Kekerasan di Israel Meluas
A
A
A
TEL AVIV - Kekerasan yang terjadi di wilayah perbatasan Israel-Palestina meningkat dalam beberapa hari terakhir, menyusul insiden penyerangan di Masjidil Aqsa. Pada Senin (10/11) malam waktu setempat, dua insiden kekerasan yang berujung maut terjadi.
Kejadian berawal di Tel Aviv ketika seorang pemuda Palestina dari Tepi Barat menikam seorang tentara berusia 20 tahun. Tentara itu meninggal saat dilarikan ke rumah sakit karena luka parah. Serangan kedua dilakukan seorang warga Palestina yang menyerang tiga warga Israel di pintu masuk permukiman Alon Shvut, Tepi Barat, Senin malam.
Seorang perempuan Israel berusia 25 tahun meninggal dunia dalam insiden itu. Si penyerang langsung ditembak mati pasukan keamanan. Menurut juru bicara kepolisian Israel, Micky Rosenfeld, polisi telah menangkap seorang penyerang di Tel Aviv yang menusuk seorang tentara selama beberapa kali. Tersangka diketahui berasal dari Kota Nablus, Tepi Barat.
“Dia (tersangka) masih diinterogasi,” kata Rosenfeld kepada Al Jazeera . Intensitas serangan terhadap tentara dan warga Israel membuat militer memperkuat pengamanan di Tepi Barat dan Tel Aviv. Evaluasi pengamanan juga dilakukan untuk menghindari serangan serupa.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu langsung menggelar pertemuan dengan menteri pertahanan dan menteri dalam negeri untuk membahas langkahlangkah keamanan. Netanyahu menyatakan akan meredam kekerasan dan mencegah serangan teroris. Berbicara di sidang parlemen, Netanyahu mengungkapkan, teror mengarah ke seluruh penjuru Israel, bukan hanya Yerusalem, Tel Aviv, dan wilayah lainnya.
“Saya berjanji satu hal, mereka tidak sukses. Kita akan melanjutkan perang teror dan kita akan mengalahkan mereka bersama,” janjinya, dikutip Reuters. Perwakilan Israel untuk PBB, Ron Prosor, di New York, mengutuk serangan terhadap warga Israel. “Institusi PBB tidak hanya mengecam insiden seperti itu,” tuturnya.
Dia juga mengkritik negara-negara Eropa yang tidak bersikap atas tindakan kekerasan itu. Bukan hanya itu, Prosor juga menyalahkan Otoritas Palestina yang memperkeruh penyebaran kebencian terhadap Israel. “Serangan ini merupakan hasil indoktrinasi anti-Israel selama bertahun-tahun,” katanya.
Kekerasan di Israel itu dipicu kekhawatiran umat muslim terhadap langkah tentara Yahudi yang menyerang lokasi suci di kompleks Masjidil Aqsa pada Rabu (5/11) lalu. Insiden itu diperparah penembakan seorang warga Israel keturunan Arab oleh polisi pada Sabtu (8/11) lalu di Kota Kfar Kana. Pada hari yang sama, seorang warga Palestina menabrakkan mobilnya ke trotoar di Yerusalem Tengah dan menewaskan dua warga Israel.
Sementara itu, Sekjen PBB Ban Ki-moon membentuk komite yang beranggotakan enam orang untuk menyelidiki serangan Israel terhadap tempat perlindungan PBB yang menampung pengungsi Palestina. Komite PBB ini akan dipimpin Patrick Cammaert, pensiunan jenderal Belanda yang memimpin misi penjaga perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo.
“Penyelidikan yang dipimpin Patrick Cammaert akan mengkaji dan menyelidiki sejumlah insiden spesifik terkait dengan korban tewas, luka, atau kerusakan fasilitas PBB,” kata juru bicara PBB, Farhan Haq, dikutip AFP. Anggota panel lainnya adalah Maria Vicien- Milburn dari Argentina, Lee O’Brien dari Amerika Serikat, Pierre Lemelin dari Kanada, dan KC Reddy dari India.
Lebih dari 2.100 warga Palestina tewas oleh serangan Israel dalam peperangan yang berlangsung selama 50 hari di Jalur Gaza beberapa waktu lalu, yang sebagian besar adalah warga sipil. Dalam insiden terparah, lebih dari 12 orang yang berlindung di sekolah yang dijalankan PBB juga tewas akibat serangan Israel. Ribuan gedung hancur dan sedikitnya 223 sekolah di Gaza, yang dijalankan Badan Pengungsi PBB atau pemerintah Hamas dihantam bom.
Ban Ki-moon mengumumkan rencana untuk membentuk komite penyelidikan selama kunjungan ke Gaza bulan lalu. Ban menggambarkan serangan Israel terhadap sekolah yang dijalankan PBB itu sebagai tindakan tidak bermoral. “Ban memperkirakan panel itu dapat bekerja sama dengan semua pihak terkait,” tutur Haq. Sementara itu, Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa, Swiss, membentuk komisi penyelidikan tentang serangan di Gaza yang dipimpin pakar hukum Kanada, William Schabas.
Andika hendra m
Kejadian berawal di Tel Aviv ketika seorang pemuda Palestina dari Tepi Barat menikam seorang tentara berusia 20 tahun. Tentara itu meninggal saat dilarikan ke rumah sakit karena luka parah. Serangan kedua dilakukan seorang warga Palestina yang menyerang tiga warga Israel di pintu masuk permukiman Alon Shvut, Tepi Barat, Senin malam.
Seorang perempuan Israel berusia 25 tahun meninggal dunia dalam insiden itu. Si penyerang langsung ditembak mati pasukan keamanan. Menurut juru bicara kepolisian Israel, Micky Rosenfeld, polisi telah menangkap seorang penyerang di Tel Aviv yang menusuk seorang tentara selama beberapa kali. Tersangka diketahui berasal dari Kota Nablus, Tepi Barat.
“Dia (tersangka) masih diinterogasi,” kata Rosenfeld kepada Al Jazeera . Intensitas serangan terhadap tentara dan warga Israel membuat militer memperkuat pengamanan di Tepi Barat dan Tel Aviv. Evaluasi pengamanan juga dilakukan untuk menghindari serangan serupa.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu langsung menggelar pertemuan dengan menteri pertahanan dan menteri dalam negeri untuk membahas langkahlangkah keamanan. Netanyahu menyatakan akan meredam kekerasan dan mencegah serangan teroris. Berbicara di sidang parlemen, Netanyahu mengungkapkan, teror mengarah ke seluruh penjuru Israel, bukan hanya Yerusalem, Tel Aviv, dan wilayah lainnya.
“Saya berjanji satu hal, mereka tidak sukses. Kita akan melanjutkan perang teror dan kita akan mengalahkan mereka bersama,” janjinya, dikutip Reuters. Perwakilan Israel untuk PBB, Ron Prosor, di New York, mengutuk serangan terhadap warga Israel. “Institusi PBB tidak hanya mengecam insiden seperti itu,” tuturnya.
Dia juga mengkritik negara-negara Eropa yang tidak bersikap atas tindakan kekerasan itu. Bukan hanya itu, Prosor juga menyalahkan Otoritas Palestina yang memperkeruh penyebaran kebencian terhadap Israel. “Serangan ini merupakan hasil indoktrinasi anti-Israel selama bertahun-tahun,” katanya.
Kekerasan di Israel itu dipicu kekhawatiran umat muslim terhadap langkah tentara Yahudi yang menyerang lokasi suci di kompleks Masjidil Aqsa pada Rabu (5/11) lalu. Insiden itu diperparah penembakan seorang warga Israel keturunan Arab oleh polisi pada Sabtu (8/11) lalu di Kota Kfar Kana. Pada hari yang sama, seorang warga Palestina menabrakkan mobilnya ke trotoar di Yerusalem Tengah dan menewaskan dua warga Israel.
Sementara itu, Sekjen PBB Ban Ki-moon membentuk komite yang beranggotakan enam orang untuk menyelidiki serangan Israel terhadap tempat perlindungan PBB yang menampung pengungsi Palestina. Komite PBB ini akan dipimpin Patrick Cammaert, pensiunan jenderal Belanda yang memimpin misi penjaga perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo.
“Penyelidikan yang dipimpin Patrick Cammaert akan mengkaji dan menyelidiki sejumlah insiden spesifik terkait dengan korban tewas, luka, atau kerusakan fasilitas PBB,” kata juru bicara PBB, Farhan Haq, dikutip AFP. Anggota panel lainnya adalah Maria Vicien- Milburn dari Argentina, Lee O’Brien dari Amerika Serikat, Pierre Lemelin dari Kanada, dan KC Reddy dari India.
Lebih dari 2.100 warga Palestina tewas oleh serangan Israel dalam peperangan yang berlangsung selama 50 hari di Jalur Gaza beberapa waktu lalu, yang sebagian besar adalah warga sipil. Dalam insiden terparah, lebih dari 12 orang yang berlindung di sekolah yang dijalankan PBB juga tewas akibat serangan Israel. Ribuan gedung hancur dan sedikitnya 223 sekolah di Gaza, yang dijalankan Badan Pengungsi PBB atau pemerintah Hamas dihantam bom.
Ban Ki-moon mengumumkan rencana untuk membentuk komite penyelidikan selama kunjungan ke Gaza bulan lalu. Ban menggambarkan serangan Israel terhadap sekolah yang dijalankan PBB itu sebagai tindakan tidak bermoral. “Ban memperkirakan panel itu dapat bekerja sama dengan semua pihak terkait,” tutur Haq. Sementara itu, Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa, Swiss, membentuk komisi penyelidikan tentang serangan di Gaza yang dipimpin pakar hukum Kanada, William Schabas.
Andika hendra m
(bbg)