KPAN pun cuci tangan soal Pekan Kondom Nasional

Kamis, 05 Desember 2013 - 07:10 WIB
KPAN pun cuci tangan...
KPAN pun cuci tangan soal Pekan Kondom Nasional
A A A
Sindonews.com - Seketaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) Kemal Siragar mengatakan, pemberhentian program Pekan Kondom NAsional (PKN) bukan semata-mata KPAN mengalah. Namun dirasa program ini menuai kontroversi.

Menurut dia, pemberian kondom merupakan salah satu kegiatan komperhensif dalam pencegahan HIV, namun di dalam penanganan HIV tetap diberikan edukasi terkait hal ini. “Jadi ini bukan mengalah sebaliknya kami meredam situasi agar tidak menimbulkan efek negatif lebih lanjut,” kata dia, di Jakarta, Rabu, 4 Desember 2013.

Dalam hal ini dia menegaskan, tidak akan melakukan evaluasi karena kegiatan bukan menjadi program KPAN, selain itu tidak ada biaya yang dikeluarkan oleh KPAN dalam acara yang seharusnya dilakukan dalam sepekan mendatang. Untuk itu, KPAN sedang melakukan proses laporan kepada DCT terkait perkembangan berita yang ada di jejaring sosial bahwa telah dibagikan kondom diluar program.

“Klarifikasi dan pemantauan masih terus dilakukan, kita terus cek dilapangan, tetapi kita tidak mengalah,” ujar Kemal.

Menurutnya, sebagai lembaga milik negara KPAN mendapatkan dana dari pemerintah, namun dana tersebut sangat terbatas untuk memberikan edukasi kepada masyarakat melalui media massa. Selama ini KPAN juga membagi-bagikan kondom di lokalisasi, pelabuhan, terminal dan orang yang beresiko tinggi. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat dapat sensitif bahwa kondom adalah alat kesehatan.

Pemberian kondom di tempat lokalisasi menjadi wajib dilakukan. Lobi-lobi yang dilakukan serta perhitungan dan strategi yang dilakukan KPAN agar para pelaku beresiko ini menggunakan kondom agar tidak menularkan virus HIV.

“Saya lupa berapa anggaran KPAN memberikan kondom kepada peresiko tinggi. Namun kita berikan sekitar 10%-15% sesuai kebutuhan di tempat tersebut,” kata dia.

Sementara itu, Kabid Promosi dan Pencegahan Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) DKI Jakarta Kristina mengatakan, secara medis pemberian kondom mempunyai dua fungsi yaitu untuk alat kesehatan dan alat KB. dalam hal ini, sebagai alat kesehatan kondom berfungsi untuk melindungi masuknya infeksi menular seksual dan virus HIV.

Menurut dia, kontroversi yang terajdi saat ini dikarenakan, masyarakat kita belum mampu menstigmakan kondom sebagai alat kesehatan. Namun, lebih dikaitkan dengan seks bebas dan melegalkan hubungan seks bebas.

“Kondom adalah salah satu alat kesehatan untuk menghindari menular seks dan HIV,” tandasnya saat dihubungi KORAN SINDO, kemarin.

Kristina mengatakan, pemberian kondom merupakan tindakan normatif yang dilakukan dan tidak salah sasaran. Saat ini jika dilihat banyaknya mahasiswa yang melakukan hubungan seks yang kebanyakan di tempat kosan mereka.

“Siapa yang bisa menjamin jika dikota-kota besar tidak ada seks bebas. Terminology promosi pencegahan itu benar. Yang salah itu stigmanya kepada kondom,” ucap dia.

Di Tahiland, angka penurunan penderita HIV dapat menurun setelah dilakukan promosi kondom digalakan. Hal ini dinilai efektif karena sosialisasi dan pembagian kondom ini dilakukan sampai ketingkat SD. Menurutnya, mereka harus diberikan pendidikan serta pengatahuan terkait bahaya HIV.

Saat ini, penderita HIV 80% nya penderita HIV berumur 24-25 tahun. Artinya 6-10 tahun sebelumnya mereka sudah terinfeksi. Mereka terserang sekitar umur 15-25 tahun yang pada saat itu kebanyakan mereka berada di sekolah dan kampus. “Beli kondom bukan berarti mau berhubungan seks kan,” tegasnya.

Cegah HIV/AIDS bukan dengan bagikan kondom
(lal)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2116 seconds (0.1#10.140)