Sudomo, nama besar di pusaran kasus Eddy Tansil
A
A
A
Sindonews.com - Nama buronan nomor wahid Eddy Tansil kembali mewarnai sejumlah pemberitaan di media massa. Pengemplang uang sebesar USD565 juta, melalui kredit Bank Bapindo diduga berada di China sejak 8 September 2011 lalu.
Namun, pemilik nama Tan Tjoe Hong ini tidak terlepas dari dua tokoh penting pada masa pemerintahan Orde Baru, yaitu mantan Menko Polkam Sudomo dan mantan Menteri Keuangan J.B Sumarlin.
Keduanya disebut-sebut memberikan referensi atau katebelece (surat pengantar dari pejabat untuk urusan tertentu), dalam kasus mega skandal pembobolan Bapindo Rp1,3 triliun oleh Eddy Tansil.
Sudomo dalam kesaksiannya di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengakui memberikan referensi lisan, atas permintaan Eddy Tansil pada 19 Juni 1989. Ketika itu Sudomo masih menjabat Menteri Koordinator Polkam.
"Di pengadilan, saya menjelaskan referensi bukan dipakai supaya Bapindo melakukan penyimpangan, meski selalu ada peluang disalahgunakan. Saya pernah memanggil dan menegur Eddy Tansil, tapi tak mempan. Pengadilan akhirnya menghukum Eddy Tansil 20 tahun penjara," tutur Sudomo.
Namun penjelasan Sudomo di pengadilan tak menyurutkan kabar keterlibatan dirinya. Setelah itu Sudomo memilih diam dengan kabar yang menyudutkannya. Setelah sekian lama diam, Sudomo tak bisa mengelak dari kejaran pertanyaan wartawan mengenai kasus tersebut.
Sudomo yang saat itu menjabat Ketua DPA, akhirnya meladeni pertanyaan wartawan di depan Kantor DPA, Jalan Veteran III, Jakarta Pusat, 15 Mei 1996 silam. Sudomo mempertanyakan kabar yang terus menerus menyudutkannya.
"Kalau sementara ini saya diam, jangan lantas dianggap terlibat. Saya saat ini kan masih dendam, karena dia mencelakakan saya," kata mantan menteri yang terkenal flamboyan itu.
Dalam kesempatan itu, Sudomo juga membantah dirinya mengetahui keberadaan Eddy Tansil. Namun mantan Ketua DPA itu yakin, cepat atau lambat Eddy akan tertangkap.
"Suatu ketika, saya yakin akan tertangkap kembali, kalau semua pihak mau membantu," katanya lagi.
Hingga wafatnya, Rabu 18 April 2012, Sudomo tetap membantah keterlibatannya dalam pembobolan Bapindo yang dilakukan oleh bos Golden Key Grup Eddy Tansil.
Sudomo meninggal di usia 86 tahun karena pendarahan otak. Tokoh ini dikenal paling dekat dengan Presiden Soeharto. Tidak heran jika tokoh kontroversi ini, termasuk yang paling bertahan lama di pusat pemerintahan pada masa Orde Baru.
Beberapa jabatan penting pernah diembannya, dari memimpin Angkatan Laut, Panglima Komando Pengendalian dan Ketertiban (Pangkopkamtib) dan Menko Polakam, bahkan terakhir kali pernah menjabat sebagai Ketua DPA.
Sudomo adalah sosok kontroversi. Namun demikian, setiap tindakan yang dilakukannya pasti mempunyai pertimbangan demi kepentingan bangsa.
Salah satu peristiwa yang menjadi catatan emas dalam kehidupan Sudomo, adalah saat memimpin pasukan angkatan laut untuk membebaskan Irian Barat dari cengkeraman penjajah Belanda.
Dan tidak heran kiranya ada pihak-pihak, yang mengusulkan almarhum Sudomo penjadi pahlawan nasional.
Baca juga komentar Kemenlu soal Eddy Tansil.
Namun, pemilik nama Tan Tjoe Hong ini tidak terlepas dari dua tokoh penting pada masa pemerintahan Orde Baru, yaitu mantan Menko Polkam Sudomo dan mantan Menteri Keuangan J.B Sumarlin.
Keduanya disebut-sebut memberikan referensi atau katebelece (surat pengantar dari pejabat untuk urusan tertentu), dalam kasus mega skandal pembobolan Bapindo Rp1,3 triliun oleh Eddy Tansil.
Sudomo dalam kesaksiannya di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengakui memberikan referensi lisan, atas permintaan Eddy Tansil pada 19 Juni 1989. Ketika itu Sudomo masih menjabat Menteri Koordinator Polkam.
"Di pengadilan, saya menjelaskan referensi bukan dipakai supaya Bapindo melakukan penyimpangan, meski selalu ada peluang disalahgunakan. Saya pernah memanggil dan menegur Eddy Tansil, tapi tak mempan. Pengadilan akhirnya menghukum Eddy Tansil 20 tahun penjara," tutur Sudomo.
Namun penjelasan Sudomo di pengadilan tak menyurutkan kabar keterlibatan dirinya. Setelah itu Sudomo memilih diam dengan kabar yang menyudutkannya. Setelah sekian lama diam, Sudomo tak bisa mengelak dari kejaran pertanyaan wartawan mengenai kasus tersebut.
Sudomo yang saat itu menjabat Ketua DPA, akhirnya meladeni pertanyaan wartawan di depan Kantor DPA, Jalan Veteran III, Jakarta Pusat, 15 Mei 1996 silam. Sudomo mempertanyakan kabar yang terus menerus menyudutkannya.
"Kalau sementara ini saya diam, jangan lantas dianggap terlibat. Saya saat ini kan masih dendam, karena dia mencelakakan saya," kata mantan menteri yang terkenal flamboyan itu.
Dalam kesempatan itu, Sudomo juga membantah dirinya mengetahui keberadaan Eddy Tansil. Namun mantan Ketua DPA itu yakin, cepat atau lambat Eddy akan tertangkap.
"Suatu ketika, saya yakin akan tertangkap kembali, kalau semua pihak mau membantu," katanya lagi.
Hingga wafatnya, Rabu 18 April 2012, Sudomo tetap membantah keterlibatannya dalam pembobolan Bapindo yang dilakukan oleh bos Golden Key Grup Eddy Tansil.
Sudomo meninggal di usia 86 tahun karena pendarahan otak. Tokoh ini dikenal paling dekat dengan Presiden Soeharto. Tidak heran jika tokoh kontroversi ini, termasuk yang paling bertahan lama di pusat pemerintahan pada masa Orde Baru.
Beberapa jabatan penting pernah diembannya, dari memimpin Angkatan Laut, Panglima Komando Pengendalian dan Ketertiban (Pangkopkamtib) dan Menko Polakam, bahkan terakhir kali pernah menjabat sebagai Ketua DPA.
Sudomo adalah sosok kontroversi. Namun demikian, setiap tindakan yang dilakukannya pasti mempunyai pertimbangan demi kepentingan bangsa.
Salah satu peristiwa yang menjadi catatan emas dalam kehidupan Sudomo, adalah saat memimpin pasukan angkatan laut untuk membebaskan Irian Barat dari cengkeraman penjajah Belanda.
Dan tidak heran kiranya ada pihak-pihak, yang mengusulkan almarhum Sudomo penjadi pahlawan nasional.
Baca juga komentar Kemenlu soal Eddy Tansil.
(stb)