud Abbas di Yordania. Fokus pembicaraan keduanya adalah meningkatnya kerusuhan serta kekerasan di Palestina dan Israel. Merebaknya penikaman terhadap warga Yahudi di Yerusalem dan Tel Aviv menjadi kekhawatiran tersendiri bagi pemerintah Israel.
Fokus pembicaraan Abbas dan Kerry adalah ketegangan di Masjid Al-Aqsa, tempat suci bagi umat Islam. Umat Yahudi menuntut akses ibadah di Masjid Al-Aqsa dan kerap membuat kegaduhan dan keresahan bagi umat Islam. Rakyat Palestina khawatir Israel akan membuat kebijakan untuk mengizinkan jemaat Yahudi dapat beribadah di Masjid Al-Aqsa.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki mengatakan, perundingan di Amman, Yordania akan difokuskan untuk menurunkan ketegangan antara Palestina dan Israel. Abbas dan Kerry juga mendiskusikan upaya pembangunan kembali Jalur Gaza yang telah hancur dalam perang 50 hari.
“AS juga akan memperhatikan rencana pembangunan pemukimanYahudi,” tuturPsaki, dikutip VOA . Menurut Psaki, rencana perluasan pemukiman Yahudi di Yerusalem timur itu tidak sejalan dengan keinginan pemerintah Israel untuk mewujudkan solusi dua negara.
Komite pemerintah Israel memberikan persetujuan awal pembangunan200 rumah bagi warga Yahudi di Yerusalem timur. Banyak pihak telah meminta para pemimpin Israel dan Palestinauntukmenahandiri.“ Mereka harus mengakhiri tindakan provokatif, termasuk menghentikan pembangunan pemukiman,” kata Tony Blair, utusan khusus Kuarter Timur Tengah.
Sedangkan Sekjen PBB Ban Kimoon juga meminta kedua belah pihak untuk melakukan segala upaya untuk menghentikan ketegangan. TitikawalketeganganPalestina dan Israel akhir-akhir ini disebabkan penembakan demonstran berusia 22 tahun oleh tentara Zionis di Tepi Barat pada Selasa (11/11) lalu.
Menurut Menteri Keuangan Israel Yair Lapid, situasi yang memburuk saat ini merupakan ujian khusus kepemimpinan Abbas dan Netanyahu,” katanya. Menteri Pertahanan Moshe Yaalon justru memperingatkan publik Israel untuk waspada terkait kemungkinan peningkatan eskalasi kekerasan.
Andika hendra m
Abbas, melalui juru bicaranya, Abu Rudeina, mengatakan bahwa tindakan Israel tidak bisa ditoleransi. “Posisi Palestina sangat jelas. Israel telah melanggar garis merah dan tidak dapat ditoleransi-khususnya ketegangandanpeningkataneskalasi di Al-Aqsa dan Yerusalem,” kata Rudeina, kepada AFP, kemarin.
Kekerasan di Masjid Al-Aqsa juga memicu kritik tajam dari Yordania yang memiliki hak untuk mengelola tempat suci itu. Namun, Israel berulang kali berjanji tidak akan mengubah status Masjid Al-Aqsa. Abbas juga menegaskan bahwa Palestina tidak akan mencabut draf resolusi kepada Dewan Keamanan PBB pada bulan ini. “Palestina berkeinginan mengajukan draf untuk mengakhiri pendudukan Israel,” kata Rudeina.
Meskipun upaya Palestina itu akan mendapatkan veto dari pendukung utama Israel, seperti Amerika Serikat (AS), Abbas tetap akan berupaya untuk mewujudkan Palestina merdeka. Dari Yordania, Raja Abdullah II menganggap Israel telah melakukan agresi berulang kali dan melakukan provokasi di Yerusalem. Yordania mengecam segala tindakan kekerasan yang dilakukan Israel di tanah Palestina.
“Kita menolak total segala upaya yang dilakukan Israel,” kata Raja Abdullah sesuai dengan keterangan resmi Kerajaan Yordania. Raja Abdullah juga telah bertemu dengan Presiden Abbas Pada Rabu (12/11) waktu setempat. Mereka mendiskusikan perkembangan terakhir tentang maraknya kerusuhan diwilayah penduduk Israel di Tepi Barat serta penyerbuan Masjid Al-Aqsa.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS John Kerry kemarin menggelar pertemuan dengan Mahmoud Abbas di Yordania. Fokus pembicaraan keduanya adalah meningkatnya kerusuhan serta kekerasan di Palestina dan Israel. Merebaknya penikaman terhadap warga Yahudi di Yerusalem dan Tel Aviv menjadi kekhawatiran tersendiri bagi pemerintah Israel.
Fokus pembicaraan Abbas dan Kerry adalah ketegangan di Masjid Al-Aqsa, tempat suci bagi umat Islam. Umat Yahudi menuntut akses ibadah di Masjid Al-Aqsa dan kerap membuat kegaduhan dan keresahan bagi umat Islam. Rakyat Palestina khawatir Israel akan membuat kebijakan untuk mengizinkan jemaat Yahudi dapat beribadah di Masjid Al-Aqsa.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki mengatakan, perundingan di Amman, Yordania akan difokuskan untuk menurunkan ketegangan antara Palestina dan Israel. Abbas dan Kerry juga mendiskusikan upaya pembangunan kembali Jalur Gaza yang telah hancur dalam perang 50 hari.
“AS juga akan memperhatikan rencana pembangunan pemukimanYahudi,” tuturPsaki, dikutip VOA . Menurut Psaki, rencana perluasan pemukiman Yahudi di Yerusalem timur itu tidak sejalan dengan keinginan pemerintah Israel untuk mewujudkan solusi dua negara.
Komite pemerintah Israel memberikan persetujuan awal pembangunan200 rumah bagi warga Yahudi di Yerusalem timur. Banyak pihak telah meminta para pemimpin Israel dan Palestinauntukmenahandiri.“ Mereka harus mengakhiri tindakan provokatif, termasuk menghentikan pembangunan pemukiman,” kata Tony Blair, utusan khusus Kuarter Timur Tengah.
Sedangkan Sekjen PBB Ban Kimoon juga meminta kedua belah pihak untuk melakukan segala upaya untuk menghentikan ketegangan. TitikawalketeganganPalestina dan Israel akhir-akhir ini disebabkan penembakan demonstran berusia 22 tahun oleh tentara Zionis di Tepi Barat pada Selasa (11/11) lalu.
Menurut Menteri Keuangan Israel Yair Lapid, situasi yang memburuk saat ini merupakan ujian khusus kepemimpinan Abbas dan Netanyahu,” katanya. Menteri Pertahanan Moshe Yaalon justru memperingatkan publik Israel untuk waspada terkait kemungkinan peningkatan eskalasi kekerasan.
Andika hendra m
(bbg)