Dibanding Ebola, Virus MERS CoV lebih Mengancam

Jum'at, 15 Agustus 2014 - 08:29 WIB
Dibanding Ebola, Virus MERS CoV lebih Mengancam
Dibanding Ebola, Virus MERS CoV lebih Mengancam
A A A
JAKARTA - Wabah Middle East Respiratory Syndrom-Corona Virus (MERS-CoV) di Arab Saudi lebih mengancam kesehatan jamaah haji dibandingkan wabah virus Viral Diseases (EVD) Ebola. Terlebih, telah terjadi kasus baru MERS CoV di Arab Saudi.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Tjandra Yoga Aditama mengatakan, setelah satu bulan tidak ada kasus baru, Pemerintah Arab Saudi kembali melaporkan kasus baru MERS CoV di negara tersebut.

Menurut dia, jika dibandingan antara wabah MERS CoV dan ebola, kapabilitas wabah virus MERS CoV di Arab Saudi lebih besar dibandingkan virus ebola. Karenanya kewaspadaan jemaah terhadap virus MERS CoV tetap harus diperhatikan.

Antara lain rajin mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, tidak kontak langsung dengan binatang seperti unta, jangan meminum susu unta, dan jika merasa sakit atau kurang sehat maka segera berobat

"Kalau sekarang MERS CoV adalah virus yang sudah terdapat di Arab Saudi. Sedangkan ebola masih di negara-negara Afrika," katanya saat ditemui di Kantor Balitbangkes, Jakarta, Kamis 14 Agustus 2014.
Tjandra menerangkan, jika dilihat tingkat bahaya penyakitnya tentunya virus ebola lebih berbahaya. Sebab penularannya lebih mudah.

Namun, situasi saat ini dua wabah virus tersebut sangat mengkhawatirkan. Walaupun demikian angka kematian disebabkan ebola lebih tinggi. Kendati demikian sejauh ini virus ebola tidak keluar dari Afrika.

Saat ini, jumlah total MERS CoV di Arab Saudi sejak Juni 2012 mencapai 723 kasus. 299 di antaranya meninggal atau 41,35%.

Walaupun demikian, angka kematian disebabkan MERS CoV hanya 40% namun patut menjadi perhatian. Terlebih menjelang musim haji yang hanya hitungan hari.

"Angka kematian MERS CoV ini memang lebih rendah sedikit dari pada wabah Ebola yang 54,8%," katanya.

Menurut dia, dari pernyataan World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia, wabah MERS CoV lebih dapat terkontrol dengan sistem yang lebih kuat di terhadap negara yang sudah terdampak. Buktinya, WHO belum menarapkan publik health emergency konsen.

Sedangkan ebola, sistem penanganan kesahatanya tidak begitu kuat sehingga terjadi penyebaran di tengah masyarakat.

"Sehingga terjadi penyebaran luas di pasar dan di jalan. Bahkan mayat karena ebola tidak dapat dipegang karena takut tertular dan harus dibakar," ujarnya.

Selanjutnya, kata dia, Pemerintah Arab Saudi telah memberlakukan pembatasan visa bagi tiga negara seperti Liberia, Siera Leone dan Guinea.

Selain itu, WHO juga meminta kepada tiga negara tersebut untuk memberlakukan exit screening pada semua penduduk yang ingin keluar dari negara tersebut, maka harus dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu.

Kondisi fisik penderita ebola sangat lemah. Sangat mungkin sulit jika harus naik pesawat. Kalaupun harus naik pesawat, kontak penularanya harus bersentuhan satu sama lain.

Berbeda dengan virus influenza yang bisa menularkan tanpa berkontak langsung. Yang terakhir penjagaan yang dilakukan, jika penderita ebola masih lolos dari pengawasan tersebut maka harus dijaga di pintu awal negara-negara yang dituju.

Menteri Koordinator Kesejshtersan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono mebgatakan, meski MERS-CoV ini telah dalam beberapa bulan terakhir mengalami penurunan, tapi kita tetap harus mewaspadainya. Apalagi untuk penyakit ebola yang telah dinyatakan sebagai darurat dunia kesehatan.

Oleh karena itu, lanjut dia, para calon jamaah haji Indonesia diminta untuk terus waspada selama di sana. Jamaah diminta untuk rajin memeriksakan kondisinya pada petugas dan menggunakan masker.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3315 seconds (0.1#10.140)