Menciptakan Ruang Kreatif untuk Anak Bangsa
A
A
A
Seni bukan sekadar hiburan, melainkan soal rasa, nurani, dan nilai. Seni dapat juga dipahami sebagai karya anak bangsa yang punya fungsi menyuarakan ketimpangan sosial. Karena itu, tanpa kepedulian terhadap industri seni, niscaya moral bangsa menjadi kering diliputi ketidakadilan, penyimpangan, dan hilangnya peradaban.
Demikian yang dikatakan Ine Febriyanti, 38, dalam menguraikan arti seni. Bagi sebagian orang, nama wanita cantik ini jelas tak asing. Sebab dia merupakan aktris multitalenta karena selain pernah membintangi sejumlah film dan sinetron, istri Yudi Datau ini juga pernah menjadi sutradara film dan pemain teater.
Meski banyak orang mengenalnya sebagai selebritas, siapa sangka perempuan kelahiran Semarang, 18 Februari 1976, ini juga punya perhatian yang besar atas sejumlah problem kebangsaan, baik ekonomi, politik maupun kebudayaan. Hal itu terjadi terutama setelah kevakumannya dari industri hiburan selama dua tahun selepas melahirkan.
Beberapa kali Ine tampak aktif menyuarakan pentingnya bagi negara untuk mengangkat industri kreatif, termasuk seni panggung. Bahkan, dia bersama sejumlah komunitas kreatif dan mantan aktivis pergerakan 1998 membuat simpul kekuatan untuk mengakomodasi komunitas kreatif di berbagai daerah di Indonesia.
Dengan kepandaiannya berakting, saat ini hari-harinya banyak dihabiskan untuk mengajar sekolah seni gratis yang dia dirikan di rumahnya. Karena itu, tidak aneh bila akhir-akhir ini nama wanita cantik ini sangat jarang menjadi konsumsi perbincangan di berbagai acara gosip selebritas di layar kaca.
Ide pendirian sekolah seni gratis ini bermaksud agar semakin banyak anak yang mau belajar tentang seni. Sebab banyak hal yang bisa dipelajari dalam dunia seni, bukan hanya soal akting, melainkan juga nilai-nilai kehidupan yang termuat di dalamnya. Pendirian sekolah ini berkontribusi besar bagi masa depan Indonesia agar semakin banyak terlahir generasi bangsa yang peduli terhadap dunia seni.
"Seni itu penting untuk melatih rasa, nilai, dan mengasah nurani," demikian Ine menjabarkan pelajaran hidup yang diperolehnya dari dunia seni.
Selain kesenian teater, anakanakyangbelajarditempatnyajuga bisa menyalurkan bakatnya di bidang lukis maupun tari. Ruangruang kebebasan berekspresi mesti banyak diciptakan untuk membentuk mental generasi bangsa ke depan. Mereka lahir dan tumbuh bersama dengan talenta masingmasing, karena itu bakat dan potensimutlakuntukdikembangkan.
Menurut Ine, tidak ada batasan bagi anak-anak yang ingin mengasah kemampuan seninya di sekolah ini. Ke depan, diharapkan anak-anak tersebut punya jiwa seni yang kuat sehingga pada akhirnya bisa berkontribusi besar bagi kemajuan kebudayaan nasional. Mestinya pemerintah punya tanggung jawab yang besar untuk memberikan ruang aktualisasi yang sebesar-besarnya bagi anak-anak muda kreatif.
Pemeran utama dalam film Beth (2002) ini menyadari bahwa dorongan natural manusia sebagai homolaborans dituntutuntukterus bergerak dan berkarya. Karya bagi Ine bukan sekadar ruang untuk mengaktualisasi diri, tapi yang terpenting adalah sebuah ekspresi untukmengungkapkanketimpangan dan ketidakseimbangan dalam hidup agar bisa menjadi cermin atau kesadaran baru bagi diri atau siapa pun yang menikmatinya."Passion dan tanggung jawab terhadap karya itu sendirilah yang memotivasi saya untuk berkarya," papar Ine.
Kesadaran sosial yang bangkit dalam diri Ine tidak hanya diwujudkan dalam bentuk pendirian sekolah seni gratis. Untuk menyuarakan problem kebangsaan seperti korupsi, strategi yang dapat dilakukan dari para seniman salah satunya lewat pembuatan film. Pada 2012, dengan dukungan KPK dan Transparency International, dia memproduseri film Kita versus Korupsi . Film ini memberikan pendidikan moral yang berharga bagi semua orang untuk tidak berbuat korupsi.
Nafi muthohirin
Demikian yang dikatakan Ine Febriyanti, 38, dalam menguraikan arti seni. Bagi sebagian orang, nama wanita cantik ini jelas tak asing. Sebab dia merupakan aktris multitalenta karena selain pernah membintangi sejumlah film dan sinetron, istri Yudi Datau ini juga pernah menjadi sutradara film dan pemain teater.
Meski banyak orang mengenalnya sebagai selebritas, siapa sangka perempuan kelahiran Semarang, 18 Februari 1976, ini juga punya perhatian yang besar atas sejumlah problem kebangsaan, baik ekonomi, politik maupun kebudayaan. Hal itu terjadi terutama setelah kevakumannya dari industri hiburan selama dua tahun selepas melahirkan.
Beberapa kali Ine tampak aktif menyuarakan pentingnya bagi negara untuk mengangkat industri kreatif, termasuk seni panggung. Bahkan, dia bersama sejumlah komunitas kreatif dan mantan aktivis pergerakan 1998 membuat simpul kekuatan untuk mengakomodasi komunitas kreatif di berbagai daerah di Indonesia.
Dengan kepandaiannya berakting, saat ini hari-harinya banyak dihabiskan untuk mengajar sekolah seni gratis yang dia dirikan di rumahnya. Karena itu, tidak aneh bila akhir-akhir ini nama wanita cantik ini sangat jarang menjadi konsumsi perbincangan di berbagai acara gosip selebritas di layar kaca.
Ide pendirian sekolah seni gratis ini bermaksud agar semakin banyak anak yang mau belajar tentang seni. Sebab banyak hal yang bisa dipelajari dalam dunia seni, bukan hanya soal akting, melainkan juga nilai-nilai kehidupan yang termuat di dalamnya. Pendirian sekolah ini berkontribusi besar bagi masa depan Indonesia agar semakin banyak terlahir generasi bangsa yang peduli terhadap dunia seni.
"Seni itu penting untuk melatih rasa, nilai, dan mengasah nurani," demikian Ine menjabarkan pelajaran hidup yang diperolehnya dari dunia seni.
Selain kesenian teater, anakanakyangbelajarditempatnyajuga bisa menyalurkan bakatnya di bidang lukis maupun tari. Ruangruang kebebasan berekspresi mesti banyak diciptakan untuk membentuk mental generasi bangsa ke depan. Mereka lahir dan tumbuh bersama dengan talenta masingmasing, karena itu bakat dan potensimutlakuntukdikembangkan.
Menurut Ine, tidak ada batasan bagi anak-anak yang ingin mengasah kemampuan seninya di sekolah ini. Ke depan, diharapkan anak-anak tersebut punya jiwa seni yang kuat sehingga pada akhirnya bisa berkontribusi besar bagi kemajuan kebudayaan nasional. Mestinya pemerintah punya tanggung jawab yang besar untuk memberikan ruang aktualisasi yang sebesar-besarnya bagi anak-anak muda kreatif.
Pemeran utama dalam film Beth (2002) ini menyadari bahwa dorongan natural manusia sebagai homolaborans dituntutuntukterus bergerak dan berkarya. Karya bagi Ine bukan sekadar ruang untuk mengaktualisasi diri, tapi yang terpenting adalah sebuah ekspresi untukmengungkapkanketimpangan dan ketidakseimbangan dalam hidup agar bisa menjadi cermin atau kesadaran baru bagi diri atau siapa pun yang menikmatinya."Passion dan tanggung jawab terhadap karya itu sendirilah yang memotivasi saya untuk berkarya," papar Ine.
Kesadaran sosial yang bangkit dalam diri Ine tidak hanya diwujudkan dalam bentuk pendirian sekolah seni gratis. Untuk menyuarakan problem kebangsaan seperti korupsi, strategi yang dapat dilakukan dari para seniman salah satunya lewat pembuatan film. Pada 2012, dengan dukungan KPK dan Transparency International, dia memproduseri film Kita versus Korupsi . Film ini memberikan pendidikan moral yang berharga bagi semua orang untuk tidak berbuat korupsi.
Nafi muthohirin
(bbg)