Mengulik manfaat daging
A
A
A
Sindonews.com - Tahukah Anda, anak yang sulit konsentrasi bisa jadi karena kekurangan zat besi? Nyatanya, nutrisi ini terdapat pada daging sapi dan masih banyak lagi manfaat daging sapi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Fakta ini terungkap saat acara Meat Up With Chef yang diselenggarakan KORAN SINDO bekerja sama dengan Meat Livestock Australia (MLA) pada Sabtu 14 Desember lalu di Jakarta Pusat.
Ahli gizi Emilia Achmadi menuturkan dirinya banyak menangani anak-anak usia sekolah yang orangtuanya mengeluh sang anak dicap malas lantaran sulit konsentrasi. Padahal, kesulitan berkonsentrasi bisa jadi lantaran tidak didukung asupan nutrisi yang maksimal, dalam diet keseharian sang anak tidak mendapat asupan zat besi. “Sehingga makanan yang dikonsumsi tidak dapat menstimulasi otak dengan optimal,” kata Emilia.
Perlu diketahui, pengembangan otak adalah salah satu manfaat zat besi. Sebab, suplai oksigen ke darah dibantu oleh zat besi dan otak menggunakan sekitar 20 persen oksigen darah, zat besi secara langsung berkaitan dengan kesehatan otak dan fungsi otak.
Di samping sulit fokus, kekurangan zat besi menyebabkan anak memiliki daya tahan tubuh yang rendah sehingga rentan terjangkit batuk, pilek, dan demam. Banyak orang berpikir, zat besi pada daging sapi bisa digantikan dengan zat besi pada sayuran hijau, bayam misalnya.
Padahal, sambung Emilia, zat besi yang terdapat pada sayuran hijau tua memiliki struktur kimia dan fungsi yang berbeda pada zat besi yang ditemukan pada daging. Dengan kata lain, zat besi pada daging merah tak tergantikan. Daging sapi juga mengandung zinc atau seng. Kekurangan zinc berujung pada anemia.
Sayangnya, banyak anggapan yang beredar di masyarakat bahwa daging merah tidak baik bagi kesehatan. Antipati terutama datang dari kalangan vegetarian. Padahal, para ahli gizi sepakat, sejatinya manusia harus mengonsumsi makanan yang beragam. Mengingat tak ada satu pun makanan yang mampu memenuhi segala nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Untuk itu, konsumsi daging merah tetap diperlukan. “Buah dan sayur dominan dikonsumsi, dengan tambahan kombinasi protein dari hewan dan nabati,” kata Emilia.
Pada kesempatan itu Emilia juga menampik anggapan daging sapi mengandung kolesterol tinggi. Sebaliknya, daging sapi berkualitas memiliki kadar kolesterol per gram jauh lebih rendah ketimbang dada ayam sekalipun. Termasuk daging kambing berkualitas. Daging sapi berkualitas juga mengandung omega 3 yang biasa ditemukan di ikan salmon.
Meski begitu, tetap ada batasannya. Emilia menyarankan untuk menyantap daging sapi tiga sampai lima kali dalam seminggu. “Takarannya 100 gram setiap makan,” tutur wanita yang doyan menyantap steak ini.
Untuk mengonsumsi daging sapi, Emilia menyarankan agar memilih daging yang benar dengan kualitas terjamin, pilih bagian yang tak berlemak, serta olahlah daging dengan menggunakan bumbu yang tepat. Rupanya fungsi rempah pada pengolahan daging tidak hanya memperkaya rasa, tapi juga ada manfaat lain, yaitu untuk mengurangi efek karsinogen yang dapat menyebabkan risiko kanker, jika daging dibakar.
Rempah-rempah seperti thyme ataupun daun basil memiliki kandungan antioksidan. Memarinasi daging dengan rempah ini dapat mengurangi risiko tersebut. Pernyataan ini dibenarkan oleh Chef Rita Lizani. Selain daun thyme atau basil, Anda juga bisa menggunakan rempah asli Nusantara. Sebut saja kunyit atau jahe. “Namun, sebaiknya diulek supaya seratnya tetap utuh bukan diblender,” saran Rita.
Pada akhir acara yang pada kali itu mengangkat tema “Beef Up Your Healthy Daily Menu With Australian Beef” itu, Rita mendemonstrasikan resep aglio paprika. Bahan-bahan yang digunakan antara lain daging sapi dari Australia, margarin, dan bawang bombai, paprika, daun basil, serta garam, merica, dan gula.
Cara membuatnya cukup mudah, pasta direbus hingga matang dan tiriskan. Lalu panaskan margarin dan masukkan bahan-bahan daging giling, garam, merica, paprika, bawang bombai, dan sebagainya. Aduk rata, angkat. Terakhir, letakkan pasta dalam piring saji dan taburi dengan tumisan daging di atasnya.
Fakta ini terungkap saat acara Meat Up With Chef yang diselenggarakan KORAN SINDO bekerja sama dengan Meat Livestock Australia (MLA) pada Sabtu 14 Desember lalu di Jakarta Pusat.
Ahli gizi Emilia Achmadi menuturkan dirinya banyak menangani anak-anak usia sekolah yang orangtuanya mengeluh sang anak dicap malas lantaran sulit konsentrasi. Padahal, kesulitan berkonsentrasi bisa jadi lantaran tidak didukung asupan nutrisi yang maksimal, dalam diet keseharian sang anak tidak mendapat asupan zat besi. “Sehingga makanan yang dikonsumsi tidak dapat menstimulasi otak dengan optimal,” kata Emilia.
Perlu diketahui, pengembangan otak adalah salah satu manfaat zat besi. Sebab, suplai oksigen ke darah dibantu oleh zat besi dan otak menggunakan sekitar 20 persen oksigen darah, zat besi secara langsung berkaitan dengan kesehatan otak dan fungsi otak.
Di samping sulit fokus, kekurangan zat besi menyebabkan anak memiliki daya tahan tubuh yang rendah sehingga rentan terjangkit batuk, pilek, dan demam. Banyak orang berpikir, zat besi pada daging sapi bisa digantikan dengan zat besi pada sayuran hijau, bayam misalnya.
Padahal, sambung Emilia, zat besi yang terdapat pada sayuran hijau tua memiliki struktur kimia dan fungsi yang berbeda pada zat besi yang ditemukan pada daging. Dengan kata lain, zat besi pada daging merah tak tergantikan. Daging sapi juga mengandung zinc atau seng. Kekurangan zinc berujung pada anemia.
Sayangnya, banyak anggapan yang beredar di masyarakat bahwa daging merah tidak baik bagi kesehatan. Antipati terutama datang dari kalangan vegetarian. Padahal, para ahli gizi sepakat, sejatinya manusia harus mengonsumsi makanan yang beragam. Mengingat tak ada satu pun makanan yang mampu memenuhi segala nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Untuk itu, konsumsi daging merah tetap diperlukan. “Buah dan sayur dominan dikonsumsi, dengan tambahan kombinasi protein dari hewan dan nabati,” kata Emilia.
Pada kesempatan itu Emilia juga menampik anggapan daging sapi mengandung kolesterol tinggi. Sebaliknya, daging sapi berkualitas memiliki kadar kolesterol per gram jauh lebih rendah ketimbang dada ayam sekalipun. Termasuk daging kambing berkualitas. Daging sapi berkualitas juga mengandung omega 3 yang biasa ditemukan di ikan salmon.
Meski begitu, tetap ada batasannya. Emilia menyarankan untuk menyantap daging sapi tiga sampai lima kali dalam seminggu. “Takarannya 100 gram setiap makan,” tutur wanita yang doyan menyantap steak ini.
Untuk mengonsumsi daging sapi, Emilia menyarankan agar memilih daging yang benar dengan kualitas terjamin, pilih bagian yang tak berlemak, serta olahlah daging dengan menggunakan bumbu yang tepat. Rupanya fungsi rempah pada pengolahan daging tidak hanya memperkaya rasa, tapi juga ada manfaat lain, yaitu untuk mengurangi efek karsinogen yang dapat menyebabkan risiko kanker, jika daging dibakar.
Rempah-rempah seperti thyme ataupun daun basil memiliki kandungan antioksidan. Memarinasi daging dengan rempah ini dapat mengurangi risiko tersebut. Pernyataan ini dibenarkan oleh Chef Rita Lizani. Selain daun thyme atau basil, Anda juga bisa menggunakan rempah asli Nusantara. Sebut saja kunyit atau jahe. “Namun, sebaiknya diulek supaya seratnya tetap utuh bukan diblender,” saran Rita.
Pada akhir acara yang pada kali itu mengangkat tema “Beef Up Your Healthy Daily Menu With Australian Beef” itu, Rita mendemonstrasikan resep aglio paprika. Bahan-bahan yang digunakan antara lain daging sapi dari Australia, margarin, dan bawang bombai, paprika, daun basil, serta garam, merica, dan gula.
Cara membuatnya cukup mudah, pasta direbus hingga matang dan tiriskan. Lalu panaskan margarin dan masukkan bahan-bahan daging giling, garam, merica, paprika, bawang bombai, dan sebagainya. Aduk rata, angkat. Terakhir, letakkan pasta dalam piring saji dan taburi dengan tumisan daging di atasnya.
(hyk)