Kemendikbud hentikan dana abadi pendidikan
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah tahun ini menghentikan kucuran Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), untuk dana abadi pendidikan. Padahal dana tersebut digunakan untuk beasiswa, penelitian dan dana pendidikan di daerah bencana.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) M Nuh mengakui, tahun ini tidak ada dana APBN yang disisihkan untuk dana abadi pendidikan. Dia tidak menjelaskan apakah tahun depan dana abadi pendidikan akan ditambah.
Namun saat ini pemerintah menghentikan dengan pertimbangan karena dana abadi pendidikan yang ada saat ini yang mencapai Rp16 triliun masih mencukupi.
"Tahun ini tidak ada dana APBN yang disisihkan. Pertimbangannya sementara cukuplah," kata Nuh usai Silaturahim Nasional Bidik Misi 2014, di Bidakara, Jakarta, Kamis (27/2/2014).
Mantan Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) ini menyatakan, meski dana beasiswa yang dibiayai dari dana abadi pendidikan dihentikan. Namun mahasiswa Bidik Misi tidak perlu khawatir, karena pemerintah masih mengalokasikannya dari daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) Kemendikbud.
Pemerintah pun akan memprioritaskan atau menseleksi lebih ketat untuk memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang memenuhi syarat lengkap saja. Diketahui, dana abadi pendidikan mulai ada sejak diturunkannya anggaran fungsi pendidikan sebesar 20 persen pada 2010 lalu.
Dana abadi pendidikan hingga 2013 mencapai Rp16 triliun. Dana ini dikelola oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang dikela Kemendikbud dan Kemenkeu. Ada tiga dewan penyantunnya yakni, Kemendikbud, Kemenkeu dan Kemenag.
Pemerintah pada 2013 mulai mengucurkan dana tersebut untuk beasiswa S2 dan S3. Selain untuk beasiswa S2 dan S3 anggaran ini digunakan untuk penelitian dana pendidikan di daerah yang terkena bencana. Mantan Rektor ITS ini menjelaskan, bagi mahasiswa Bidikmisi yang ingin melanjutkan S2 pun akan dibiayai dari dana abadi pendidikan. Mahasiswa boleh memilih kuliah di kampus dalam ataupun luar negeri.
Untuk tahun ini ada puluhan lulusan Bidikmisi yang akan menempuh program magister di 50 kampus terbaik di luar negeri. "Ada yang di Harvard, Oxford dan Melbourne University. Yang terpenting masuk dalam 50 universitas terbaik di luar negeri," tambahnya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) M Nuh mengakui, tahun ini tidak ada dana APBN yang disisihkan untuk dana abadi pendidikan. Dia tidak menjelaskan apakah tahun depan dana abadi pendidikan akan ditambah.
Namun saat ini pemerintah menghentikan dengan pertimbangan karena dana abadi pendidikan yang ada saat ini yang mencapai Rp16 triliun masih mencukupi.
"Tahun ini tidak ada dana APBN yang disisihkan. Pertimbangannya sementara cukuplah," kata Nuh usai Silaturahim Nasional Bidik Misi 2014, di Bidakara, Jakarta, Kamis (27/2/2014).
Mantan Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) ini menyatakan, meski dana beasiswa yang dibiayai dari dana abadi pendidikan dihentikan. Namun mahasiswa Bidik Misi tidak perlu khawatir, karena pemerintah masih mengalokasikannya dari daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) Kemendikbud.
Pemerintah pun akan memprioritaskan atau menseleksi lebih ketat untuk memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang memenuhi syarat lengkap saja. Diketahui, dana abadi pendidikan mulai ada sejak diturunkannya anggaran fungsi pendidikan sebesar 20 persen pada 2010 lalu.
Dana abadi pendidikan hingga 2013 mencapai Rp16 triliun. Dana ini dikelola oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang dikela Kemendikbud dan Kemenkeu. Ada tiga dewan penyantunnya yakni, Kemendikbud, Kemenkeu dan Kemenag.
Pemerintah pada 2013 mulai mengucurkan dana tersebut untuk beasiswa S2 dan S3. Selain untuk beasiswa S2 dan S3 anggaran ini digunakan untuk penelitian dana pendidikan di daerah yang terkena bencana. Mantan Rektor ITS ini menjelaskan, bagi mahasiswa Bidikmisi yang ingin melanjutkan S2 pun akan dibiayai dari dana abadi pendidikan. Mahasiswa boleh memilih kuliah di kampus dalam ataupun luar negeri.
Untuk tahun ini ada puluhan lulusan Bidikmisi yang akan menempuh program magister di 50 kampus terbaik di luar negeri. "Ada yang di Harvard, Oxford dan Melbourne University. Yang terpenting masuk dalam 50 universitas terbaik di luar negeri," tambahnya.
(maf)