Modal nekat, mahasiswa tuna daksa kuliah dengan beasiswa
A
A
A
Sindonews.com - Banyak orang beranggapan yang bisa kuliah di kampus negeri ternama itu, hanya dari kalangan mampu dengan kelengkapan alat indera. Bagi Usep Rohmat, mahasiswa miskin berusia 21 tahun anggapan itu dipatahkan.
Usep adalah penyandang tuna daksa dimana organ tangannya tidak lengkap serta hanya memiliki satu kaki. Usep menyatakan, jika teman-temannya mampu mengejar cita-cita dengan kuliah setinggi-tingginya, maka dia pun mampu melakukan hal yang sama.
Usep saat ini kuliah di Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung. Menempuh semester enam Usep belajar di Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dengan segala keterbatasannya dia mampu meraih indek prestasi kumulatif (IPK) 3,5.
“Saya rajin membaca. Pola belajarnya ya sama saja dengan teman-teman lain,” ujarnya sembari menyeka keringat dengan punggung lengannya saat berbincang dengan SINDO, Kamis 27 Februari 2014.
Mahasiswa berkacamata ini menceritakan, pada 2011 setelah lulus SMA 1 Ciwidey dia sempat kehilangan tujuan hidup. Ketika dia mengutarakan ingin kuliah ke ayahnya, ayahnya yang hanya seorang buruh tani mengatakan tidak mampu membiayainya kuliah.
Anak dari Salman dan Kaesih ini pun tidak mau melanjutkan pekerjaan ayahnya yang hanya mengolah sawah orang lain dan menerima gaji seadanya. Dalam hati, anak keempat dari lima bersaudara ini sangat iri melihat teman sekolahnya membeli formulir seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN).
Lalu, hanya dengan modal nekat dan uang Rp200.000 dia membeli formulir keramat tersebut. Padahal uang tersebut diberikan ayahnya sebagai penghibur dia untuk berlibur ke Jogjakarta. Tanpa sepengetahuan orang tuanya, dia membeli formulir dan mendaftar di Unpad.
Dengan restu Ilahi, Usep diterima di Unpad. Dia pun senang bukan kepalang. Namun, ketika di rumah dan menceritakan keberhasilannya ke orang tuanya, orang tuanya hanya menangis. Pasalnya, jalur reguler SNMPTN tidak membebaskan dia dari uang kuliah.
“Namun pihak kampus membantu saya. Semester pertama saya kuliah, Unpad membiayai seluruh uang kuliah saya,” ujarnya senang.
Usep pun membalas kebaikan kampusnya itu dengan belajar lebih semangat. Motivasi Usep yang ingin belajar meski ada keterbatasan menggugah kampusnya untuk mendaftarkannya di program beasiswa Bidikmisi. Kini Usep pun masuk di jajaran ekslusif mahasiswa berprestasi yang tidak mampu yang menerima bantuan biaya kuliah dan biaya hidup dari pemerintah.
Usep mengatakan, awalnya penyuka mata pelajaran Fisika ini memang canggung untuk beradaptasi di lingkungan kampus. Namun teman-temannya menerima dia apa adanya. Keluwesan dia dalam bergaul turut pun dilirik oleh rektor yang menawarkan dia kaki palsu.
Namun, dia menolaknya karena dia merasa mampu untuk hidup sebagai orang normal meski kakinya cacat. Fantastisnya, Usep mengaku hobi naik gunung. Gunung Bromo dan Gunung Gede pun sudah pernah dia taklukkan dengan tangan dan kakinya sendiri.
Cita-cita Usep pun setinggi langit yakni ingin meraih posisi sebagai Bupati Cianjur. Menurut dia, dari kecil hingga dewasa dia hidup di Cianjur tidak ada perubahan signifikan yang terjadi yang dilakukan oleh para pejabatnya.
Masih banyak masyarakat yang hidup serba kekurangan dan anak-anak yang putus sekolah. Padahal Cianjur dengan kekayaan alamnya yang mempesona jika diolah dengan benar akan membawa kemakmuran bagi rakyatnya.
“Saya orang Cianjur. Ingin menjadi bupati dan ingin membawa masyarakat Cianjur ke kehidupan yang lebih baik,” ujar aktivis di BEM kampusnya itu.
Hingga 2013 Kemendikbud memberikan beasiswa Bidikmisi diberikan Kemendikbud ke 149. 768 mahasiswa di 98 kampus negeri dan 590 kampus swasta. Para mahasiswa yang beruntung ini diberikan Rp6 juta per semester untuk biaya kuliah dan biaya hidup. Para mahasiswa Bidikmisi ini juga akan diberikan beasiswa S2 dan S3 baik di universitas dalam dan luar negeri.
Baca berita:
Dana pendidikan jangan sampai dipakai untuk pemilu
Usep adalah penyandang tuna daksa dimana organ tangannya tidak lengkap serta hanya memiliki satu kaki. Usep menyatakan, jika teman-temannya mampu mengejar cita-cita dengan kuliah setinggi-tingginya, maka dia pun mampu melakukan hal yang sama.
Usep saat ini kuliah di Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung. Menempuh semester enam Usep belajar di Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dengan segala keterbatasannya dia mampu meraih indek prestasi kumulatif (IPK) 3,5.
“Saya rajin membaca. Pola belajarnya ya sama saja dengan teman-teman lain,” ujarnya sembari menyeka keringat dengan punggung lengannya saat berbincang dengan SINDO, Kamis 27 Februari 2014.
Mahasiswa berkacamata ini menceritakan, pada 2011 setelah lulus SMA 1 Ciwidey dia sempat kehilangan tujuan hidup. Ketika dia mengutarakan ingin kuliah ke ayahnya, ayahnya yang hanya seorang buruh tani mengatakan tidak mampu membiayainya kuliah.
Anak dari Salman dan Kaesih ini pun tidak mau melanjutkan pekerjaan ayahnya yang hanya mengolah sawah orang lain dan menerima gaji seadanya. Dalam hati, anak keempat dari lima bersaudara ini sangat iri melihat teman sekolahnya membeli formulir seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN).
Lalu, hanya dengan modal nekat dan uang Rp200.000 dia membeli formulir keramat tersebut. Padahal uang tersebut diberikan ayahnya sebagai penghibur dia untuk berlibur ke Jogjakarta. Tanpa sepengetahuan orang tuanya, dia membeli formulir dan mendaftar di Unpad.
Dengan restu Ilahi, Usep diterima di Unpad. Dia pun senang bukan kepalang. Namun, ketika di rumah dan menceritakan keberhasilannya ke orang tuanya, orang tuanya hanya menangis. Pasalnya, jalur reguler SNMPTN tidak membebaskan dia dari uang kuliah.
“Namun pihak kampus membantu saya. Semester pertama saya kuliah, Unpad membiayai seluruh uang kuliah saya,” ujarnya senang.
Usep pun membalas kebaikan kampusnya itu dengan belajar lebih semangat. Motivasi Usep yang ingin belajar meski ada keterbatasan menggugah kampusnya untuk mendaftarkannya di program beasiswa Bidikmisi. Kini Usep pun masuk di jajaran ekslusif mahasiswa berprestasi yang tidak mampu yang menerima bantuan biaya kuliah dan biaya hidup dari pemerintah.
Usep mengatakan, awalnya penyuka mata pelajaran Fisika ini memang canggung untuk beradaptasi di lingkungan kampus. Namun teman-temannya menerima dia apa adanya. Keluwesan dia dalam bergaul turut pun dilirik oleh rektor yang menawarkan dia kaki palsu.
Namun, dia menolaknya karena dia merasa mampu untuk hidup sebagai orang normal meski kakinya cacat. Fantastisnya, Usep mengaku hobi naik gunung. Gunung Bromo dan Gunung Gede pun sudah pernah dia taklukkan dengan tangan dan kakinya sendiri.
Cita-cita Usep pun setinggi langit yakni ingin meraih posisi sebagai Bupati Cianjur. Menurut dia, dari kecil hingga dewasa dia hidup di Cianjur tidak ada perubahan signifikan yang terjadi yang dilakukan oleh para pejabatnya.
Masih banyak masyarakat yang hidup serba kekurangan dan anak-anak yang putus sekolah. Padahal Cianjur dengan kekayaan alamnya yang mempesona jika diolah dengan benar akan membawa kemakmuran bagi rakyatnya.
“Saya orang Cianjur. Ingin menjadi bupati dan ingin membawa masyarakat Cianjur ke kehidupan yang lebih baik,” ujar aktivis di BEM kampusnya itu.
Hingga 2013 Kemendikbud memberikan beasiswa Bidikmisi diberikan Kemendikbud ke 149. 768 mahasiswa di 98 kampus negeri dan 590 kampus swasta. Para mahasiswa yang beruntung ini diberikan Rp6 juta per semester untuk biaya kuliah dan biaya hidup. Para mahasiswa Bidikmisi ini juga akan diberikan beasiswa S2 dan S3 baik di universitas dalam dan luar negeri.
Baca berita:
Dana pendidikan jangan sampai dipakai untuk pemilu
(kri)