Eks Presiden AS ke Indonesia, Potensi Pilpres Tak Objektif
A
A
A
JAKARTA - Kedatangan mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Bill Clinton berkunjung ke Indonesia, dianggap berpotensi membuat hasil pemilihan presiden (pilpres) tidak objektif dan tidak adil.
Hal demikian menurut pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago. Dia berpendapat, kedatangan Bill Clinton nanti bisa menciptakan kondisi ketidaknyamanan dan kondisi tidak sejuk.
"Sangat berbahaya intervensi AS dalam pelaksanaan Pilpres 2014. Bisa mengacaukan," ujar Pangi kepada Sindonews, Selasa (15/7/2014).
Maka itu, ujar dia, Bill Clinton meski menunda kedatangannya, jika AS menghargai Indonesia. "Contoh kasus duta besar AS untuk Indonesia Tobert Blake, ikut campur dengan meminta pemerintah mengusut kasus HAM yang dilakukan Prabowo," ungkapnya.
AS lanjut dia, harus berhenti dengan budaya campur tangannya terhadap negara lain. "Sekali lagi, jangan AS coba-coba melakukan intervensi apalagi ingin menciptakan suasana kacau pada pilpres di Indonesia," pungkasnya.
Seperti diketahui, Bill Clinton dikabarkan akan hadir ke Indonesia menjelang 22 Juli. Kedatangannya Clinton terkait kampanye kesehatan dan lingkungan hidup.
Dia akan mengunjungai negara seperti India, Indonesia, Papua Nugini, Selandia Baru, Australia dan Vietnam. Diperkirakan kunjungan itu terkait dalam program Clinton Global Initiative.
Aksi demonstrasi menolak kedatangan Clinton sudah terlihat. Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) menggelar aksi di depan Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta Pusat, Senin 14 Juli 2014.
Pendemo menolak kedatangan Clinton lantaran dilakukan menjelang penentuan pemenang pilpres yang bakal diumumkan 22 Juli mendatang. "Tolak intervensi asing dan tolak kedatangan Bill Clinton," ujar Koordinator aksi, Diki Saefurohman, di Gedung KPU.
Hal demikian menurut pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago. Dia berpendapat, kedatangan Bill Clinton nanti bisa menciptakan kondisi ketidaknyamanan dan kondisi tidak sejuk.
"Sangat berbahaya intervensi AS dalam pelaksanaan Pilpres 2014. Bisa mengacaukan," ujar Pangi kepada Sindonews, Selasa (15/7/2014).
Maka itu, ujar dia, Bill Clinton meski menunda kedatangannya, jika AS menghargai Indonesia. "Contoh kasus duta besar AS untuk Indonesia Tobert Blake, ikut campur dengan meminta pemerintah mengusut kasus HAM yang dilakukan Prabowo," ungkapnya.
AS lanjut dia, harus berhenti dengan budaya campur tangannya terhadap negara lain. "Sekali lagi, jangan AS coba-coba melakukan intervensi apalagi ingin menciptakan suasana kacau pada pilpres di Indonesia," pungkasnya.
Seperti diketahui, Bill Clinton dikabarkan akan hadir ke Indonesia menjelang 22 Juli. Kedatangannya Clinton terkait kampanye kesehatan dan lingkungan hidup.
Dia akan mengunjungai negara seperti India, Indonesia, Papua Nugini, Selandia Baru, Australia dan Vietnam. Diperkirakan kunjungan itu terkait dalam program Clinton Global Initiative.
Aksi demonstrasi menolak kedatangan Clinton sudah terlihat. Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) menggelar aksi di depan Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta Pusat, Senin 14 Juli 2014.
Pendemo menolak kedatangan Clinton lantaran dilakukan menjelang penentuan pemenang pilpres yang bakal diumumkan 22 Juli mendatang. "Tolak intervensi asing dan tolak kedatangan Bill Clinton," ujar Koordinator aksi, Diki Saefurohman, di Gedung KPU.
(maf)