SBY gagal pimpin pemberantasan korupsi
A
A
A
Sinonews.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dinilai gagal dalam memimpin pemberantasan korupsi di pemerintahan selama kurun waktu 2004 hingga 2014.
Hal tersebut terungkap dalam diskusi dan peluncuran buku "Jejak Korupsi, Politisi, dan Klan Cikeas" karya jurnalis senior Jusuf Suroso di Kantor Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS), di Wisma Kodel, Jakarta, Rabu (2/4/14).
Hadir sebagai pembedah yakni pakar ekonomi Universitas Indonesia Ichsanuddin Noorsy, Koordinator Badan Pekerja Indonesia Corruption Watch (ICW) Abdullah Dahlan, dan Direktur Eksekutif SSS Fadjroel Rahman.
Jusuf Suroso menuturkan, dalam kurun 2012-2013 orang dekat SBY banyak yang terjerat dalam lingkaran kasus dugaan korupsi yang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Director External Affairs SSS ini bahkan menuangkan secara detail hal tersebut dalam bukunya yang berisikan kumpulan tulisan "Jejak Korupsi, Politisi dan Klan Cikeas".
Bila publik dengan mata terbuka melihat kasus-kasus yang ditangani KPK maka jelas terbuka bahwa setiap kasus korupsi tersebut ada hubungannya dengan klan Cikeas. Dia mencontohkan, dalam kasus Hambalang muaranya jelas ke Cikeas.
Bahkan, kasus dugaan suap kuota impor daging sapi yang melibatkan mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq dan Ahmad Fathanah aroma Cikeas cukup terasa, yang menyeret nama Sengman Tjahja.
"Bunyi pernyataan, pidato-pidatonya SBY itu bagus soal pemberantasan korupsi. Oke pernyataannya. Tapi kebijakan untuk implementasi nyatanya tidak ada," kata Jusuf.
Dia menuturkan, dalam masa kepemimpinan SBY baik dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) I dan II pun seolah tanpa bekas. Produk-produk hukum yang dihasilkan bahkan tidak menunjang pemberantasan korupsi yang dilakukan penegak hukum.
Bahkan dalam beberapa hari belakangan, SBY dengan santai menyatakan kebijakan dalam pemberian FPJP dan penetapan Bank Century sebagai bank gagal yang berdampak sistemik tidak bisa dipidana. "Bagaimana mungkin? Harusnya tidak hanya bicara, bukan mau menyelamatkan saja," imbuhnya.
Orang-orang dekat SBY yang terseret kasus korupsi bahkan dengan lugas disampaikan Jusuf. Di antaranya mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia yang juga besan SBY, Aulia Pohan, pengusaha Artalyta Suryani (Ayin) yang dikenal sangat dekat dengan SBY dalam kasus suap jaksa BLBI, Siti Hartati Murdaya, Andi Alfian Mallarangeng, Sylvia Solehah.
Hingga Menteri ESDM Jero Wacik ikut terseret dalam kasus korupsi di lingkungan SKK Migas yang juga menjadikan mantan Sekjen ESDM Waryono Karno sebagai tersangka dan mantan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini sebagai terdakwa.
Belum lagi nama Putra bungsu SBY, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) yang disebut dalam kesaksian Yulianis dan kasus dugaan suap SKK Migas. "Rezim ini jelas tidak berhasil mengawal dan melakukan pemberantasan korupsi yang sebenarnya. KPK yang melakukan tapi diklaim sama pemerintah," tandasnya.
Hal tersebut terungkap dalam diskusi dan peluncuran buku "Jejak Korupsi, Politisi, dan Klan Cikeas" karya jurnalis senior Jusuf Suroso di Kantor Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS), di Wisma Kodel, Jakarta, Rabu (2/4/14).
Hadir sebagai pembedah yakni pakar ekonomi Universitas Indonesia Ichsanuddin Noorsy, Koordinator Badan Pekerja Indonesia Corruption Watch (ICW) Abdullah Dahlan, dan Direktur Eksekutif SSS Fadjroel Rahman.
Jusuf Suroso menuturkan, dalam kurun 2012-2013 orang dekat SBY banyak yang terjerat dalam lingkaran kasus dugaan korupsi yang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Director External Affairs SSS ini bahkan menuangkan secara detail hal tersebut dalam bukunya yang berisikan kumpulan tulisan "Jejak Korupsi, Politisi dan Klan Cikeas".
Bila publik dengan mata terbuka melihat kasus-kasus yang ditangani KPK maka jelas terbuka bahwa setiap kasus korupsi tersebut ada hubungannya dengan klan Cikeas. Dia mencontohkan, dalam kasus Hambalang muaranya jelas ke Cikeas.
Bahkan, kasus dugaan suap kuota impor daging sapi yang melibatkan mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq dan Ahmad Fathanah aroma Cikeas cukup terasa, yang menyeret nama Sengman Tjahja.
"Bunyi pernyataan, pidato-pidatonya SBY itu bagus soal pemberantasan korupsi. Oke pernyataannya. Tapi kebijakan untuk implementasi nyatanya tidak ada," kata Jusuf.
Dia menuturkan, dalam masa kepemimpinan SBY baik dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) I dan II pun seolah tanpa bekas. Produk-produk hukum yang dihasilkan bahkan tidak menunjang pemberantasan korupsi yang dilakukan penegak hukum.
Bahkan dalam beberapa hari belakangan, SBY dengan santai menyatakan kebijakan dalam pemberian FPJP dan penetapan Bank Century sebagai bank gagal yang berdampak sistemik tidak bisa dipidana. "Bagaimana mungkin? Harusnya tidak hanya bicara, bukan mau menyelamatkan saja," imbuhnya.
Orang-orang dekat SBY yang terseret kasus korupsi bahkan dengan lugas disampaikan Jusuf. Di antaranya mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia yang juga besan SBY, Aulia Pohan, pengusaha Artalyta Suryani (Ayin) yang dikenal sangat dekat dengan SBY dalam kasus suap jaksa BLBI, Siti Hartati Murdaya, Andi Alfian Mallarangeng, Sylvia Solehah.
Hingga Menteri ESDM Jero Wacik ikut terseret dalam kasus korupsi di lingkungan SKK Migas yang juga menjadikan mantan Sekjen ESDM Waryono Karno sebagai tersangka dan mantan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini sebagai terdakwa.
Belum lagi nama Putra bungsu SBY, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) yang disebut dalam kesaksian Yulianis dan kasus dugaan suap SKK Migas. "Rezim ini jelas tidak berhasil mengawal dan melakukan pemberantasan korupsi yang sebenarnya. KPK yang melakukan tapi diklaim sama pemerintah," tandasnya.
(kri)