Darurat perilaku anak karena kesalahan pola asuh
A
A
A
Sindonews.com - Indonesia sedang memasuki masa darurat sosial, khususnya terkait perilaku anak-anak. Beberapa riset menyebutkan, terjadi perubahan perilaku terhadap anak.
Virus perilaku anak yang sebelumnya menjangkiti negara maju seperti agresifitas berlebihan, kerentanan dalam menghadapi persoalan individual, ketergantungan yang tinggi terhadap orangtua, lemahnya kemampuan adaptasi sosial, saat ini sudah mulai menjangkiti anak Indonesia.
Kita dapat menemukan setiap hari di media berbagai kejadian yang begitu memprihatinkan dan kadang sulit dicerna secara logika. Anak membunuh anak lainnya karena persoalan cinta atau persoalan ketersinggungan diri.
"Bunuh diri karena tidak dipenuhi kebutuhan tersiernya. Menghabisi nyawa sendiri karena ilusi ketakutan terhadap nilai ujian, dan sebagainya," kata pengamat sosial Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati, Minggu 11 Mei 2014.
Menurutnya, saat ini masyarakat dipertontonkan dengan gemuruhnya kehidupan anak yang berisi kalau tidak menyakiti diri sendiri, atau menyakiti orang lain.
Devie menjelaskan, di luar negeri sudah dilakukan serangkaian riset yang panjang (lebih dari 20 tahun), ditemukan sedikit jawaban bahwa penyebab dari perilaku tidak rasional remaja ini, salah satunya ialah konsumsi tayangan TV dan gadget yang overdosis.
Konsumsi tayangan TV dan gadget yang mengandung unsur pornografi dan kekerasan, telah menjadi referensi berpikir serta bertindak anak-anak dalam menyelesaikan berbagai persoalan hidup mereka.
"Sudah lama hasil riset mengemukakan bahwa tayangan kekerasan dan pornografi memberikan efek imitasi atau mencontoh bagi penontonnya," ucapnya.
"Kalau kita lihat bagaimana respons seorang anak yang menghabisi anak lainnya hanya karena minuman tumpah misalnya, dengan mudah kita bisa mengingat bahwa perilaku "premanisme" ini sering disajikan melalui tayangan film yang ada," pungkasnya.
Virus perilaku anak yang sebelumnya menjangkiti negara maju seperti agresifitas berlebihan, kerentanan dalam menghadapi persoalan individual, ketergantungan yang tinggi terhadap orangtua, lemahnya kemampuan adaptasi sosial, saat ini sudah mulai menjangkiti anak Indonesia.
Kita dapat menemukan setiap hari di media berbagai kejadian yang begitu memprihatinkan dan kadang sulit dicerna secara logika. Anak membunuh anak lainnya karena persoalan cinta atau persoalan ketersinggungan diri.
"Bunuh diri karena tidak dipenuhi kebutuhan tersiernya. Menghabisi nyawa sendiri karena ilusi ketakutan terhadap nilai ujian, dan sebagainya," kata pengamat sosial Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati, Minggu 11 Mei 2014.
Menurutnya, saat ini masyarakat dipertontonkan dengan gemuruhnya kehidupan anak yang berisi kalau tidak menyakiti diri sendiri, atau menyakiti orang lain.
Devie menjelaskan, di luar negeri sudah dilakukan serangkaian riset yang panjang (lebih dari 20 tahun), ditemukan sedikit jawaban bahwa penyebab dari perilaku tidak rasional remaja ini, salah satunya ialah konsumsi tayangan TV dan gadget yang overdosis.
Konsumsi tayangan TV dan gadget yang mengandung unsur pornografi dan kekerasan, telah menjadi referensi berpikir serta bertindak anak-anak dalam menyelesaikan berbagai persoalan hidup mereka.
"Sudah lama hasil riset mengemukakan bahwa tayangan kekerasan dan pornografi memberikan efek imitasi atau mencontoh bagi penontonnya," ucapnya.
"Kalau kita lihat bagaimana respons seorang anak yang menghabisi anak lainnya hanya karena minuman tumpah misalnya, dengan mudah kita bisa mengingat bahwa perilaku "premanisme" ini sering disajikan melalui tayangan film yang ada," pungkasnya.
(maf)