Stunting & obesitas masalah besar gizi masyarakat Indonesia

Selasa, 25 Februari 2014 - 18:21 WIB
Stunting & obesitas masalah besar gizi masyarakat Indonesia
Stunting & obesitas masalah besar gizi masyarakat Indonesia
A A A
Sindonews.com - Indonesia Bagian Timur seperti Papua, Papua Barat dan NTT masih menjadi daerah yang rawan bergizi buruk. Sedangkan permasalahan seperti kekurangan gizi yang menyebabkan stunting (pendek dan sangat pendek) dan berlebihan gizi yang mengalami obesitas (kegendutan).

Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi mengatakan, permasalahan masyarakat terkait gizi bukan hanya gizi kurang tetapi juga gizi berlebih. Tantangan ke depan ialah meningkatnya kasus gizi berlebih, dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013 prevalensi obesitas pada usia balita adalah 11,9 persen. Selanjutnya, obesitas pada usia dewasa adalah 32,9 persen pada perempuan dan laki-laki 19,7 persen.

Perbaikan gizi harus dimulai di masa kandungan. Kondisi saat ini masih banyak para ibu hamil yang kekurangan darah, akibat jarangnya mengkonsumsi sayuran, buah dan asupan vitamin. Tidak sedikit juga para ibu yang mengandung mengalami kegemukan, sehingga menyebabkan diabetes, penyakit tidak menular dan hipertensi yang berakibat buruk untuk kesehatan anak.

“Kondisi anak di dalam kandungan sangat menentukan kualitas anak nantinya, remaja sampai kepada usia produktif,” tandasnya saat ditemui di Kantor Kemenkes, Jakarta, Selasa (25/2/2014).

Untuk itu, pemerintah mengeluarkan buku pedoman gizi masyarakat yang nantinya akan disempurnakan ke dalam petunjuk pelaksanaan dan teknis yang jauh sederhana. Menkes mencontohkan, untuk suatu desa yang sulit mendapatkan sayur dan buah untuk menanam sendiri sayuran dan buah-buahan. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi asupan vitamin untuk setiap keluarga.

Menurut Nafsiah, dalam menjaga keseimbangan tubuh agar tidak obesitas, masyarakat harus mengatur pola makan serta memperhatikan kandungan gizi atas kebutuhan tubuh.

“Yang terpenting gerak badan, antara yang dimakan dengan energi yang dikeluarkan seimbang,” tegasnya.

Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Anak (KIA) Kemenkes Anung Sugihantoro mengatakan, 5,8 juta balita usia 0-5 tahun terkena gizi buruk. Dalam hal ini peran Kemenkes dalam mengatais gizi buruk hanya 30 persen selebihnya dilakukan oleh Pemda dan kementerian terkait untuk menuntaskan gizi buruk.

Sementara itu, Deputi Bidang Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan Kementerian PPN (Bappenas) Nina Sardjunani mengatakan, salah satu permsalahan gizi di Indonesia ialah prevalensi balita yang menderita stunting dibadingkan dengan standar tinggi badan dari WHO. Hasil Riskesdas 2013 menyatakan, besarnya prevalensi stunting sebesar 37 persen dengan disparitas yang cukup besar untuk provensi.

Hal ini berdampak pada pertumbuhan anak dan kognitif, terganggunya kualitas dan anak dan risiko terkena penyakit tidak menular. “Bahkan di beberapa daerah tertentu stunting mencapai 50 persen,” kata dia.

Saat ini sedang dilakukan upaya nyata untuk mengatasi permasalahan stunting di 11 provinsi meliputi 64 kabupaten dan sekira 7.000 desa, dengan dilakukan intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Demikian diperlukan upaya setiap stakeholder mulai dari Pemda sampai dengan pusat untuk menuntaskan permasalahan gizi.

Baca berita:
Pemerintah ajak tingkatkan deteksi dini kanker
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6960 seconds (0.1#10.140)