Win-HT dengarkan curhat seniman Solo
A
A
A
Sindonews.com - Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden dari Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Wiranto-Harry Tanoesoedibjo (HT), siap mendorong upaya pelestarian kesenian dan budaya asli Indonesia sebagai warisan turun temurun.
Pasalnya, kemajuan bangsa bukan hanya ditunjang oleh aspek ekonomi dan pendidikan saja, namun budaya juga ikut berperan.
Melalui budaya, jati diri serta kepribadian bangsa bisa dikenal bangsa lain. Apalagi sejak zaman nenek moyang, bangsa Indonesia terkenal karena memiliki budaya dan adat yang sangat beragam.
Namun sangat disayangkan, justru keragaman budaya seolah di biarkan begitu saja tanpa ada usaha yang besar untuk melestarikannya. Bentuk keprihatinan itu yang mendasari keduannya menggelar pertemuan dengan sejumlah kelompok seni di Ndalem Wuryoningratan, Solo, Jawa Tengah.
Suasana santai dan penuh keakraban terlihat dalam pertemuan tersebut. Pertemuan tersebut membahas membahas kondisi dan dan juga perkembangan seni budaya yang sekarang sangat memprihatinkan.
Menurut Wiranto, kesenian tradisional sudah dikenalnya sejak kecil dan sudah menjadi bagian kesehariannya. Karena terbiasa diajak oleh orang tuanya untuk melihat kesenian tradisional karawitan.
Untuk membuktikan bahwa kesenian daeran sudah mendarah daging dibuktikan Wiranto dengan menyanyikan lagu langgam jawa berjudul Nyidamsari milik penyanyi keroncong terkemuka Waljinah.
"Saya mendengar Ibu Waldjinah sakit, saya akan menyanyikan lagu ini dan saya persembahkan untuk beliau, semoga lekas sembuh ibu Waldjinah," ungkap Wiranto, di Solo, Rabu 29 Januari 2014.
Ternyata suara Wiranto mendapat applaus dari undangan. Suaranya merdu dan enak di dengar diiringi dengan grup musik campur sari suaranya mengalun membuai tamu yang hadir. Usai menyumbangkan lagu Wiranto mengungkapkan keprihatinannya terhadap kekayaan budaya bangsa yang mulai di tinggalkan.
"Pada era seperti ini, saya sangat prihatin terhadap kekayaan budaya bangsa Indonesia. Pemerintah saat ini kurang peduli terhadap aspek-aspek kebudayaan. Kepedulian pemerintah terhadap kelestarian budaya tidak tercurah dalam jumlah yang besar," terangnya.
Lebih lanjut Wiranto menyebutkan bahwa komitmennya untuk melestarikan kebudayaan pun tak akan pernah padam karena budaya merupakan aspek yang penting, karena merupakan jati diri bangsa. "Budaya haruslah kita lestarikan. Kita dorong agar lebih maju lagi," terang pria asli Solo ini.
Wiranto juga merasa prihatin terhadap kesejahteraan bagi para seniman dan budayawan di Indonesia. Negara kurang perduli terhadap nasib seniman di masa tuanya.
"Ketika memasuki masa pensiun, ya sudah mereka dibiarkan saja, sama halnya atlet-atlet itu. Mereka harus bertarung sendiri memperjuangkan hidupnya," terang Wiranto.
Salah satu Putra Sinuhun Pakubuwono XII Gusti Pangeran Haryo (GPH) Benowo yang juga merupakan dalang menyebutkan bahwa keberadaan dalang di usia senja kondisinya sangat memprihatinkan.
"Sangat disayangkan banyak dalang yang hidupnya malah sengsara. Kalau tua, hidupnya hanya dari sisa hasil bekerja sewaktu dulunya. Itu kalau punya sisa. Saya berharap jika Win-HT kelak mendapatkan amanah menjadi pemimpin negeri ini, nasib seniman dan budayawan pun dapat lebih diperhatikan dengan baik," ungkap Benowo penuh harap.
Dalam pertemuan ini sejumlah seniman memaparkan kendala dana merupakan faktor terbesar ketika ingin memajukan kesenian di Indonesia. Mereka berharap agar bisa diberikan kemudahan permohonan kredit bagi para seniman.
Dengan adanya berbagai permasalahan tersebut, Wiranto menjelaskan bahwa pembangunan budaya di Indonesia membutuhkan kebijakan yang mewadahi. "Kebijakan ini diserap dari harapan dan opini masyarakat yang didengar, dan dipahami sebagai bahan pembuatan kebijakan," paparnya.
Sedangkan Cawapres Partai Hanura Harry Tanoesoedibyo mengatakan, kedatangannya bersama Wiranto ke Kota Solo bagian dari keliling seluruh Provinsi di Indonesia yang bertujuan untuk mendengarkan berbagai permasalahan yang nantinya akan menjadi bekal untuk menentukan langkah pemecahan masalah selanjutnya.
"Semua permasalahan tentu akan menjadi pekerjaan bagi kami dan tentu akan diupayakan jika nanti didaulat menjadi pemimpin dengan Pak Wiranto," pungkasnya.
Pasalnya, kemajuan bangsa bukan hanya ditunjang oleh aspek ekonomi dan pendidikan saja, namun budaya juga ikut berperan.
Melalui budaya, jati diri serta kepribadian bangsa bisa dikenal bangsa lain. Apalagi sejak zaman nenek moyang, bangsa Indonesia terkenal karena memiliki budaya dan adat yang sangat beragam.
Namun sangat disayangkan, justru keragaman budaya seolah di biarkan begitu saja tanpa ada usaha yang besar untuk melestarikannya. Bentuk keprihatinan itu yang mendasari keduannya menggelar pertemuan dengan sejumlah kelompok seni di Ndalem Wuryoningratan, Solo, Jawa Tengah.
Suasana santai dan penuh keakraban terlihat dalam pertemuan tersebut. Pertemuan tersebut membahas membahas kondisi dan dan juga perkembangan seni budaya yang sekarang sangat memprihatinkan.
Menurut Wiranto, kesenian tradisional sudah dikenalnya sejak kecil dan sudah menjadi bagian kesehariannya. Karena terbiasa diajak oleh orang tuanya untuk melihat kesenian tradisional karawitan.
Untuk membuktikan bahwa kesenian daeran sudah mendarah daging dibuktikan Wiranto dengan menyanyikan lagu langgam jawa berjudul Nyidamsari milik penyanyi keroncong terkemuka Waljinah.
"Saya mendengar Ibu Waldjinah sakit, saya akan menyanyikan lagu ini dan saya persembahkan untuk beliau, semoga lekas sembuh ibu Waldjinah," ungkap Wiranto, di Solo, Rabu 29 Januari 2014.
Ternyata suara Wiranto mendapat applaus dari undangan. Suaranya merdu dan enak di dengar diiringi dengan grup musik campur sari suaranya mengalun membuai tamu yang hadir. Usai menyumbangkan lagu Wiranto mengungkapkan keprihatinannya terhadap kekayaan budaya bangsa yang mulai di tinggalkan.
"Pada era seperti ini, saya sangat prihatin terhadap kekayaan budaya bangsa Indonesia. Pemerintah saat ini kurang peduli terhadap aspek-aspek kebudayaan. Kepedulian pemerintah terhadap kelestarian budaya tidak tercurah dalam jumlah yang besar," terangnya.
Lebih lanjut Wiranto menyebutkan bahwa komitmennya untuk melestarikan kebudayaan pun tak akan pernah padam karena budaya merupakan aspek yang penting, karena merupakan jati diri bangsa. "Budaya haruslah kita lestarikan. Kita dorong agar lebih maju lagi," terang pria asli Solo ini.
Wiranto juga merasa prihatin terhadap kesejahteraan bagi para seniman dan budayawan di Indonesia. Negara kurang perduli terhadap nasib seniman di masa tuanya.
"Ketika memasuki masa pensiun, ya sudah mereka dibiarkan saja, sama halnya atlet-atlet itu. Mereka harus bertarung sendiri memperjuangkan hidupnya," terang Wiranto.
Salah satu Putra Sinuhun Pakubuwono XII Gusti Pangeran Haryo (GPH) Benowo yang juga merupakan dalang menyebutkan bahwa keberadaan dalang di usia senja kondisinya sangat memprihatinkan.
"Sangat disayangkan banyak dalang yang hidupnya malah sengsara. Kalau tua, hidupnya hanya dari sisa hasil bekerja sewaktu dulunya. Itu kalau punya sisa. Saya berharap jika Win-HT kelak mendapatkan amanah menjadi pemimpin negeri ini, nasib seniman dan budayawan pun dapat lebih diperhatikan dengan baik," ungkap Benowo penuh harap.
Dalam pertemuan ini sejumlah seniman memaparkan kendala dana merupakan faktor terbesar ketika ingin memajukan kesenian di Indonesia. Mereka berharap agar bisa diberikan kemudahan permohonan kredit bagi para seniman.
Dengan adanya berbagai permasalahan tersebut, Wiranto menjelaskan bahwa pembangunan budaya di Indonesia membutuhkan kebijakan yang mewadahi. "Kebijakan ini diserap dari harapan dan opini masyarakat yang didengar, dan dipahami sebagai bahan pembuatan kebijakan," paparnya.
Sedangkan Cawapres Partai Hanura Harry Tanoesoedibyo mengatakan, kedatangannya bersama Wiranto ke Kota Solo bagian dari keliling seluruh Provinsi di Indonesia yang bertujuan untuk mendengarkan berbagai permasalahan yang nantinya akan menjadi bekal untuk menentukan langkah pemecahan masalah selanjutnya.
"Semua permasalahan tentu akan menjadi pekerjaan bagi kami dan tentu akan diupayakan jika nanti didaulat menjadi pemimpin dengan Pak Wiranto," pungkasnya.
(maf)