Generasi muda berperan lestarikan budaya
A
A
A
Sindonews.com - Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) menggelar peringatan Hari Kebudayaan Dunia (World Heritage Day) yang ditetapkan UNESCO setiap 18 April.
Para mahasiswa FIB UI merayakannya dari tanggal 20-23 April dengan berbagai pameran budaya, penampilan tari, hingga seminar budaya.
"Kita merayakannya dengan cara seperti ini, para mahasiswa FIB juga pakai baju kebudayaan seperti baju Dayak atau batik," kata Ketua BEM FIB UI Raihan Abiyan Fatthah di Kampus FIB UI, Depok, Rabu (23/04/2014).
Sebab tahun 2015, Kemendikbud mendorong 9 tari tradisional Bali agar diakui UNESCO sebagai budaya dunia yang akan dilestarikan. Tari Legong termasuk dari sembilan tari tersebut.
"Paling dominan kami tampilkan hari ini keris, karena keris sudah diakui ada 6 kebudayaan Indonesia diantaranya keris, nokem, saman, wayang, batik, kegiatan ini kali kedua oleh BEM FIB UI dan Lontara Project," jelasnya.
Salah satu pameran yang digelar yakni pameran keris digagas oleh Komunitas Keris UI. Pembina Komunitas Keris UI Donny Satryowibowo yang juga alumni Sastra Jawa UI, mengatakan jumlah keris yang ditampilkan hanya sebagian dari 300 keris yang dimilikinya.
"Dari zaman yang paling tua ada di Ciputat, ada ratusan. Ada yang belum disebut keris masih belati dari zaman megalitikum. Kalau paling tua dari Mataram Hindu Budha masa Borobudur, saya mengumpulkannya sejak dulu masih SD sudah diajak berkeliling oleh kakek dan ayah saya," katanya.
Menariknya, kata Donny, budaya Indonesia khususnya Jawa sangat erat dengan keris. Bahwa UI sebagai salah satu pusat budaya bangsa dapat merangkum semua knowledge budaya bangsa.
"Pengolahan science secara akademisi, karena selama ini keris dijauhi. Dianggap kuno dan musyrik padahal sudah diakui UNESCO karena metalurgi pembuatannya tinggi sekali, sayangnya belum dapat porsi yang cukup dari bangsa kita sendiri. Ini berupaya untuk mengajak ketertatikan anak muda," jelasnya.
Awalnya, lanjut Donny, keris adalah senjata tikam, lalu menjadi fungsi simbiotik, simbol makna, legitimasi strata sosial, simbol budaya, dan kepangkatan. Ia meminta agar anak muda jangan hanya mengidolakan budaya asing, tetapi lebih menghargai budaya dalam negeri.
"Sekarang jamannya gadget, kita bisa lihat Katana Jepang, kurang kuno apa budaya itu, tetapi disana dipopulerkan. Karena itu bagaimana caranya kita menghargai dan menampilkan budaya kita itu yang kita terapkan kepada generasi muda," tandasnya.
Para mahasiswa FIB UI merayakannya dari tanggal 20-23 April dengan berbagai pameran budaya, penampilan tari, hingga seminar budaya.
"Kita merayakannya dengan cara seperti ini, para mahasiswa FIB juga pakai baju kebudayaan seperti baju Dayak atau batik," kata Ketua BEM FIB UI Raihan Abiyan Fatthah di Kampus FIB UI, Depok, Rabu (23/04/2014).
Sebab tahun 2015, Kemendikbud mendorong 9 tari tradisional Bali agar diakui UNESCO sebagai budaya dunia yang akan dilestarikan. Tari Legong termasuk dari sembilan tari tersebut.
"Paling dominan kami tampilkan hari ini keris, karena keris sudah diakui ada 6 kebudayaan Indonesia diantaranya keris, nokem, saman, wayang, batik, kegiatan ini kali kedua oleh BEM FIB UI dan Lontara Project," jelasnya.
Salah satu pameran yang digelar yakni pameran keris digagas oleh Komunitas Keris UI. Pembina Komunitas Keris UI Donny Satryowibowo yang juga alumni Sastra Jawa UI, mengatakan jumlah keris yang ditampilkan hanya sebagian dari 300 keris yang dimilikinya.
"Dari zaman yang paling tua ada di Ciputat, ada ratusan. Ada yang belum disebut keris masih belati dari zaman megalitikum. Kalau paling tua dari Mataram Hindu Budha masa Borobudur, saya mengumpulkannya sejak dulu masih SD sudah diajak berkeliling oleh kakek dan ayah saya," katanya.
Menariknya, kata Donny, budaya Indonesia khususnya Jawa sangat erat dengan keris. Bahwa UI sebagai salah satu pusat budaya bangsa dapat merangkum semua knowledge budaya bangsa.
"Pengolahan science secara akademisi, karena selama ini keris dijauhi. Dianggap kuno dan musyrik padahal sudah diakui UNESCO karena metalurgi pembuatannya tinggi sekali, sayangnya belum dapat porsi yang cukup dari bangsa kita sendiri. Ini berupaya untuk mengajak ketertatikan anak muda," jelasnya.
Awalnya, lanjut Donny, keris adalah senjata tikam, lalu menjadi fungsi simbiotik, simbol makna, legitimasi strata sosial, simbol budaya, dan kepangkatan. Ia meminta agar anak muda jangan hanya mengidolakan budaya asing, tetapi lebih menghargai budaya dalam negeri.
"Sekarang jamannya gadget, kita bisa lihat Katana Jepang, kurang kuno apa budaya itu, tetapi disana dipopulerkan. Karena itu bagaimana caranya kita menghargai dan menampilkan budaya kita itu yang kita terapkan kepada generasi muda," tandasnya.
(maf)