Tak ada kesan Soekarno penggila wanita dalam film
A
A
A
Sindonews.com - Dua adegan atau scene Bung Karno memeluk pinggang Fatmawati sambil merayu dan berpindah tempat duduk agar lebih dekat dengan perempuan asal Bengkulu itu dalam film "Soekarno", yang ditafsirkan sejumlah orang bahwa presiden pertama Indonesia itu dikesankan tidak baik, adalah keliru.
Penilaian tersebut disampaikan penulis dan peminat sejarah, Zen RS, di Jakarta, Selasa (31/12/2013), saat dimintai pendapatnya tentang tafsiran sejumlah orang atas dua scene dalam film besutan Sutradara muda Hanung Bramantyo bersama Multivision Plus (MPS) itu.
Ia menuturkan, isu bahwa Soekarno divisiualkan sebagai penggila wanita bukanlah barang baru. Benar atau tidaknya isu tersebut, biarlah sejarah yang mengujinya.
"Benar atau tidak isu itu, saya ingin mencoba memeriksa tafsir penonton yang menganggap film 'Soekarno' sebagai upaya menggambarkan presiden yang maniak," ujar
Zen.
Ia mengatakan, apakah dua adegan di film "Soekarno", yakni saat memeluk pinggang Fatmawati sambil merayu bisa dibaca sebagai gambaran penggila wanita? Kemudian, jika Soekarno datang ke rumah Fatmawati, kemudian berpindah tempat duduk agar lebih dekat dengan Fatmawati, bisakah pula itu dipahami sebagai gesture seorang maniak?
"Saya tak hendak 'menghakimi' persepsi orang lain yang menganggap scene-scene antara BK dan Fatmawati sebagai gambaran seorang maniak. Itu bukan hal yang kelewat menarik," ungkapnya.
Menurutnya, Soekarno memang sangat mengagumi perempuan dan seorang pecinta yang tak pernah kehilangan gelora kendati usianya sudah lewat 60 tahun sekali pun. Di usianya yang masih sekitar 20 tahunan, Soekarno sudah bermain asmara dengan Inggit, meski saat itu Inggit masih berstatus sebagai istri Haji Sanusi.
Kemudian, di usia 63, Soekarno pun menikahi Yurike Sanger yang usianya tak jauh dengan umur Fatmawai saat dipeluk pinggangnya dalam film "Soekarno". Selaian itu, seperti Soekarno dalam film "Soekarno" yang plesir dengan Fatmawati di pantai, dia pun mengajak plesir Yurike keliling kota malam-malam menggunakan mobil.
"Setelah menikahi Yurike, di usia ke-65, BK kembali menikah dengan Heldy Djafar yang masih berusia 18 tahun. Pernikahan itu tepatnya terjadi pada 1966," ungkapnya.
Menurutnya, kendati dalam posisi politik yang sudah keropos karena digempur kanan-kiri menyusul peristiwa 1 Oktober 1965, gelora kelelakian Soekarno sama sekali masih belum padam. Huru-hara politik, pembantaian ratusan ribu simpatisan PKI, demonstrasi mahasiswa, dan krisis ekonomi yang parah juga tak membuatnya kehilangan minat pada perempuan.
Turunkan ego untuk atasi kisruh film Soekarno
Penilaian tersebut disampaikan penulis dan peminat sejarah, Zen RS, di Jakarta, Selasa (31/12/2013), saat dimintai pendapatnya tentang tafsiran sejumlah orang atas dua scene dalam film besutan Sutradara muda Hanung Bramantyo bersama Multivision Plus (MPS) itu.
Ia menuturkan, isu bahwa Soekarno divisiualkan sebagai penggila wanita bukanlah barang baru. Benar atau tidaknya isu tersebut, biarlah sejarah yang mengujinya.
"Benar atau tidak isu itu, saya ingin mencoba memeriksa tafsir penonton yang menganggap film 'Soekarno' sebagai upaya menggambarkan presiden yang maniak," ujar
Zen.
Ia mengatakan, apakah dua adegan di film "Soekarno", yakni saat memeluk pinggang Fatmawati sambil merayu bisa dibaca sebagai gambaran penggila wanita? Kemudian, jika Soekarno datang ke rumah Fatmawati, kemudian berpindah tempat duduk agar lebih dekat dengan Fatmawati, bisakah pula itu dipahami sebagai gesture seorang maniak?
"Saya tak hendak 'menghakimi' persepsi orang lain yang menganggap scene-scene antara BK dan Fatmawati sebagai gambaran seorang maniak. Itu bukan hal yang kelewat menarik," ungkapnya.
Menurutnya, Soekarno memang sangat mengagumi perempuan dan seorang pecinta yang tak pernah kehilangan gelora kendati usianya sudah lewat 60 tahun sekali pun. Di usianya yang masih sekitar 20 tahunan, Soekarno sudah bermain asmara dengan Inggit, meski saat itu Inggit masih berstatus sebagai istri Haji Sanusi.
Kemudian, di usia 63, Soekarno pun menikahi Yurike Sanger yang usianya tak jauh dengan umur Fatmawai saat dipeluk pinggangnya dalam film "Soekarno". Selaian itu, seperti Soekarno dalam film "Soekarno" yang plesir dengan Fatmawati di pantai, dia pun mengajak plesir Yurike keliling kota malam-malam menggunakan mobil.
"Setelah menikahi Yurike, di usia ke-65, BK kembali menikah dengan Heldy Djafar yang masih berusia 18 tahun. Pernikahan itu tepatnya terjadi pada 1966," ungkapnya.
Menurutnya, kendati dalam posisi politik yang sudah keropos karena digempur kanan-kiri menyusul peristiwa 1 Oktober 1965, gelora kelelakian Soekarno sama sekali masih belum padam. Huru-hara politik, pembantaian ratusan ribu simpatisan PKI, demonstrasi mahasiswa, dan krisis ekonomi yang parah juga tak membuatnya kehilangan minat pada perempuan.
Turunkan ego untuk atasi kisruh film Soekarno
(lal)