Ketika ponsel 'mengalahkan' tasbih

Senin, 09 Desember 2013 - 13:09 WIB
Ketika ponsel mengalahkan...
Ketika ponsel 'mengalahkan' tasbih
A A A
Sindonews.com - Ketika telepon seluler (ponsel) 'mengalahkan' tasbih, diperlukan gerakan literasi media yang lebih gencar dan masif. Ini untuk menumbuhkan sikap kritis masyarakat dalam mengonsumsi media akses masyarakat untuk memperoleh informasi semakin mudah, hanya dengan akses internet yang makin meluas.

Untuk mendapatkan informasi, hiburan dari TV misalnya makin gampang dengan menggunakan akses internet. Kemudahan itu disatu sisi positif dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat,
informasi dapat cepat diakses. Namun disisi lain, masyarakat harus tetap kritis dan cerdas

dalam mengonsumsi media karena tidak semua siaran atau konten media sehat dan cocok untuk dikonsumsi. Wakil Ketua KPID Sulawesi Barat Farhanuddin, mengatakan, literasi media menjadi
salah satu bahasan penting dalam konfrensi internasional media Islam di Jakarta pada tanggal 3-5 Desember 2013 lalu.

Menurutnya, ekses yang patut diperhatikan bagi semua atas semakin bebasnya masyarakat mengakses media dari dalam dan luar negeri adalah lepasnya kendali moral dan tanggung jawab sosial.

"Apalagi, selain media arus utama, masyarakat juga mengonsumsi informasi dan hiburan melalui media sosial seperti Facebook, Twiteer, Youtube dan lainnya. Literasi media yang dicanangkan dalam konfrensi internasional itu, sudah kami jalankan di KPID Sulbar. Selain kegiatan pengawasan siaran, fokus kegiatan kami selama ini juga adalah gerakan melek media. Agar masyarakat dalam mengonsumsi media tetap kritis,” kata Farhan dalam keterangan persnya, Senin (9/12/2013).

Konfrensi Internasional Media Islam itu kerja sama antara Rabitath Alam Islam (Liga Muslim Dunia) dengan UIN Syarif Hidayatullah dan Kementerian Agama RI. Tercatat peserta mencapai 400 orang dari 40 negara. Seperti Arab Saudi, Maroko, Sudan, Pakistan serta tuan rumah Indonesia. Para pemateri antara lain, mantan wapres Jusuf Kalla, pengusaha media yang juga presiden Inter Milan Erick Thohir, professor komunikasi media Nasya Bhafin, professor bidang media dari UNSW Australia.

Perhatian terhadap media sosial dalam konfrensi itu terkait dengan makin tingginya pengguna sosial media di kalangan umat Islam. Disebutkan, di Indonesia jumlah penduduknya (2012) mencapai 230 jiwa yang mayoritas adalah umat Islam. Lebih 50 juta orang secara aktif menggunakan aplikasi jejaring Facebook. Dan 30 juta orang lebih juga diketahui aktif berkicau di Twitter.

Pelanggan selular di tanah air bahkan sudah setara banyaknya dengan jumlah penduduk. Kini bahkan semakin banyak yang memiliki lebih dari satu ponsel atau lebih dari satu nomor selular. Di dunia Islam, pengaruh media sosial terlihat secara nyata saat revolusi Arab Spring yang tumbuh dan berkembang di kalangan anak muda melalui media sosial. Konfrensi membahas agar media baru berbasis internet dan media jejaring sosial, kontennya dapat sejalan dengan nilai–nilai Islam.

Farhan menjelaskan, Menteri Agama Suryadharma Ali di forum itu mengungkapkan bahwa masyarakat yang makin mudah mengakses media harus dididik. Agar media juga mengedepankan sikap tabayyun atau cek and ricek. "Dalam kehidupan sehari–hari, kita tidak bisa lagi lepas dari media baik
itu TV, radio, surat kabar, internet dan media sosialnya. ponsel yang ada di tangan kita saat ini, faktanya telah mengalahkan tasbih yang dulu sering kita bawa ke mana-mana,” kata Farhan, menirukan kalimat Suryadharma.

Sementara Indonesia dalam forum itu mengusulkan agar dibentuk media internasional. Seperti TV yang diharapkan dalam membawakan siaran aspirasi umat Islam, sekaligus menyebarkan informasi bahwa Islam adalah agama damai jauh dari kekerasan dan terorisme.

Terlibat penyadapan, izin operator telekomunikasi bakal dicabut
(lal)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0562 seconds (0.1#10.140)