Kronologi Ricuh Pencoblosan di Hong Kong
A
A
A
JAKARTA - Panitia Pemilihan Luar Negeri (PLLN) di Hong Kong telah merampungkan tugasnya untuk menyelenggarakan pemungutan suara Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.
Sedangkan pemungutan suara di Hong Kong telah dilaksanakan pada 6 Juli 2014, yang diikuti oleh 23.569 pemilih di Hong Kong dan 1.568 pemilih di Makau, sedangkan pemilih melalui pos terdata 18.126 orang.
Data pemilih tetap (DPT) untuk wilayah Hong Kong dan Makau keseluruhan berjumlah 114.662 orang. Namun, pemungutan suara di Hong Kong ini menyisakan masalah yang mendapat sorotan cukup luas di Tanah Air, yakni adanya pemilih yang dikabarkan tidak bisa mencoblos dan berakhir ricuh.
Menanggapi ricuh yang terjadi di Hong Kong itu. Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN) Hong Kong, Dhieny Megawati, membeberkan kronologi terjadinya kekisruhan tersebut melalui akun Facebook miliknya.
Catatan Kecil Petugas KPPSLN Hong Kong
Bismillahirohmanirohim
Tidak ada niat untuk mencari pembenar atau mencari kesalahan orang lain ketika saya menuliskan catatan ini. Anggap saja ini sebagai curahan hati saya sebagai salah satu petugas KPPSLN di Hong Kong.
Semenjak pukul 07.00 waktu Hong Kong panitia sudah berkumpul di Lapangan Rumput Victoria Park sebagai tempat perhelatan akbar PILPRES kali ini.
Cuaca yang sangat ekstrem kali ini sudah menjadi tantangan bagi kami semua, panas dan pengap lagi puasa pula, sungguh menjadi tantangan bagi umat muslim yang sedang menjalankan puasa di bulan suci Ramadan kali ini.
Kurang lebih pukul 08.30 TPS telah selesai di tata dan siap, seluruh petugaspun kembali ke TPS masing-masing dan dalam keadaan yang sudah basah kuyup, sekali lagi basah kuyup mandi keringat.
Petugaspun berkumpul dan mulai disumpah serta berdoa sebelum menjalankan tugas. Sejurus kemudian saya menengok ke arah selatan dimana terletak pintu utama/ gerbang wow... sudah ratusan yang antri. Kamipun sesama petugas saling berbisik siap-siap ya ... pemilih akan lebih banyak dari pemilu legislatif kemaren.
Jam 9.00 kami sudah kebanjiran para pemilih dan itu berlangsung tanpa jeda sedikitpun hingga pukul 17.30. TPS kami melayani hampir 1.800 pemilih.
Bila dalam pemilu legislatif lalu satu TPS hanya berkisar 400-600 pemilih, kali ini setiap TPS rata-rata 1.400- 1.800 pemilih dengan jumlah petugas 7 orang di setiap TPS. Ada 13 TPS di HK dan 2 TPS di Macau.
Mbak, Mas, Ibu, Bapak... ketika anda semua mengeluhkan kepanasan kamipun sama kepanasan semenjak anda semua belum antri. Ketika mbak-mbak marah-marah mengatai kami tidak becus dan hanya duduk di dalam TPS, kami tidak hanya duduk.
Dua orang (ketua TPS dan satu anggota) menulis pada setiap kertas suara yang akan pemilih gunakan, menandatanginya dan menyerahkan ke tangan anda semua. Tangan-tangan merekapun protes sebenarnya, ketika letih dan leju menyerang nulisin kertas suara 1800 tanpa henti, tapi kembali sadar bahwa kami harus melayani, memastikan bahwa semua harus berjalan dengan baik.
Sebelumnya dua orang yang anda anggap duduk saja di ujung pintu masuk, mengecek data anda, memastikan benar dan suara anda tidak tertukar atau telah disalah gunakan. Sebab di ujung bilik suara sana ada 2 saksi dan satu orang panwaslu yang juga memastikan kerja kami harus benar dan clean.
Ketika kami memilih tidak duduk diam di dekat bilik suara, bertugas berbicara tiada henti menjelaskan kepada anda semua bagaimana cara mencoblos yang benar, memastikan kertas suara tidak cacat, mengingatkan dan memastikan bahwa anda tidak boleh membawa camera, HP serta tas anda ke dalam bilik suara.
Sebab di ujung bilik suara ada 2 saksi yang juga mengawasi kerja kami, yang sering juga dengan sering berkata-kata pedas ketika mata kami meleng sedikit kemudian ada salah seorang pemilih tasnya ikut kebawa masuk, Tapi kembali kami harus menyadari semua menjalankan tugas masing-masing dan ingin memastikan bahwa semua harus berjalan lancar dan baik.
Kadang dengan santainyapun pemilih tersebut juga berkata " Ribet amat sih, ntar kalau barangku hilang piye? kamu mau tanggung jawab!" Demi Allah dada saya berdesir ingin menangis ketika menjawab "Iya Mbak, kami akan jaga kok" hampir 1.500 kali menjawab dan mengeluarkan suara kami.
Tapi kamipun sungguh sadar dan terus berusaha mengerti bahwa anda semua juga telah antri, berdiri kepanasan berjam-jam. Untuk ketidaknyamanan dan kekurangan pelayanan kami, saya sebagai salah satu petugas mohon maaf.
Di tenda besar tengah sana, tak henti-hentinya petugas mengingatkan agar teman-teman tetap menjaga kesehatan, tetap tertib dan dan berbagi payung, sebab mendadak jam 10.00 turun hujan, sungguh cuaca sangat ekstrem.
Kami di TPS juga kalang kabut, menyelamatkan kertas suara, komputer yang basah, bilik suara yang mendadak kebanjiran bahkan di TPS 13 sempat ambruk karena angin sangat kencang.
Akibatnya sedikit ricuh, antrian semakin mengular, komputer ada yang Hang. Berkali-kali kami harus berkoordinasi memanggil Pak Didi, Pak Fajar, Pak Bukit untuk membuka password komputer yang mendadak eror atau macet. Dan beliau-beliau datang dengan sigap dengan keadaan basah setelah berhujan-hujan. Ya Allah, saya masih beruntung bisa berteduh di bawah tenda.
Pukul 16.00, semakin sering petugas melalui pengeras suara mengingatkan bahwa TPS akan di tutup jam 17.00, berharap agar teman-teman segera datang dan antri.
Hong Kong adalah negara yang super ketat, mungkin tidak banyak yang tahu ketika kami sering di datangi petugas Victoria park, Polisi dan security yang daoso atau warning.
Memeringatkan bahwa pengeras suara kita terlalu keras dan menurut aturan Hong Kong itu tidak di perbolehkan. Bahwa arah speaker sound system itu tidak boleh mengarah ke pemukiman, harus mengarah ke arah laut.
Seberapa sering pihak HK terus mengawasi memastikan bahwa tidak ada keributan, mengingatkan bahwa waktu izin bagi KJRI hanya sampai jam 17.00. Ah.. saya rasa semua kawan-kawan di HK sudah mahfum seberapa cerewetnya dan ketat orang Hong Kong tentang peraturan/perijinan.
16.30 semua proses dipermudah untuk memberi kesempatan kepada semua pemilih, dan kami memasukkan ke DPT ( Daftar pemilih tambahan) semua yang hanya menggunakan KTP, Paspor Indonesia kami terima.
Tentu saja kami tidak mengabaikan bahwa tetap harus jeli memeriksa jari dan ID yang digunakan memerhatikan wajah mereka sesuai atau tidak dengan fotonya.
17.03 setelah tak henti-hentinya Ketua PPLN Pak Sam Aryadi mengumumkan, mengingatkan bahwa gerbang akan ditutup akhirnya ditutuplah gerbang tersebut.
Akan tetapi kami masih melayani para pemilih yang sudah masuk dalam area hingga kurang lebih pukul 17.20 menit, jadi TPS benar-benar tutup sekitar 17.30 an.
Barulah kami semua memersiapkan semua administrasi laporan. Saya yakin dengan yakin-yakinnya bahwa pada pukul 17.03 itu sudah tidak ada antrian di gerbang utama, semua sudah masuk dalam area dalam.
Sebab posisi duduk saya adalah menghadap ke gerbang selatan. Ketika kami sedang berberes menyelesaikan laporan itulah datang dari arah timur segerombolan mbak-mbak yang mengacung-acungkan tangan, jumlahnya sekitar 50-70-an orang awalnya.
Saya segera berlari ke Pak Sam dan Pak fajar yang ada di TPS 10 bertanya siapa itu dan ada apa, kami semuapun terkejut dan saling pandang, ada apakah ini? Bukankah tadi sudah hening, sudah aman dan tidak ada orang.
Jeda peristiwa ini kurang lebih 30 menit setelah TPS ditutup. Semakin lama, semakin banyak yang berdatangan dengan meneriakkan yel-yel capres tertentu.
Jumlahnya saya yakini tidak seperti di berita-berita sampai ribuan, awalnya hanya beberapa puluh dan kemudian semakin banyak sekitar 100- 200 an orang.
Sungguh kami hanya bisa saling pandang ketika dengan mereka semakin banyak yang datang dari berbagai arah, seperti ada yang menggerakkan. Sayapun berusaha mendekat, dan inilah sekarang menjadi salah satu penyesalan saya.
Saya tidak membawa camera saat itu, ketika mereka berteriak-teriak meminta pagar dibuka dan berteriak ingin nyoblos sembari meneriakkan nama salah satu capres, banyak juga di antara tangan-tangan mereka sudah yang berwarna alias bertinta.
Saya pun menebah dada, Ya Allah, sudah demikian gampangkah teman-temanku terprovokasi? sudah sedemikian hebatnyakah aksi untuk memecah belah ini?
Saya semakin dibuat melongo ketika bertemu salah seorang kontributor media HK yang kebetulan adalah teman saya pula, Mbak Wijiati Supari. Beliau menyampaikan bahwa beliau menyaksikan bahwa ada seorang lelaki di luar sana yang sepertinya menggerakkan ini dan kemudian dia menghilang begitu saja ketika massa sudah tidak terkendali.
Sayang ketika kami berusaha mencari jejak foto orang yang dimaksud di kamera Mbak Wiji, kami belum berhasil menemukannya. Kemudian kami berdua mencoba mendatangi Bu Helena (Konsul Sosbud KJRi HK) mencoba bertanya dan beliaupun sama bingungnya, mengapa mendadak bisa begini.
Hal ini menguatkan pemikiran saya bahwa ada pihak-pihak yang tidak menginginkan PEMILU di HK ini damai, sebagai mana berbulan-bulan ini kita dibuai dengan segala macam berita hoak dan black campaign. Begitu mudahnya kita dibuat untuk saling menghujat, mengumbar aib calon pemimpin kita dan mempermalukan bangsa kita sendiri. Astaghfirulah....
Semalam ketika saya mendengar dari salah satu teman FLP di WA FLP sedunia berkaitan dengan TPS 13 yang diduga membuka TPS lagi, saya bisa jelaskan itu TIDAK BENAR, bahwa saat itu saya tahu teman-teman saya di TPS 13 sedang membuat laporan administrasi dan kemungkinan menghitung/ mencocokkan surat suara yang telah terpakai, bukan membuka TPS lagi.
Mengenai ada oknum yang mengatakan bahwa memerbolehkan masuk bagi pencoblos capres 1, hal ini masih menjadi penyelidikan panitia. Yang pasti tidak ada TPS yang dibuka kembali saat kami di demo, tidak ada satu TPS pun yang menerima pemilih lagi setelah TPS ditutup.
Saya berharap BMI HK yang sudah pintar dan cerdas semua, melek tehnologi ini tidak gampang menjadi obyek yang di manfaatkan oknum-oknum dalam kancah politik ini.
Jangan mudah percaya dan menyebarkan hal yang anda sendiri tidak tahu kebenarannya. Satu tambahan kalimat opini anda dalam menyebarkan berita, itu adalah blunder dan bisa menjadi fitnah-fitnah baru yang siap dimanfaatkan banyak pihak.
Sekali lagi anggap saja ini curahan hati saya sebagai salah satu petugas yang sama sekali tidak sempurna, tapi tolonglah dimengerti bahwa kami seluruh Petugas PPLN HK sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mensukseskan PEMILU. sekali lagi mohon maaf yang sebesar-besarnya bila masih banyak kekurangan di sana sini.
Dhieny Megawati
Petugas KPPSLN TPS 12
Sedangkan pemungutan suara di Hong Kong telah dilaksanakan pada 6 Juli 2014, yang diikuti oleh 23.569 pemilih di Hong Kong dan 1.568 pemilih di Makau, sedangkan pemilih melalui pos terdata 18.126 orang.
Data pemilih tetap (DPT) untuk wilayah Hong Kong dan Makau keseluruhan berjumlah 114.662 orang. Namun, pemungutan suara di Hong Kong ini menyisakan masalah yang mendapat sorotan cukup luas di Tanah Air, yakni adanya pemilih yang dikabarkan tidak bisa mencoblos dan berakhir ricuh.
Menanggapi ricuh yang terjadi di Hong Kong itu. Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN) Hong Kong, Dhieny Megawati, membeberkan kronologi terjadinya kekisruhan tersebut melalui akun Facebook miliknya.
Catatan Kecil Petugas KPPSLN Hong Kong
Bismillahirohmanirohim
Tidak ada niat untuk mencari pembenar atau mencari kesalahan orang lain ketika saya menuliskan catatan ini. Anggap saja ini sebagai curahan hati saya sebagai salah satu petugas KPPSLN di Hong Kong.
Semenjak pukul 07.00 waktu Hong Kong panitia sudah berkumpul di Lapangan Rumput Victoria Park sebagai tempat perhelatan akbar PILPRES kali ini.
Cuaca yang sangat ekstrem kali ini sudah menjadi tantangan bagi kami semua, panas dan pengap lagi puasa pula, sungguh menjadi tantangan bagi umat muslim yang sedang menjalankan puasa di bulan suci Ramadan kali ini.
Kurang lebih pukul 08.30 TPS telah selesai di tata dan siap, seluruh petugaspun kembali ke TPS masing-masing dan dalam keadaan yang sudah basah kuyup, sekali lagi basah kuyup mandi keringat.
Petugaspun berkumpul dan mulai disumpah serta berdoa sebelum menjalankan tugas. Sejurus kemudian saya menengok ke arah selatan dimana terletak pintu utama/ gerbang wow... sudah ratusan yang antri. Kamipun sesama petugas saling berbisik siap-siap ya ... pemilih akan lebih banyak dari pemilu legislatif kemaren.
Jam 9.00 kami sudah kebanjiran para pemilih dan itu berlangsung tanpa jeda sedikitpun hingga pukul 17.30. TPS kami melayani hampir 1.800 pemilih.
Bila dalam pemilu legislatif lalu satu TPS hanya berkisar 400-600 pemilih, kali ini setiap TPS rata-rata 1.400- 1.800 pemilih dengan jumlah petugas 7 orang di setiap TPS. Ada 13 TPS di HK dan 2 TPS di Macau.
Mbak, Mas, Ibu, Bapak... ketika anda semua mengeluhkan kepanasan kamipun sama kepanasan semenjak anda semua belum antri. Ketika mbak-mbak marah-marah mengatai kami tidak becus dan hanya duduk di dalam TPS, kami tidak hanya duduk.
Dua orang (ketua TPS dan satu anggota) menulis pada setiap kertas suara yang akan pemilih gunakan, menandatanginya dan menyerahkan ke tangan anda semua. Tangan-tangan merekapun protes sebenarnya, ketika letih dan leju menyerang nulisin kertas suara 1800 tanpa henti, tapi kembali sadar bahwa kami harus melayani, memastikan bahwa semua harus berjalan dengan baik.
Sebelumnya dua orang yang anda anggap duduk saja di ujung pintu masuk, mengecek data anda, memastikan benar dan suara anda tidak tertukar atau telah disalah gunakan. Sebab di ujung bilik suara sana ada 2 saksi dan satu orang panwaslu yang juga memastikan kerja kami harus benar dan clean.
Ketika kami memilih tidak duduk diam di dekat bilik suara, bertugas berbicara tiada henti menjelaskan kepada anda semua bagaimana cara mencoblos yang benar, memastikan kertas suara tidak cacat, mengingatkan dan memastikan bahwa anda tidak boleh membawa camera, HP serta tas anda ke dalam bilik suara.
Sebab di ujung bilik suara ada 2 saksi yang juga mengawasi kerja kami, yang sering juga dengan sering berkata-kata pedas ketika mata kami meleng sedikit kemudian ada salah seorang pemilih tasnya ikut kebawa masuk, Tapi kembali kami harus menyadari semua menjalankan tugas masing-masing dan ingin memastikan bahwa semua harus berjalan lancar dan baik.
Kadang dengan santainyapun pemilih tersebut juga berkata " Ribet amat sih, ntar kalau barangku hilang piye? kamu mau tanggung jawab!" Demi Allah dada saya berdesir ingin menangis ketika menjawab "Iya Mbak, kami akan jaga kok" hampir 1.500 kali menjawab dan mengeluarkan suara kami.
Tapi kamipun sungguh sadar dan terus berusaha mengerti bahwa anda semua juga telah antri, berdiri kepanasan berjam-jam. Untuk ketidaknyamanan dan kekurangan pelayanan kami, saya sebagai salah satu petugas mohon maaf.
Di tenda besar tengah sana, tak henti-hentinya petugas mengingatkan agar teman-teman tetap menjaga kesehatan, tetap tertib dan dan berbagi payung, sebab mendadak jam 10.00 turun hujan, sungguh cuaca sangat ekstrem.
Kami di TPS juga kalang kabut, menyelamatkan kertas suara, komputer yang basah, bilik suara yang mendadak kebanjiran bahkan di TPS 13 sempat ambruk karena angin sangat kencang.
Akibatnya sedikit ricuh, antrian semakin mengular, komputer ada yang Hang. Berkali-kali kami harus berkoordinasi memanggil Pak Didi, Pak Fajar, Pak Bukit untuk membuka password komputer yang mendadak eror atau macet. Dan beliau-beliau datang dengan sigap dengan keadaan basah setelah berhujan-hujan. Ya Allah, saya masih beruntung bisa berteduh di bawah tenda.
Pukul 16.00, semakin sering petugas melalui pengeras suara mengingatkan bahwa TPS akan di tutup jam 17.00, berharap agar teman-teman segera datang dan antri.
Hong Kong adalah negara yang super ketat, mungkin tidak banyak yang tahu ketika kami sering di datangi petugas Victoria park, Polisi dan security yang daoso atau warning.
Memeringatkan bahwa pengeras suara kita terlalu keras dan menurut aturan Hong Kong itu tidak di perbolehkan. Bahwa arah speaker sound system itu tidak boleh mengarah ke pemukiman, harus mengarah ke arah laut.
Seberapa sering pihak HK terus mengawasi memastikan bahwa tidak ada keributan, mengingatkan bahwa waktu izin bagi KJRI hanya sampai jam 17.00. Ah.. saya rasa semua kawan-kawan di HK sudah mahfum seberapa cerewetnya dan ketat orang Hong Kong tentang peraturan/perijinan.
16.30 semua proses dipermudah untuk memberi kesempatan kepada semua pemilih, dan kami memasukkan ke DPT ( Daftar pemilih tambahan) semua yang hanya menggunakan KTP, Paspor Indonesia kami terima.
Tentu saja kami tidak mengabaikan bahwa tetap harus jeli memeriksa jari dan ID yang digunakan memerhatikan wajah mereka sesuai atau tidak dengan fotonya.
17.03 setelah tak henti-hentinya Ketua PPLN Pak Sam Aryadi mengumumkan, mengingatkan bahwa gerbang akan ditutup akhirnya ditutuplah gerbang tersebut.
Akan tetapi kami masih melayani para pemilih yang sudah masuk dalam area hingga kurang lebih pukul 17.20 menit, jadi TPS benar-benar tutup sekitar 17.30 an.
Barulah kami semua memersiapkan semua administrasi laporan. Saya yakin dengan yakin-yakinnya bahwa pada pukul 17.03 itu sudah tidak ada antrian di gerbang utama, semua sudah masuk dalam area dalam.
Sebab posisi duduk saya adalah menghadap ke gerbang selatan. Ketika kami sedang berberes menyelesaikan laporan itulah datang dari arah timur segerombolan mbak-mbak yang mengacung-acungkan tangan, jumlahnya sekitar 50-70-an orang awalnya.
Saya segera berlari ke Pak Sam dan Pak fajar yang ada di TPS 10 bertanya siapa itu dan ada apa, kami semuapun terkejut dan saling pandang, ada apakah ini? Bukankah tadi sudah hening, sudah aman dan tidak ada orang.
Jeda peristiwa ini kurang lebih 30 menit setelah TPS ditutup. Semakin lama, semakin banyak yang berdatangan dengan meneriakkan yel-yel capres tertentu.
Jumlahnya saya yakini tidak seperti di berita-berita sampai ribuan, awalnya hanya beberapa puluh dan kemudian semakin banyak sekitar 100- 200 an orang.
Sungguh kami hanya bisa saling pandang ketika dengan mereka semakin banyak yang datang dari berbagai arah, seperti ada yang menggerakkan. Sayapun berusaha mendekat, dan inilah sekarang menjadi salah satu penyesalan saya.
Saya tidak membawa camera saat itu, ketika mereka berteriak-teriak meminta pagar dibuka dan berteriak ingin nyoblos sembari meneriakkan nama salah satu capres, banyak juga di antara tangan-tangan mereka sudah yang berwarna alias bertinta.
Saya pun menebah dada, Ya Allah, sudah demikian gampangkah teman-temanku terprovokasi? sudah sedemikian hebatnyakah aksi untuk memecah belah ini?
Saya semakin dibuat melongo ketika bertemu salah seorang kontributor media HK yang kebetulan adalah teman saya pula, Mbak Wijiati Supari. Beliau menyampaikan bahwa beliau menyaksikan bahwa ada seorang lelaki di luar sana yang sepertinya menggerakkan ini dan kemudian dia menghilang begitu saja ketika massa sudah tidak terkendali.
Sayang ketika kami berusaha mencari jejak foto orang yang dimaksud di kamera Mbak Wiji, kami belum berhasil menemukannya. Kemudian kami berdua mencoba mendatangi Bu Helena (Konsul Sosbud KJRi HK) mencoba bertanya dan beliaupun sama bingungnya, mengapa mendadak bisa begini.
Hal ini menguatkan pemikiran saya bahwa ada pihak-pihak yang tidak menginginkan PEMILU di HK ini damai, sebagai mana berbulan-bulan ini kita dibuai dengan segala macam berita hoak dan black campaign. Begitu mudahnya kita dibuat untuk saling menghujat, mengumbar aib calon pemimpin kita dan mempermalukan bangsa kita sendiri. Astaghfirulah....
Semalam ketika saya mendengar dari salah satu teman FLP di WA FLP sedunia berkaitan dengan TPS 13 yang diduga membuka TPS lagi, saya bisa jelaskan itu TIDAK BENAR, bahwa saat itu saya tahu teman-teman saya di TPS 13 sedang membuat laporan administrasi dan kemungkinan menghitung/ mencocokkan surat suara yang telah terpakai, bukan membuka TPS lagi.
Mengenai ada oknum yang mengatakan bahwa memerbolehkan masuk bagi pencoblos capres 1, hal ini masih menjadi penyelidikan panitia. Yang pasti tidak ada TPS yang dibuka kembali saat kami di demo, tidak ada satu TPS pun yang menerima pemilih lagi setelah TPS ditutup.
Saya berharap BMI HK yang sudah pintar dan cerdas semua, melek tehnologi ini tidak gampang menjadi obyek yang di manfaatkan oknum-oknum dalam kancah politik ini.
Jangan mudah percaya dan menyebarkan hal yang anda sendiri tidak tahu kebenarannya. Satu tambahan kalimat opini anda dalam menyebarkan berita, itu adalah blunder dan bisa menjadi fitnah-fitnah baru yang siap dimanfaatkan banyak pihak.
Sekali lagi anggap saja ini curahan hati saya sebagai salah satu petugas yang sama sekali tidak sempurna, tapi tolonglah dimengerti bahwa kami seluruh Petugas PPLN HK sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mensukseskan PEMILU. sekali lagi mohon maaf yang sebesar-besarnya bila masih banyak kekurangan di sana sini.
Dhieny Megawati
Petugas KPPSLN TPS 12
(maf)