Tinggalkan Desain Kolonial, Tonjolkan Kebudayaan Lokal

Selasa, 04 November 2014 - 16:47 WIB
Tinggalkan Desain Kolonial, Tonjolkan Kebudayaan Lokal
Tinggalkan Desain Kolonial, Tonjolkan Kebudayaan Lokal
A A A
Presiden Bolivia Evo Morales segera membangun istana kepresidenan baru yang diberi nama “The Great House of the People”, menggantikan istana sebelumnya, The Burnt Palace. Istana baru itu akan menggantikan istana saat ini yang bergaya kolonial dan telah digunakan sejak abad ke-16. Pembangunan istana baru tersebut untuk mengingatkan warga Bolivia atas warisan budaya yang dimilikinya. Morales mengungkapkan, istana barunya tersebut terinspirasi oleh arsitektur peradaban Tiahuanaco.

Pembangunan istana itu dilaksanakan setelah dirinya memenangkan pemilu presiden untuk ketiga kalinya pada 12 Oktober lalu. Istana baru itu juga sebagai penyambutan kemenangan Morales. “The Burnt Palace yang telah digunakan sejak abad ke-16 kental bernuansa Eropa,” kata Morales.

Dia menginginkan istana barunya nanti berdesain khas Bolivia. Istana ini akan dihiasi berbagai motif pribumi dengan tujuan untuk melestarikan kebudayaan Bolivia. “Bangunan sebelumnya yang pernah diserang dan dibakar pemberontak pada 1785 itu dipenuhi simbol Eropa,” kata Morales, dikutip BBC.

Morales yang dikenal anti- Barat memang ingin selalu menonjolkan karya anak negeri dalam berbagai lini pembangunan. Karena itu, menurut Morales, “The Great House of the People” dirancang sendiri oleh arsitek asli Bolivia. Dia ingin mengurangi ketergantungan Bolivia terhadap produk dan pemikiran warga asing.

Bukan kemewahan yang diinginkan Morales. Namun, dia lebih mengutamakan fungsi istana sebagai rumah rakyat. “Istana baru yang dibangun di belakang istana lama itu tidak mewah. Bangunan baru dengan 29 lantai itu terdiri atas ruang pertemuan menteri kabinet dan ruang eksekutif presiden,” ungkapnya.

Selain heliport , istana tersebut juga dilengkapi pusat upacara adat warga Bolivia. Sedangkan istana lama bakal dijadikan museum setelah pembangunan rumah singgah presiden baru rampung. Biaya yang dibutuhkan sekitar USD36 juta atau Rp435,94 miliar.

Juru bicara presiden Morales, Joan Ramon Quintana, mengungkapkan, istana lama merupakan masa kelam Bolivia. Itu menjadi simbol perampasan kekayaan, warisan, dan sejarah Bolivia. Bangunan lama tersebut juga menjadi saksi pembunuhan, pengkhianatan, dan korupsi masa lampau. Untuk menghilangkan kesan itu, pemerintah perlu membangun istana baru. “Masa-masa paling mengerikan tertulis di istana lama,” ujar Quintana.

Menurut dia, istana baru juga akan digunakan untuk peringatan hari bersejarah, termasuk tempat untuk membicarakan kebudayaan dan kekayaan negara, terutama budi daya daun coca.

Presiden Morales pemimpin serikat petani daun coca di Bolivia. Selama ini daun coca memainkan penting bagi masyarakat Bolivia. Daun coca bisa dimanfaatkan sebagai obat bius dan penekan nafsu makan. Daun itu juga kerap digunakan sebagai media interaksi sosial serta upacara keagamaan.

Andika hendra m
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6462 seconds (0.1#10.140)