Pendidikan rendah ikut sumbang tingginya angka migrasi
A
A
A
Sindonews.com - Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan menilai sistem pendidikan di Indonesia masih banyak yang harus dibenahi. Dari jumlah sekolah saja, kata dia, masih seringkali sulit dijangkau.
Menambah jumlah sekolah, kata dia, bukan berarti membangun proyek baru. Tetapi dengan mengoperasikan tiap sekolah menjadi sekolah pagi dan sekolah siang.
"Apa sulitnya sekolah yang pagi lalu jadi sore. Kalau guru di Indonesia, sebenarnya jumlahnya relatif cukup, tapi distribusi tak merata. Kualitas gurunya juga harus ditingkatkan," katanya dalam acara Simposium Pendidikan Nasional 2013 di Kampus Universitas Indonesia (UI), Depok, Rabu (30/10/2013).
Tak hanya itu, kata Anies, infrastruktur pendidikan juga harus dibenahi. Ia optimis dalam lima tahun kedepan pembenahan tersebut sangat bisa dikerjakan.
"Di daerah pun dorongan sudah makin tinggi. Kesadaran untuk mengenyam pendidikan sudah makin tinggi," ungkapnya.
Anies menambahkan, yang menjadi persoalan saat ini justru banyak lulusan pendidikan rendah di luar daerah urban seperti Jabodetabek. Hal itu justru akan menambah masalah baru saat mereka memutuskan untuk bermigrasi ke kota besar seperti Jakarta.
"Yang sekarang sudah pendidikannya SMA tentu aman, kalau di Jabodetabek jumlah masyarakat pendidikan SMA sudah proporsional, jangan kita mengatakan hanya bicara urban. Justru di luar urban itu kita punya masalah. Dan itu yang menyebabkan migrasi ke Jakarta, justru banyaknya yang pendidikannya rendah," tukasnya.
Anies menilai, di Jakarta mereka dididik untuk menjadi warga urban tetapi di kampung tak ada pekerjaan dan dengan pendidikan yang rendah.
"Sudah lengkap tuh mereka membuat Jakarta malah jadi lebih padat. Calon bupati, calon gubernur yang berkampanye berjanji majukan pendidikan, itu juga bagus, didorong saja, kalau pernah berjanji, masukan saja di Youtube kan dan direkam, lalu tagih janjinya," tegasnya.
Baca berita:
Pendidikan berkualitas kunci majunya kelautan & perikanan
Menambah jumlah sekolah, kata dia, bukan berarti membangun proyek baru. Tetapi dengan mengoperasikan tiap sekolah menjadi sekolah pagi dan sekolah siang.
"Apa sulitnya sekolah yang pagi lalu jadi sore. Kalau guru di Indonesia, sebenarnya jumlahnya relatif cukup, tapi distribusi tak merata. Kualitas gurunya juga harus ditingkatkan," katanya dalam acara Simposium Pendidikan Nasional 2013 di Kampus Universitas Indonesia (UI), Depok, Rabu (30/10/2013).
Tak hanya itu, kata Anies, infrastruktur pendidikan juga harus dibenahi. Ia optimis dalam lima tahun kedepan pembenahan tersebut sangat bisa dikerjakan.
"Di daerah pun dorongan sudah makin tinggi. Kesadaran untuk mengenyam pendidikan sudah makin tinggi," ungkapnya.
Anies menambahkan, yang menjadi persoalan saat ini justru banyak lulusan pendidikan rendah di luar daerah urban seperti Jabodetabek. Hal itu justru akan menambah masalah baru saat mereka memutuskan untuk bermigrasi ke kota besar seperti Jakarta.
"Yang sekarang sudah pendidikannya SMA tentu aman, kalau di Jabodetabek jumlah masyarakat pendidikan SMA sudah proporsional, jangan kita mengatakan hanya bicara urban. Justru di luar urban itu kita punya masalah. Dan itu yang menyebabkan migrasi ke Jakarta, justru banyaknya yang pendidikannya rendah," tukasnya.
Anies menilai, di Jakarta mereka dididik untuk menjadi warga urban tetapi di kampung tak ada pekerjaan dan dengan pendidikan yang rendah.
"Sudah lengkap tuh mereka membuat Jakarta malah jadi lebih padat. Calon bupati, calon gubernur yang berkampanye berjanji majukan pendidikan, itu juga bagus, didorong saja, kalau pernah berjanji, masukan saja di Youtube kan dan direkam, lalu tagih janjinya," tegasnya.
Baca berita:
Pendidikan berkualitas kunci majunya kelautan & perikanan
(kri)