Penyebab Seks Bebas di Kalangan Remaja Meningkat
A
A
A
SURABAYA - Pakar kesehatan masyarakat Universitas Indonesia (UI), Agustin Kusumayati mengatakan, ada beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya seks pranikah.
Menurutnya, di antaranya umur, jenis kelamin, sikap terhadap hubungan seks pranikah, dan perilaku berpacaran. Selain itu akses informasi tentang HIV/AIDS, pengaruh teman sebaya dan tentunya peran masyarakat.
Meskipun ada kebijakan pemerintah terkait remaja , namun seringkali tidak implentatif. Maka dia menyarankan, perlu dikembangkan sebuah kebijakan yang implentatif dalam rangka mengutamakan kepentingan remaja.
"Perlu dikembangkan intervensi sistematis tentang seksualitas untuk mencegah perilaku berpacaran yang berisiko. Hal ini harus didukung juga dengan intervensi komprehensif multi disiplin dan lintas sektor," kata Agustin dalam Seminar Remaja dengan tema Remaja Berkualitas, Indonesia Sejahtera, di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (12/6/2014).
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Fasli Jalal mengaku adanya trend kenaikan seks pranikah dikalangan remaja sudah mencemaskan. Apalagi jumlah remaja kurang lebih 27 persen dari jumlah penduduk Indonesia. "Memang belum begitu besar. Tetapi yang mencemaskan memang naik terus," kata Fasli Jalal.
Dia mengatakan, angka tersebut baru dilihat secara makro. Belum lagi jika dilihat secara mikro, yakni jika setiap keluarga yang memiliki beban masalah tersebut maka akan berefek domino. "Itu menjadi beban yang luar biasa. Beban moral, sosial dan ekonomi. Misalkan terpaksa dinikahkan padahal anak belum siap," tuturnya.
Dalam hal ini, BKKBN mengambil langkah untuk mengembangkan program konselor teman sebaya. Ini dilakukan dengan memanfaatkan remaja-remaja yang masih berperilaku baik untuk mempengaruhi teman-temanya.
"Apalagi banyak aktivis yang baik untuk menjaga teman-temannya. Mampu juga menarik kembali untuk temanya yang sudah bermasalah," paparnya.
Dia pun sebenarnya berkeinginan untuk mencegah perilaku seks bebas sejak dini yakni dimulai saat remaja memasuki masa puber. Namun, baik pendanaan, waktu dan sumber daya masih belum mencukupi. "Kita konsentrasikan untuk remaja yang merencakan masa depannya. Ini bagi anak-anak SMA, SMK," tuturnya.
Sepertinya diketahui, Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan, 48 dari 1.000 kehamilan di perkotaan terjadi pada kelompok remaja usia 15-19 tahun.
Angka ini meningkat dibandingkan temuan SDKI 2007 yang hanya 35 dari 1.000 kehamilan. Salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya kehamilan remaja adalah perilaku seks bebas. Alasan remaja laki-laki melakukan seks bebas lebih didasarkan atas rasa penasaran. Sedang remaja perempuan mengaku seks bebas terjadi begitu saja.
Menurutnya, di antaranya umur, jenis kelamin, sikap terhadap hubungan seks pranikah, dan perilaku berpacaran. Selain itu akses informasi tentang HIV/AIDS, pengaruh teman sebaya dan tentunya peran masyarakat.
Meskipun ada kebijakan pemerintah terkait remaja , namun seringkali tidak implentatif. Maka dia menyarankan, perlu dikembangkan sebuah kebijakan yang implentatif dalam rangka mengutamakan kepentingan remaja.
"Perlu dikembangkan intervensi sistematis tentang seksualitas untuk mencegah perilaku berpacaran yang berisiko. Hal ini harus didukung juga dengan intervensi komprehensif multi disiplin dan lintas sektor," kata Agustin dalam Seminar Remaja dengan tema Remaja Berkualitas, Indonesia Sejahtera, di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (12/6/2014).
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Fasli Jalal mengaku adanya trend kenaikan seks pranikah dikalangan remaja sudah mencemaskan. Apalagi jumlah remaja kurang lebih 27 persen dari jumlah penduduk Indonesia. "Memang belum begitu besar. Tetapi yang mencemaskan memang naik terus," kata Fasli Jalal.
Dia mengatakan, angka tersebut baru dilihat secara makro. Belum lagi jika dilihat secara mikro, yakni jika setiap keluarga yang memiliki beban masalah tersebut maka akan berefek domino. "Itu menjadi beban yang luar biasa. Beban moral, sosial dan ekonomi. Misalkan terpaksa dinikahkan padahal anak belum siap," tuturnya.
Dalam hal ini, BKKBN mengambil langkah untuk mengembangkan program konselor teman sebaya. Ini dilakukan dengan memanfaatkan remaja-remaja yang masih berperilaku baik untuk mempengaruhi teman-temanya.
"Apalagi banyak aktivis yang baik untuk menjaga teman-temannya. Mampu juga menarik kembali untuk temanya yang sudah bermasalah," paparnya.
Dia pun sebenarnya berkeinginan untuk mencegah perilaku seks bebas sejak dini yakni dimulai saat remaja memasuki masa puber. Namun, baik pendanaan, waktu dan sumber daya masih belum mencukupi. "Kita konsentrasikan untuk remaja yang merencakan masa depannya. Ini bagi anak-anak SMA, SMK," tuturnya.
Sepertinya diketahui, Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan, 48 dari 1.000 kehamilan di perkotaan terjadi pada kelompok remaja usia 15-19 tahun.
Angka ini meningkat dibandingkan temuan SDKI 2007 yang hanya 35 dari 1.000 kehamilan. Salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya kehamilan remaja adalah perilaku seks bebas. Alasan remaja laki-laki melakukan seks bebas lebih didasarkan atas rasa penasaran. Sedang remaja perempuan mengaku seks bebas terjadi begitu saja.
(maf)