Dua pekan galau, SBY tak produktif
A
A
A
Sindonews.com - Sudah hampir dua pekan lebih, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kerap mengeluarkan komentar bernada emosi dalam pidato-pidatonya. Hal itu dilontarkannya hanya untuk sekedar menanggapi isu miring yang menimpa pemeritahannya dan Partai Demokrat.
Menurut Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti, sikap emosi SBY selama dua Minggu berturut-turut lantaran beban isu di pemerintahan maupun partainya ditanggung sendiri oleh SBY. Artinya, isu miring yang menerpa pemerintah dan partai memang tak mampu diselesaikan.
Bahkan, Presiden SBY cenderung menunjukkan sikap cemburu dan iri terhadap partai dan lawan politiknya yang terus-terusan menyerang pribadi dan keluarganya.
"Kita dihadapkan pada sikap SBY yang marah, jengkel, merasa dizalimi dan sekaligus cemburu atas situasi yang menimpa diri, keluarga dan partainya," ujar Ray saat dihubungi Sindonews, Jakarta, Minggu (27/10/2013).
Ray mencontohkan, rentetan kasus yang cukup mencolok menimpa pribadi SBY dan tak mampu diselesaikan seperti kasus Bunda Puteri, yang disebut mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq sebagai orang dekat presiden, serta yang terbaru perseteruannya dengan organisasi masyarakat (Ormas) Perhimpunan Gerakan Indonesia (PPI) bentukan eks ketua umum Demokrat, Anas Urbaningrum.
Dalam kasus Ormas PPI, SBY dinilai salah langkah dalam mengambil sikap. Sehingga, pidato dan komentar-komentarnya cenderung kurang produktif.
"Bahkan untuk membuktikan dirinya tak terkait dengan Bunda Putri, SBY mengerahkan intelijen negara," ungkapnya.
Seperti diketahui, saat konsolidasi nasional dan temu kader Demokrat, di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Presiden SBY kembali melontarkan kritik kepada lawan-lawan politiknya. Bahkan, SBY sempat menyinggung media yang dianggap juga ikut menyerang partai dan pribadinya.
Baca juga: Sikap SBY tak cerminkan Demokrat
Menurut Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti, sikap emosi SBY selama dua Minggu berturut-turut lantaran beban isu di pemerintahan maupun partainya ditanggung sendiri oleh SBY. Artinya, isu miring yang menerpa pemerintah dan partai memang tak mampu diselesaikan.
Bahkan, Presiden SBY cenderung menunjukkan sikap cemburu dan iri terhadap partai dan lawan politiknya yang terus-terusan menyerang pribadi dan keluarganya.
"Kita dihadapkan pada sikap SBY yang marah, jengkel, merasa dizalimi dan sekaligus cemburu atas situasi yang menimpa diri, keluarga dan partainya," ujar Ray saat dihubungi Sindonews, Jakarta, Minggu (27/10/2013).
Ray mencontohkan, rentetan kasus yang cukup mencolok menimpa pribadi SBY dan tak mampu diselesaikan seperti kasus Bunda Puteri, yang disebut mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq sebagai orang dekat presiden, serta yang terbaru perseteruannya dengan organisasi masyarakat (Ormas) Perhimpunan Gerakan Indonesia (PPI) bentukan eks ketua umum Demokrat, Anas Urbaningrum.
Dalam kasus Ormas PPI, SBY dinilai salah langkah dalam mengambil sikap. Sehingga, pidato dan komentar-komentarnya cenderung kurang produktif.
"Bahkan untuk membuktikan dirinya tak terkait dengan Bunda Putri, SBY mengerahkan intelijen negara," ungkapnya.
Seperti diketahui, saat konsolidasi nasional dan temu kader Demokrat, di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Presiden SBY kembali melontarkan kritik kepada lawan-lawan politiknya. Bahkan, SBY sempat menyinggung media yang dianggap juga ikut menyerang partai dan pribadinya.
Baca juga: Sikap SBY tak cerminkan Demokrat
(rsa)