Emosional tanggapi masalah, kredibilitas SBY dipertanyakan
A
A
A
Sindonews.com - Sosok misterius Bunda Putri, sampai saat ini belum juga terungkap. Sosok yang terungkap saat persidangan Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) di kasus dugaan suap impor daging sapi itu, terus menjadi perbincangan.
Pengamat politik dari Maarif Institute Fajar Rizal Ulhaq mengatakan, sangat disayangkan kenapa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sendiri justru yang langsung menghadapi serangan tersebut.
Di mana itu merupakan pernyataan Luthfi Hasan atau PKS dalam kasus daging. Seharusnya SBY tidak muncul menanggapi hal tersebut, cukup dengan perwakilan atau juru bicara (jubir)-nya.
"Ekspresi kemarahan beliau itu tentu mengundang tanya dan ini sangat merugikan kredibilitas
SBY," kata Fajar saat dihubungi Sindonews, Kamis (24/10/2013).
"Kepala negara bisa disebut berbohong, tentunya publik bisa menilainya dari kaca mata
media. Sangat disayangkan di akhir masa jabatan kepemimpinan beliau, jika harus diakhiri
dengan hal seperti ini," pungkasnya.
Sebelumnya, Jumat sore pekan lalu, SINDO Weekly mendapatkan kabar bahwa perempuan paruh baya yang diduga bernama Non Saputri itu menyambangi kantor Lumbung Informasi Rakyat atau Lira di bilangan Tebet, Jakarta Selatan.
Lira berawal dari Blora Center, organisasi relawan pendukung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Pemilu 2004 yang didirikan Sudi Silalahi dan Jusuf Rizal. Lira kini mengklaim sebagai lembaga non-partisan.
Sejak 2010, Saputri menjadi penasihat lembaga swadaya itu. Selain sebagai penasihat, Saputri menjabat Ketua Lira Hijau, salah satu sayap organisasi.
Salah seorang staf Lira sempat membantah keberadaan Saputri. Namun kemudian, Wakil Presiden Lira Bidang Polhukam, Imam Bogie Yudha Swara, mengakui Saputri sempat mampir di kantor itu selama dua jam sejak pukul 2 siang. “Dia datang untuk pertemuan biasa saja. Dia memang orang Lira,” kata Imam.
Dipicu sebuah rekaman penyadapan Komisi Pemberantasan Korupsi, nama Non Saputri pun menjadi bahan pembicaraan orang seantero negeri, dari Istana hingga warung kopi.
Rekaman penyadapan yang diputar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, beberapa waktu lalu, itu memperdengarkan percakapan tiga orang: Ridwan Hakim, anak Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hilmi Aminuddin, Luthfi Hasan Ishaaq, mantan presiden partai yang sama, dan seseorang yang disapa “Bunda”.
Dalam percakapan itu, “Bunda” tampak sangat berpengaruh. Dia bisa mengotak-atik posisi seorang pejabat negara. “Nanti saya ngomong sama Pak Lurah. Bener apa yang kamu bilang tentang Haji Susu itu. Sudah babat saja. Bunda gituin aja. Aman,” kata “Bunda” dalam perbicangan dengan Luthfi melalui telepon genggam milik Ridwan.
“Pak Lurah” dalam percakapan itu adalah panggilan yang biasa digunakan untuk menyebut Presiden Yudhoyono.
“Bunda Putri orang yang setahu saya sangat dekat dengan SBY. Dia sangat tahu informasi kebijakan reshuffle,” ujar Luthfi, terdakwa kasus suap impor sapi, saat didesak hakim Tipikor untuk menjelaskan identitas lawan bicaranya dalam rekaman tersebut, Kamis dua pekan lalu.
Kesaksian Luthfi kontan membuat Yudhoyono gusar. Malam harinya, di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Presiden tegas membantah Luhtfi. “1.000 persen Luthfi bohong,” kata Yudhoyono yang baru saja pulang usai menghadiri KTT Asia Timur di Brunei Darussalam, “Itu 2.000 persen bohong,” tambah Presiden, kali ini soal kesaktian Bunda Putri mempengaruhi kebijakan Pemerintah.
Baca berita terkait, Bunda Putri: Saya benar 3.000 persen.
Beredar SMS Partai Demokrat siap hadapi Anas.
Pengamat politik dari Maarif Institute Fajar Rizal Ulhaq mengatakan, sangat disayangkan kenapa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sendiri justru yang langsung menghadapi serangan tersebut.
Di mana itu merupakan pernyataan Luthfi Hasan atau PKS dalam kasus daging. Seharusnya SBY tidak muncul menanggapi hal tersebut, cukup dengan perwakilan atau juru bicara (jubir)-nya.
"Ekspresi kemarahan beliau itu tentu mengundang tanya dan ini sangat merugikan kredibilitas
SBY," kata Fajar saat dihubungi Sindonews, Kamis (24/10/2013).
"Kepala negara bisa disebut berbohong, tentunya publik bisa menilainya dari kaca mata
media. Sangat disayangkan di akhir masa jabatan kepemimpinan beliau, jika harus diakhiri
dengan hal seperti ini," pungkasnya.
Sebelumnya, Jumat sore pekan lalu, SINDO Weekly mendapatkan kabar bahwa perempuan paruh baya yang diduga bernama Non Saputri itu menyambangi kantor Lumbung Informasi Rakyat atau Lira di bilangan Tebet, Jakarta Selatan.
Lira berawal dari Blora Center, organisasi relawan pendukung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Pemilu 2004 yang didirikan Sudi Silalahi dan Jusuf Rizal. Lira kini mengklaim sebagai lembaga non-partisan.
Sejak 2010, Saputri menjadi penasihat lembaga swadaya itu. Selain sebagai penasihat, Saputri menjabat Ketua Lira Hijau, salah satu sayap organisasi.
Salah seorang staf Lira sempat membantah keberadaan Saputri. Namun kemudian, Wakil Presiden Lira Bidang Polhukam, Imam Bogie Yudha Swara, mengakui Saputri sempat mampir di kantor itu selama dua jam sejak pukul 2 siang. “Dia datang untuk pertemuan biasa saja. Dia memang orang Lira,” kata Imam.
Dipicu sebuah rekaman penyadapan Komisi Pemberantasan Korupsi, nama Non Saputri pun menjadi bahan pembicaraan orang seantero negeri, dari Istana hingga warung kopi.
Rekaman penyadapan yang diputar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, beberapa waktu lalu, itu memperdengarkan percakapan tiga orang: Ridwan Hakim, anak Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hilmi Aminuddin, Luthfi Hasan Ishaaq, mantan presiden partai yang sama, dan seseorang yang disapa “Bunda”.
Dalam percakapan itu, “Bunda” tampak sangat berpengaruh. Dia bisa mengotak-atik posisi seorang pejabat negara. “Nanti saya ngomong sama Pak Lurah. Bener apa yang kamu bilang tentang Haji Susu itu. Sudah babat saja. Bunda gituin aja. Aman,” kata “Bunda” dalam perbicangan dengan Luthfi melalui telepon genggam milik Ridwan.
“Pak Lurah” dalam percakapan itu adalah panggilan yang biasa digunakan untuk menyebut Presiden Yudhoyono.
“Bunda Putri orang yang setahu saya sangat dekat dengan SBY. Dia sangat tahu informasi kebijakan reshuffle,” ujar Luthfi, terdakwa kasus suap impor sapi, saat didesak hakim Tipikor untuk menjelaskan identitas lawan bicaranya dalam rekaman tersebut, Kamis dua pekan lalu.
Kesaksian Luthfi kontan membuat Yudhoyono gusar. Malam harinya, di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Presiden tegas membantah Luhtfi. “1.000 persen Luthfi bohong,” kata Yudhoyono yang baru saja pulang usai menghadiri KTT Asia Timur di Brunei Darussalam, “Itu 2.000 persen bohong,” tambah Presiden, kali ini soal kesaktian Bunda Putri mempengaruhi kebijakan Pemerintah.
Baca berita terkait, Bunda Putri: Saya benar 3.000 persen.
Beredar SMS Partai Demokrat siap hadapi Anas.
(maf)