Pramono beberkan 3 kemungkinan langkah politik Demokrat
A
A
A
Sindonews.com - Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Pramono Edhie Wibowo hari ini bertemu dengan Staf Ahli Bidang Politik Kedutaan Besar Jepang, Shintani Naoyuki. Pertemuan itu membahas terkait dinamika politik Indonesia setelah pemilu legislatif (pileg) April lalu dan menjelang Pemilu Presiden (Pilpres) 2014, terutama terkait koalisi.
"Saya sampaikan bahwa di luar dugaan, hasil hitung cepat dan exit poll yang dilakukan beberapa lembaga survei pasca pemilu legislatif lalu, mengharuskan bahkan partai dengan perolehan suara terbanyak pun untuk berkoalisi untuk bisa mengusung seorang calon Presiden. Hasil ini tidak seperti yang diramalkan lembaga-lembaga survei tersebut," kata Pramono Edhie di Jakarta, Senin (5/5/2014).
Pertemuan antara Pramono Edhie dengan Shintani Naoyuki berlangsung sekira 60 menit di Media Centre Pramono Edhie Wibowo. Pramono Edhie menjelaskan, dirinya sudah membeberkan beberapa kemungkinan langkah politik Demokrat, setidaknya ada tiga opsi.
Pertama, Partai Demokrat bisa berkoalisi dengan salah satu dari tiga partai dengan perolehan suara terbesar hasil hitung cepat. dalam kondisi ini, lanjutnya, Demokrat harus menerima kondisi tidak bisa mencalonkan presiden.
Kedua, kata mantan KSAD itu, Demokrat bisa berinisiatif membentuk poros koalisi bersama partai lain dengan perolehan suara hasil hitung cepat lebih kecil untuk mengusung calon presiden sendiri.
"Ketiga, jika menang melalui opsi satu dan dua, terlibat aktif dalam pemerintahan, dan jika kalah mengambil posisi oposisi," tegas peserta Konvensi Capres Demokrat ini.
Dalam kesempatan itu, kata Pramono, Naoyuki mengakui bahwa pihaknya ingin‎ mendapatkan informasi mengenai peta koalisi partai politik. Pramono meminta untuk bersabar.
"Jepang adalah negara sahabat Indonesia sejak lama. Pemerintah Jepang ingin mengetahui lebih dalam kemungkinan-kemungkinan yang terjadi sebagai referensi akan hubungan bilateral Jepang-Indonesia di masa depan," jelas Naoyuki.
"Saya sampaikan bahwa di luar dugaan, hasil hitung cepat dan exit poll yang dilakukan beberapa lembaga survei pasca pemilu legislatif lalu, mengharuskan bahkan partai dengan perolehan suara terbanyak pun untuk berkoalisi untuk bisa mengusung seorang calon Presiden. Hasil ini tidak seperti yang diramalkan lembaga-lembaga survei tersebut," kata Pramono Edhie di Jakarta, Senin (5/5/2014).
Pertemuan antara Pramono Edhie dengan Shintani Naoyuki berlangsung sekira 60 menit di Media Centre Pramono Edhie Wibowo. Pramono Edhie menjelaskan, dirinya sudah membeberkan beberapa kemungkinan langkah politik Demokrat, setidaknya ada tiga opsi.
Pertama, Partai Demokrat bisa berkoalisi dengan salah satu dari tiga partai dengan perolehan suara terbesar hasil hitung cepat. dalam kondisi ini, lanjutnya, Demokrat harus menerima kondisi tidak bisa mencalonkan presiden.
Kedua, kata mantan KSAD itu, Demokrat bisa berinisiatif membentuk poros koalisi bersama partai lain dengan perolehan suara hasil hitung cepat lebih kecil untuk mengusung calon presiden sendiri.
"Ketiga, jika menang melalui opsi satu dan dua, terlibat aktif dalam pemerintahan, dan jika kalah mengambil posisi oposisi," tegas peserta Konvensi Capres Demokrat ini.
Dalam kesempatan itu, kata Pramono, Naoyuki mengakui bahwa pihaknya ingin‎ mendapatkan informasi mengenai peta koalisi partai politik. Pramono meminta untuk bersabar.
"Jepang adalah negara sahabat Indonesia sejak lama. Pemerintah Jepang ingin mengetahui lebih dalam kemungkinan-kemungkinan yang terjadi sebagai referensi akan hubungan bilateral Jepang-Indonesia di masa depan," jelas Naoyuki.
(kri)