Perempuan ini mengojek demi anaknya yang menderita lupus

Senin, 21 April 2014 - 17:39 WIB
Perempuan ini mengojek...
Perempuan ini mengojek demi anaknya yang menderita lupus
A A A
Sindonews - Setiap 21 April, bangsa ini selalu memperingati Hari Kartini. Peringatan untuk mengenang jasa Raden Adjeng Kartini yang dikenal karena kegigihannya dalam memperjuangkan martabat kaum perempuan di Tanah Air.

Kartini pun telah menjadi simbol perjuangan kaum perempuan untuk mendapatkan hak-haknya pada masa penjajahan. Lebih dari 100 tahun kemudian sejak kelahiran Kartini, banyak bermunculan "kartini-kartini" dengan prestasi gemilang. Bahkan menduduki posisi penting di Indonesia.

Namun sebenarnya, seorang "kartini" tidak mesti mempunyai prestasi gemilang. Siapapun bisa menjadi "kartini" bagi keluarga dan orang lain. Termasuk Watiningsih, perempuan berusia 44 tahun yang bekerja sebagai tukang ojek demi menghidupi keluarga.

Perjuangan perempuan yang biasa disapa Wati ini bukan tanpa alasan. Dirinya harus menghidupi lima anak yang satu di antaranya menderita penyakit lupus.

Setiap pagi Wati mengantar langganan yang kebanyakan anak sekolah. Dia hanya mengojek kepada orang yang dikenal saja karena waktunya harus dibagi untuk mengurus Firna Handayani,17, anaknya yang menderita penyakit lupus.

“Saya memutuskan menjadi tukang ojek sejak setahun lalu. Tidak mudah memang, namun hal itu harus saya lakukan demi membiayai kehidupan kelima anak saya. Maklum karena saya sudah jadi orang tua tunggal,” cerita Wati di kontrakannya, Jalan Kembang Lio RT5 RW 13, Pancoran Mas, Depok, Senin (21/4/2014).

Sebelum bekerja pada pagi hari, dia menyempatkan mengurus Firna yang telah lima tahun menderita lupus. Dengan sabar Wati membasuh perlahan kulit Firna yang mengelupas. Setelah mengurus Firna, dia berangkat mengojek pukul 09.00 WIB.

“Antar (pelanggan) pukul 09.00 WIB dan jemput pukul 11.00 WIB. Saat ini saya ada tiga pelanggan dan mereka ini siswa kelas 2 dan kelas 5 SD. Setelah pekerjaan mengojek saya beres, saya kembali ke rumah dan mengurus anak-anak saya,” tambahnya.

Dia mengungkapkan dalam sebulan, pendapatannya sebesar Rp400 ribu-Rp 500 ribu. Biaya itu sebenarnya tidak cukup untuk biaya sehari-hari. Untuk perawatan Firna saja diperlukan uang Rp 2 juta. “Sebisa mungkin saya atur uang buat biaya hidup kami juga,” ungkapnya.

Menjadi tukang ojek tidak membuatnya rendah diri.Justru Wati menikmatinya. “Saya enjoy karena jamnya juga santai. Saya bisa urus anak saya dan masih bisa mengerjakan pekerjaan lain,” ujarnya.
(dam)
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5622 seconds (0.1#10.24)