Korut Akan Karantina Turis Asing

Sabtu, 01 November 2014 - 11:17 WIB
Korut Akan Karantina Turis Asing
Korut Akan Karantina Turis Asing
A A A
SEOUL - Korea Utara (Korut) akan mengarantina seluruh warga negara asing yang masuk ke negara mereka selama 21 hari, tanpa memandang dari negara apa. Tindakan itu dilakukan sebagai pencegahan penyebaran virus ebola.

Perihal kebijakan karantina terhadap warga asing tersebut diketahui dari nasihat kunjungan wisata yang dikeluarkan Inggris melalui website resmi pemerintah kemarin. Inggris sendiri memiliki kedutaan di Pyongyang. Dalam nasihatnya, Pemerintah Inggris mengingatkan warganya yang hendak berkunjung ke ibu kota Korut untuk memerhatikan hal tersebut.

Lebih lanjut dalam pengumumannya, Inggris menyebutkan, warga yang bepergian ke Korut dari wilayah atau negaranegara yang oleh Pyongyang diduga terdampak virus ebola akan dikarantina selama 21 hari dalam sebuah hotel yang sudah disiapkan pemerintah di bawah pengawasan tim medis. Sementara, pengunjung dari wilayah atau negara lain yang tak terdampak juga akan dikarantina di hotel-hotel yang telah disiapkan oleh organisasi yang menyambut kedatangan mereka.

“Staf diplomat dan anggota organisasi internasional yang tinggal di Korut juga akan dikarantina sebagai bagian dari misi mereka,” begitu pernyataan lanjutan pemerintah Inggris. Meski demikian, belum jelas apakah permintaan karantina akan diterapkan kepada warga asing yang sudah berada di Korut ketika perintah diterbitkan. Upaya Pyongyang diduga lebih kepada preventif. Sebab, hingga kini di negara pimpinan Kim Jong-un ini belum ditemukan satu kasus pun terkait ebola.

Pekan lalu pemerintah setempat juga menutup perbatasan bagi turis asing karena perhatian mereka terhadap penyebaran virus. Hanya, perlakuan ini kemungkinan tidak diterapkan bagi pebisnis dan kunjungan resmi. Kantor berita resmi Korut KCNA mengungkap, pengetatan pengecekan dan prosedur karantina akan diterapkan di bandar udara, pelabuhan, dan perbatasan stasiun kereta api. Meski bukan negara favorit wisatawan-jumlah pelancong ke Korut tergolong minim setiap tahunnya-Korut rupanya belajar dari pengalaman terkait ancaman kesehatan dari luar.

Pada 2003 mereka juga menghentikan tur wisata selama tiga bulan karena kekhawatiran penyebaran SARS. Ebola memang menjadi perhatian masyarakat global sejak kemunculannya pertama kali. Berdasarkan laporan WHO, jumlah orang meninggal karena virus mematikan tersebut mencapai 4.922 orang. Mayoritas korban berjatuhan di Liberia, Guinea, dan Sierra Leone.

Virus ini juga mengancam Amerika. Beberapa negara bagian Amerika Serikat (AS) seperti New Jersey dan New York juga dikabarkan menerapkan karantina terhadap mereka yang kembali dari Afrika Barat. Sementara, China akan mengirim pasukan elite dari People’s Liberation Army (PLA) untuk membantu memerangi ebola di Liberia. Pengiriman tersebut sebagai respons permintaan PBB yang meminta peran dunia global untuk membantu memerangi virus mematikan tersebut di Afrika Barat.

Skuad PLA, yang memiliki pengalaman dari penyebaran SARS pada 2002, akan membangun 100 kamar pusat perawatan di Liberia. Direktur Jenderal Departemen Kementerian Hubungan Afrika Lin Songtian mengatakan, pusat perawatan tersebut menjadi satu-satunya fasilitas di tiga negara yang paling besar terdampak ebola. “Pusat perawatan akan mulai beroperasi sebulan.

China juga akan mengirim 480 staf medis PLA untuk menangani pasien ebola. Ini adalah pertama kalinya China mengirimkan keseluruhan unit pasukan pencegahan epidemis dan staf medis militer ke luar negeri,” ungkap Lin. China merupakan rekan perdagangan terbesar Afrika, kawasan penyumbang pertumbuhan ekonomi Beijing dalam beberapa dekade. Apa yang dilakukan tentu sebagai bentuk solidaritas. China juga mendonasikan sebesar USD123 juta untuk 13 negara-negara Afrika dan organisasi internasional guna memerangi ebola.

“Bantuan China tidak akan berhenti hingga epidemis ebola telah hilang dari Afrika Barat,” tandas Lin. Adapun Washington, dalam hal ini menjadi pemimpin internasional dalam upaya menghentikan penyebaran penyakit, juga sudah mengirimkan ribuan tentara dan komitmen membantu dana sekitar USD1 miliar.

Sugeng wahyudi
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3248 seconds (0.1#10.140)