Penguatan pendidikan agama di sekolah penting

Senin, 25 November 2013 - 16:46 WIB
Penguatan pendidikan agama di sekolah penting
Penguatan pendidikan agama di sekolah penting
A A A
Sindonews.com – Pengautan pelajaran agama dapat mengurangi kenakalan siswa saat ini. Hal ini dikarenakan rusaknya moral anak didik harus menjadi perhatian utama para guru di sekolah.

Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali mengatakan, penguatan mata pelajaran agama secara umum dan khususnya pendidikan agama menjadi upaya efektif penangkal demoralisasi siswa. Evaluasi pembelajaran siswa di sekolah semakin penting di saat semakin rusaknya moral anak didik. Sehingga penguatan PAI sebagai langkah pendalaman nilai agama siswa.

"Rusaknya moral siswa seperti tawuran antar pelajar, penggunaan narkoba dan kebebasan seksual terjadi karena pemahaman dan praktik keagamaan yang minim," Tandasnya saat membuka Gebyar Pentas Pendidikan Agama Islam ke-VI di Asrama Haji Bekasi, Senin (25/11/2013).

Menurut dia, dengan harapan para guru agama mampu berinisiatif pengajaran agama yang lebih efektif ke siswa. Dengan mengetatkan perhatian pada perilaku siswa. Selain itu, dia juga berharap bahwa pengajaran agama bukan lagi pada sebatas teori. Namun juga pada praktik ibadah yang baik.

"Guru PAI harus dapat memosisikan diri sebagai benteng moral anak-anak, selain dan jika para anak dalam praktik keagamaan, insya Allah moralnya bagus," kata dia.

Menag mengatakan, dalam kurikulum 2013 mata pelajaran pendidikan agama memiliki perubahan dalam konten pembelajaran dan waktu. Dengan penambahan mata pelajaran agama menjadi tiga jam yang sebelumnya hanya dua jam dimaksudkan dapat memfokuskan bukan hanya pada teori namun juga praktik ibadah keagamaan yang ditekankan.

Untuk itu, lanjut dia, tidak menutup kemungkinan jika sekolah akan menambah waktu ekstra untuk jam pelajaran praktik keagamaan. Dimaksudkan dengan penambahan waktu praktik ibadah keagamaan ini dinilai dapat menangkal siswa dari bahaya kerusakan moral serta menguatkan spiritual mereka.

Sehingga pemahaman agama siswa yang tadinya belum baik, berpotensi terombang-ambing dengan pandangan lain, dan termasuk ancaman keyakinan yang sesat sekalipun bisa ditangkal dalam proses penguatan PAI ini. Dengan tujuan peningkatan pemahaman siswa untuk mendapatkan praktik keagamaan yang benar.

"Dicontohkan seperti, membaca Alquran perlu ditambah dalam tempo dua kali 25 menit per minggu, sehingga siswa harus bisa menguasai baca Alquran demikian juga praktik keagamaan yang lain seperti berwudhu, sholat dan lainnya." Kata dia.

Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Nur Syam mengatakan, banyak orang yang selama ini menilai PAI telah gagal karena tidak mampu menjaga moralitas siswa dari perbuatan anarkisme, seks bebas, dan narkoba. Namun ini bukan berarti PAI harus dihilangkan.

"Ini justru momentum untuk memperkuat PAI di sekolah agar aksi anarkisme, seks bebas, dan markoba di kalangan pelajar bisa diminimalisir," terangnya.

Menurut dia, para guru PAI harus berpikir keras dan berusaha lebih optimal mengubah paradigma PAI yang saat ini sangat teoritis menjadi ilmu yang melekat pada siswa dalam kepribadiannya. Guru PAI bukan hanya mengajarkan agama sebagai mata pelajaran, tapi juga mengajarkan PAI sebagai bagian dari keberagamaan.

“Pengajaran PAI yang baru ini, selain siswa lebih sholeh secara keagamaan, tapi juga bisa mengamalkan agama dalam konteks bersosial dan masyarakat. Itu yang paling penting,” tegas dia.

Menag keluhkan anggaran pendidikan agama
(lal)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7770 seconds (0.1#10.140)