Lawan JK, Hatta Rajasa Lebih Konkret
A
A
A
JAKARTA - Pernyataan dan jawaban calon wakil presiden (cawapres) Hatta Rajasa saat berdebat dengan cawapres Jusuf Kalla, dinilai lebih konkret. Karena, yang disampaikan Hatta merupakan gambaran saat menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) atau kepala BPPT.
"Artinya kaitan penerapan teknologi dengan peningkatan biaya riset kemudian kaitan teknologi terapan itu bermanfaat bagi penyediaan lapangan pekerjaan dan teknologi yang tepat guna itu tidak hanya aspek keilmuannya saja, tetapi yang lebih penting dari itu bisa menyerap lapangan kerja yang lebih luas," ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Amanat Nasional (PAN) Taufik Kurniawan saat dihubungi wartawan, Senin (30/6/2014).
Menurut dia, tiga aspek itu harus sejalan antara satu dengan yang lainnya. Sehingga semuanya bisa bermuara pada penyiapan bagaimana lembaga pendidikan di Indonesia bisa menghasilkan anak didik sesuai harapan.
"Pengembangan teori dan kemajuan ilmu pengetahuan sangat penting, namun bila tak sesuai dengan kebutuhan dalam negeri menjadi percuma, karena tidak mampu menyerap tenaga kerja."
"Membangun keterampilan anak didik di sekolah tentu harus didahului dengan kesejahteraan para pendidik," sambungnya.
Lanjut Taufik, dirinya berpendapat tidak hanya faktor teori saja yang diungguli Hatta, akan tetapi jam terbang dan birokrasi juga pernah dia laksanakan.
"Dalam aspek penyediaan sistem pendidikan kita membuat anak didik dan sarjana terampil tidak lepas dari kesejahteraan dan aspek keterampilan tenaga pendidik dan guru-guru kita," pungkasnya.
"Artinya kaitan penerapan teknologi dengan peningkatan biaya riset kemudian kaitan teknologi terapan itu bermanfaat bagi penyediaan lapangan pekerjaan dan teknologi yang tepat guna itu tidak hanya aspek keilmuannya saja, tetapi yang lebih penting dari itu bisa menyerap lapangan kerja yang lebih luas," ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Amanat Nasional (PAN) Taufik Kurniawan saat dihubungi wartawan, Senin (30/6/2014).
Menurut dia, tiga aspek itu harus sejalan antara satu dengan yang lainnya. Sehingga semuanya bisa bermuara pada penyiapan bagaimana lembaga pendidikan di Indonesia bisa menghasilkan anak didik sesuai harapan.
"Pengembangan teori dan kemajuan ilmu pengetahuan sangat penting, namun bila tak sesuai dengan kebutuhan dalam negeri menjadi percuma, karena tidak mampu menyerap tenaga kerja."
"Membangun keterampilan anak didik di sekolah tentu harus didahului dengan kesejahteraan para pendidik," sambungnya.
Lanjut Taufik, dirinya berpendapat tidak hanya faktor teori saja yang diungguli Hatta, akan tetapi jam terbang dan birokrasi juga pernah dia laksanakan.
"Dalam aspek penyediaan sistem pendidikan kita membuat anak didik dan sarjana terampil tidak lepas dari kesejahteraan dan aspek keterampilan tenaga pendidik dan guru-guru kita," pungkasnya.
(hyk)