Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadan 28 Juni 2014
A
A
A
SEMARANG - Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Jawa Tengah mengumumkan 1 Ramadan 1435 H atau awal puasa jatuh pada tanggal 28 Juni 2014. Keputusan itu diambil melalui proses hisab wujudul hilal yang dilakukan Majelis Tarjih dan Tajdid.
“Kita menggunakan teori ruqyat qoblal ghurub (melihat sebelum matahari terbenam) dengan alat cukup canggih yaitu astrofotografi. Jam 1 siang, matahari sudah bisa dipotret. Teori wujudul hilal, jadi berapapun derajatnya,” ungkap Wakil Ketua PW Muhammadiyah Jawa Tengah, Rosihan, di Kota Semarang, Kamis (19/6/2014).
Dia mengatakan perbedaan penetapan awal Ramadan dengan pemerintah, karena perbedaan teori yang digunakan. Teori yang dilakukan pemerintah dan sudah berjalan adalah ruqyat badal ghurub atau melihat bulan setelah matahari terbenam.
“Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadan jatuh pada 28 Juni 2014 ini, kalau pemerintah 29 Juni. Karena pendekatannya berbeda, hasilnya pasti berbeda,” lanjutnya.
Rosihan mengatakan, perbedaan tersebut jangan sampai membuat umat Muslim terpecah belah. Karena semua didasarkan pada keyakinan penghitungan masing–masing. Semua umat Islam diharapkan tetap menjaga toleransi.
Secara nasional, awal Ramadan 28 Juni oleh Muhammadiyah termuat dalam Maklumat PP Muhammadiyah nomor 02/MLM.I.O/E/2014/. Perbedaan ini juga termasuk waktu memulai dan mengakhiri ibadah puasa Ramadan.
Sementara itu, Pakar Ilmu Falak IAIN Walisongo yang juga PP Lajnah Falakiyah PBNU Slamet Hambali mengatakan, pada tanggal 27 Juni 2014, hari Jumat wilayah Indonesia masih terbelah dua.
“Separuh positif, separuh negatif. Sebagian besar negatifnya. Posisi negatif di Aceh Sumatera Utara, Kalimantan, Sulawesi, termasuk Papua. Yang positif di antaranya ada di Lampung, Jawa, dan NTB," tambahnya.
Jadi, sambungnya, pemerintah termasuk PWNU tidak mungkin menetapkan 1 Ramadan jatuh pada 28 Juni nanti. "Kondisi bulan belum masuk kriteria,” sambungnya dihubungi terpisah.
Berdasarkan perhitungan, 1 Ramadan nanti akan jatuh pada hari Minggu 29 Juni 2014. Ini juga diikuti yang lain, di antaranya Al Irsyad hingga Al Azhar yang berlaku se Indonesia.
“Kita menggunakan teori ruqyat qoblal ghurub (melihat sebelum matahari terbenam) dengan alat cukup canggih yaitu astrofotografi. Jam 1 siang, matahari sudah bisa dipotret. Teori wujudul hilal, jadi berapapun derajatnya,” ungkap Wakil Ketua PW Muhammadiyah Jawa Tengah, Rosihan, di Kota Semarang, Kamis (19/6/2014).
Dia mengatakan perbedaan penetapan awal Ramadan dengan pemerintah, karena perbedaan teori yang digunakan. Teori yang dilakukan pemerintah dan sudah berjalan adalah ruqyat badal ghurub atau melihat bulan setelah matahari terbenam.
“Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadan jatuh pada 28 Juni 2014 ini, kalau pemerintah 29 Juni. Karena pendekatannya berbeda, hasilnya pasti berbeda,” lanjutnya.
Rosihan mengatakan, perbedaan tersebut jangan sampai membuat umat Muslim terpecah belah. Karena semua didasarkan pada keyakinan penghitungan masing–masing. Semua umat Islam diharapkan tetap menjaga toleransi.
Secara nasional, awal Ramadan 28 Juni oleh Muhammadiyah termuat dalam Maklumat PP Muhammadiyah nomor 02/MLM.I.O/E/2014/. Perbedaan ini juga termasuk waktu memulai dan mengakhiri ibadah puasa Ramadan.
Sementara itu, Pakar Ilmu Falak IAIN Walisongo yang juga PP Lajnah Falakiyah PBNU Slamet Hambali mengatakan, pada tanggal 27 Juni 2014, hari Jumat wilayah Indonesia masih terbelah dua.
“Separuh positif, separuh negatif. Sebagian besar negatifnya. Posisi negatif di Aceh Sumatera Utara, Kalimantan, Sulawesi, termasuk Papua. Yang positif di antaranya ada di Lampung, Jawa, dan NTB," tambahnya.
Jadi, sambungnya, pemerintah termasuk PWNU tidak mungkin menetapkan 1 Ramadan jatuh pada 28 Juni nanti. "Kondisi bulan belum masuk kriteria,” sambungnya dihubungi terpisah.
Berdasarkan perhitungan, 1 Ramadan nanti akan jatuh pada hari Minggu 29 Juni 2014. Ini juga diikuti yang lain, di antaranya Al Irsyad hingga Al Azhar yang berlaku se Indonesia.
(san)