Soal Pilkada, Ahok Dinilai Tidak Konsisten
A
A
A
JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dinilai tidak konsisten.
Ahok dinilai tidak konsisten karena memberikan pernyataan yang bertentangan, terkait hal yang sama.
Ahok menolak pandangan Partai Gerindra yang mendukung kepala daerah dipilih oleh DPRD. Bahkan atas alasan itu, Ahok memutuskan mundur dari partai yang telah mengusungnya menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Padahal beberapa bulan sebelumnya, Ahok pernah mengusulkan agar Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta dipilih oleh presiden. Gubernur di Ibu Kota dinilainya harus setingkat menteri.
"Komentar Ahok tidak konsisten terkait pilkada langsung. Alasan Ahok keluar dari Gerindra karena tak sepakat dengan pilkada dikembalikan ke DPRD terpatahkan oleh komentar Ahok sebelumnya," ujar Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Pangi Syarwi Chaniago kepada Sindonews, Kamis 11 September 2014.
Dia menilai Ahok mendapatkan keuntungan dari sikap itu. Pertama, Ahok mendapatkan simpati dari publik karena terkesan sebagai sosok yang berani berseberangan dengan partai.
"Demi mempertahankan daulat rakyat lewat pilkada langsung," katanya.
Sementara yang kedua, ujar dia, Ahok bisa keluar dari Partai Gerindra tanpa terlihat pragmatis dan oportunis oleh publik.
Ahok menjadikan alasan tidak sejalan dengan Gerindra yang sepakat pemilihan kepala daerah dipilih oleh DPRD.
Ahok dinilai tidak konsisten karena memberikan pernyataan yang bertentangan, terkait hal yang sama.
Ahok menolak pandangan Partai Gerindra yang mendukung kepala daerah dipilih oleh DPRD. Bahkan atas alasan itu, Ahok memutuskan mundur dari partai yang telah mengusungnya menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Padahal beberapa bulan sebelumnya, Ahok pernah mengusulkan agar Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta dipilih oleh presiden. Gubernur di Ibu Kota dinilainya harus setingkat menteri.
"Komentar Ahok tidak konsisten terkait pilkada langsung. Alasan Ahok keluar dari Gerindra karena tak sepakat dengan pilkada dikembalikan ke DPRD terpatahkan oleh komentar Ahok sebelumnya," ujar Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Pangi Syarwi Chaniago kepada Sindonews, Kamis 11 September 2014.
Dia menilai Ahok mendapatkan keuntungan dari sikap itu. Pertama, Ahok mendapatkan simpati dari publik karena terkesan sebagai sosok yang berani berseberangan dengan partai.
"Demi mempertahankan daulat rakyat lewat pilkada langsung," katanya.
Sementara yang kedua, ujar dia, Ahok bisa keluar dari Partai Gerindra tanpa terlihat pragmatis dan oportunis oleh publik.
Ahok menjadikan alasan tidak sejalan dengan Gerindra yang sepakat pemilihan kepala daerah dipilih oleh DPRD.
(dam)