Aher: Orang Sunda tak dilarang jadi presiden
A
A
A
Sindonews.com - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan terpilih menjadi salah satu bakal calon presiden dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Aher, begitu ia akrab disapa, makin percaya diri untuk membentuk tim sukses memenangkan dirinya.
"Suruh tim sukses bikin, ya kita bikin, terdiri dari relawan, akademisi, mahasiswa, pemikir. Nanti kalau ditanya konsep negara, ekonomi, kan saya harus biasa dan bisa jawab," katanya di kediaman mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Hasyim Muzadi, Minggu (9/2/2014).
Aher mengaku, tak lama lagi ia akan memasang spanduk pencapresan dirinya. Ia mengklaim, setiap pemimpin harus mengedepankan kepentingan rakyat dibanding kepentingan golongan atau partai.
"Pasanglah spanduk, 1, 2, 3 titik, supaya kenal saya dicapreskan, ada progress. Masa enggak ada progress. Kita bangun kebersamaan lah, sulit lah kalau tidak. Tak ada yang bisa membangun negara sendiri, harus dengan kelompok yang lain. Kepentingan masyarakat dikedepankan, dibanding golongan atau partai," katanya.
Aher pun menampik stigma di masyarakat, presiden biasanya selalu dari suku Jawa. Sebagai tokoh dengan etnis Sunda, Aher mengaku tak pantang menyerah.
"Saya kira kan tidak terlarang orang Sunda jadi presiden, Jawa jadi presiden, boleh-boleh saja. Kan orang bugis juga jadi presiden kan. (Pak Tifatul bukan Jawa) enggak juga. Kan memang itu hasil Pemira 5 besar, keputusan Majelis Syuro dengan pertimbangan yang ada, 5 jadi 3, nanti habis pileg jadi 1 calon," bebernya.
Aher mengatakan, ia akan terus bergerak meyakinkan publik. Saat ini, lanjutnya, sudah bukan zamannya berbicara capres maka dikaitkan dengan etnis.
"Sepanjang saya masih tiga besar ya terus bergerak. Bicara kapasitas saja, tak bicara etnis. Kita selesaikan persoalan dari atas, kita diberi anugerah sumber daya alam melimpah, disusun dikelola dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Supaya kita jadikan kemakmuran bagi masyarakat kita," katanya.
"Suruh tim sukses bikin, ya kita bikin, terdiri dari relawan, akademisi, mahasiswa, pemikir. Nanti kalau ditanya konsep negara, ekonomi, kan saya harus biasa dan bisa jawab," katanya di kediaman mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Hasyim Muzadi, Minggu (9/2/2014).
Aher mengaku, tak lama lagi ia akan memasang spanduk pencapresan dirinya. Ia mengklaim, setiap pemimpin harus mengedepankan kepentingan rakyat dibanding kepentingan golongan atau partai.
"Pasanglah spanduk, 1, 2, 3 titik, supaya kenal saya dicapreskan, ada progress. Masa enggak ada progress. Kita bangun kebersamaan lah, sulit lah kalau tidak. Tak ada yang bisa membangun negara sendiri, harus dengan kelompok yang lain. Kepentingan masyarakat dikedepankan, dibanding golongan atau partai," katanya.
Aher pun menampik stigma di masyarakat, presiden biasanya selalu dari suku Jawa. Sebagai tokoh dengan etnis Sunda, Aher mengaku tak pantang menyerah.
"Saya kira kan tidak terlarang orang Sunda jadi presiden, Jawa jadi presiden, boleh-boleh saja. Kan orang bugis juga jadi presiden kan. (Pak Tifatul bukan Jawa) enggak juga. Kan memang itu hasil Pemira 5 besar, keputusan Majelis Syuro dengan pertimbangan yang ada, 5 jadi 3, nanti habis pileg jadi 1 calon," bebernya.
Aher mengatakan, ia akan terus bergerak meyakinkan publik. Saat ini, lanjutnya, sudah bukan zamannya berbicara capres maka dikaitkan dengan etnis.
"Sepanjang saya masih tiga besar ya terus bergerak. Bicara kapasitas saja, tak bicara etnis. Kita selesaikan persoalan dari atas, kita diberi anugerah sumber daya alam melimpah, disusun dikelola dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Supaya kita jadikan kemakmuran bagi masyarakat kita," katanya.
(mhd)