Jokowi Terbukti Didukung Lembaga Survei Partisan
A
A
A
JAKARTA - Pemberitaan media Australia, The Sydney Morning Herald, membuktikan banyak lembaga survei menjadi partisan capres Joko Widodo (Jokowi) dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.
Pengamat media Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Dr Iswandi Syahputra mengatakan, pembuktian tersebut bisa dilihat dari bungkamnya tiga lembaga survei saat diklarifikasi oleh The Sydney Morning Herald mengenai keunggulan elektabilitas Prabowo terhadap Jokowi.
"Tiga lembaga yang memilih Jokowi ini kan enggak mau bersuara. Bisa dipastikan itu partisan. Hal ini yang saya kira merusak demokrasi," ujar Iswandi saat berbincang dengan Sindonews di Kantor KAHMI, Jalan Senopati, Jakarta Selatan, Kamis (26/6/2014).
Iswandi menyayangkan pemberitaan media dalam negeri yang minim merespon temuan elektabilitas capres Prabowo mengungguli Jokowi di The Sydney Morning Herald. "Minimnya liputan media domestik kita terhadap berita itu adalah sinyal, lembaga survei itu bayaran," ujarnya.
Iswandi berharap lembaga survei di Indonesia tunduk pada objektivitas, bukan subjektivitas. "Seharusnya lembaga survei itu seperti dokter. Orang sakit harus jelas diagnosanya. Jangan dibuat-buat sakit, agar tahu obatnya," tuturnya.
The Sydney Morning Herald memberitakan hasil survei di Indonesia terkait elektabilitas Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Dalam berita itu dikatakan elektabilitas Prabowo mencapai 51,2 persen sementara Joko Widodo hanya mencapai 48,8 persen.
The Sydney Morning Herald menduga beberapa lembaga survei di Indonesia memiliki relasi ke Joko Widodo, sehingga hasil survei yang sebenarnya sengaja tidak dipublikasikan. Karena mereka khawatir sebagian pendukung Joko Widodo beralih ke Prabowo Subianto.
Pengamat media Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Dr Iswandi Syahputra mengatakan, pembuktian tersebut bisa dilihat dari bungkamnya tiga lembaga survei saat diklarifikasi oleh The Sydney Morning Herald mengenai keunggulan elektabilitas Prabowo terhadap Jokowi.
"Tiga lembaga yang memilih Jokowi ini kan enggak mau bersuara. Bisa dipastikan itu partisan. Hal ini yang saya kira merusak demokrasi," ujar Iswandi saat berbincang dengan Sindonews di Kantor KAHMI, Jalan Senopati, Jakarta Selatan, Kamis (26/6/2014).
Iswandi menyayangkan pemberitaan media dalam negeri yang minim merespon temuan elektabilitas capres Prabowo mengungguli Jokowi di The Sydney Morning Herald. "Minimnya liputan media domestik kita terhadap berita itu adalah sinyal, lembaga survei itu bayaran," ujarnya.
Iswandi berharap lembaga survei di Indonesia tunduk pada objektivitas, bukan subjektivitas. "Seharusnya lembaga survei itu seperti dokter. Orang sakit harus jelas diagnosanya. Jangan dibuat-buat sakit, agar tahu obatnya," tuturnya.
The Sydney Morning Herald memberitakan hasil survei di Indonesia terkait elektabilitas Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Dalam berita itu dikatakan elektabilitas Prabowo mencapai 51,2 persen sementara Joko Widodo hanya mencapai 48,8 persen.
The Sydney Morning Herald menduga beberapa lembaga survei di Indonesia memiliki relasi ke Joko Widodo, sehingga hasil survei yang sebenarnya sengaja tidak dipublikasikan. Karena mereka khawatir sebagian pendukung Joko Widodo beralih ke Prabowo Subianto.
(hyk)