Sang Kolektor Superhero Lokal

Sabtu, 08 November 2014 - 13:46 WIB
Sang Kolektor Superhero...
Sang Kolektor Superhero Lokal
A A A
Ternyata kehadiran superhero mampu membangkitkan semangat bagi penggemarnya. Tidak kenal umur, mereka rela sampai menghabiskan berjuta-juta rupiah hanya untuk mengoleksi beberapa barang yang bergambarkan superhero.

Adalah Yosafat Agus, sang Presiden Superhero Mania. Sejak berusia 10 tahun, tepatnya tahun 1978, dia sudah gemar menggunting gambargambar superhero, baik lokal maupun mancanegara, dari koran, majalah, dan kadang dari bungkus-bungkus mainan kembang api. “Sering saya fotokopi juga beberapa gambar dari majalah, lalu saya buat kliping,” sebutnya.

Hingga hari ini, Om Yos masih menekuni kliping tersebut dan sudah tertempel lebih dari 12.500 gambar. Yos mengaku menyenangi superhero, baik lokal maupun internasional. Jika dijadikan perbandingan, koleksi superheromancanegara Yos sebanyak 70%, dan yang lokal sebanyak 30%. Menurut dia, ada karakter berbeda di masingmasing superhero.

”Ada latar belakang budaya masing-masing. Kalau lokal, saya suka karena ada kaitan dengan saya secara budaya dan adat. Dan memang superhero lokal itu membanggakan saya karena bisa sekalian mempromosikan bangsa dan negara tercinta, Indonesia,” bebernya.

Untuk mendapatkan barang-barang berbau superhero lokal tersebut, Yos mengaku tidak terlalu sulit mendapatnya. Alasannya, banyak teman Yos yang menjadi perajin Indonesia di Facebook yang memodifikasi superhero lokal. Untuk website-nya, bisa dicari di Marion Toys (Jakarta), Pramono Gojira (Parakan, Jawa Tengah), Gos Sailendra (Temanggung, Jawa Tengah), dan Hengky Manis Nylekutis (Semarang, Jawa Tengah). Jika Yos lebih banyak mengoleksi kliping, lain lagi dengan Ruby Arijanto yang gemar mengoleksi komik.

Sejak SD, yakni pada tahun 1980-an, Ruby sudah mengoleksi komik-komik superhero Indonesia. Untuk mendapatkannya, Ruby perlu mencarinya di pasar loak dan taman bacaan di pelosok. Hingga kini, dia telah mengoleksi sekitar 100 judul. Ini yang membuatnya turut aktif di komunitas komik jadul. Selain komik, Ruby juga mengumpulkan mainan-mainan vintage serta tokoh superhero Indonesia hasil handmade.

“Karena di Indonesia tak ada produsen mainan tokoh superhero lokal, jadi saya baru membuat action figure-nya melalui pesanan handmade sebanyak 30 buah,” katanya. Ruby mengaku menyenangi superhero lokal karena menyenangi hal-hal berbau vintage.

Adapun koleksi superhero dominan yang dimilikinya, yakni Gundala karya Hasmi dan Godam karya Wid NS. Anggaran yang dibelanjakan Ruby tidak sedikit, dia bisa menghabiskan Rp30 juta untuk hobinya tersebut. Bukan tanpa alasan Ruby membelanjakan uangnya yang berpuluh-puluh juta itu. Dia memiliki obsesi untuk membuat museum komik dan mainan vintage suatu hari.

“Yang paling penting, misi saya adalah menghargai sejarah,” ujarnya. Sulitnya menemukan koleksi barang-barang berbau superhero Indonesia memang turut dirasakan keduanya, baik Yos maupun Ruby. Lantas, hal itu tidak mengurungkan niat mereka untuk tetap mengoleksi barang kesukaannya tersebut. Ada harapan Yos terdalam untuk superhero Indonesia agar terus maju.

Dia sangat mendukung semua komikus muda Indonesia (dan para seniornya) untuk bersatu padu. “Selalu saya yakinkan ke semua orang untuk menciptakan superhero baru Indonesia. Jangan pedulikan kata orang, yang penting kita harus berbuat terusmenerus. Pak Hasmi pun berpesan, ciptakan gerimis demi gerimis, karena kelak akan menjadi hujan lebat,” harapnya.

DEASY AMALIA
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1300 seconds (0.1#10.140)