Tingginya kasus rabies di Indonesia mencapai 84 ribu
A
A
A
Sindonews.com - Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) selama tahun 2012 di Indonesia terdapat 84.750 kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR). Hal ini menyebabkan korban sebanyak 137 jiwa, sehingga pemerintah dan juga Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk memprioritaskan penanggulangan rabies di Indonesia.
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama rabies mengatakan, rabies penyakit menular akut yang menyerang susunan saraf pusat dan dapat mengakibatkan kematian. Virus penyebab rabies adalah lyssa virus dari golongan rhabdovirus. Virus ini terdapat dalam air liur hewan penular rabies dan dapat menyerang semua hewan berdarah panas termasuk manusia.
Dia mengatakan, di Indonesia rabies pertama kali terdeteksi sejak tahun 1884 dan kasus rabies pada manusia pertama pada tahun 1894 di Jawa Barat.
"Sebanyak 98 persen kasus menularnya rabies pada manusia disebabkan oleh anjing dan sisanya sekitar 2 persen oleh kucing dan kera. Umumnya orang tertular melalui gigitan," tandasnya saat ditemui di Jakarta, Senin (7/10/2013).
Dari data yang disampaikan, beberapa provinsi di Indonesia yang rawan penularan rabies, yakni Bali dan Nusa Tenggara. Sejak tahun 2009 Provinsi Bali tercatat sebagai provinsi dengan korban jiwa akibat rabies terbanyak yakni 28 korban jiwa kemudian terjadi peningkatan jumlah korban jiwa pada tahun 2010 sebanyak 82 orang. Sementara di Nusa Tenggara Timur tercatat 25 orang meninggal dari 3.547 kasus gigitan anjing.
Menurut Tjandra, gejala rabies pada manusia dapat dikategorikan dalam empat tahapan atau stadium. Yakni stadium permulaan (prodormal), stadium rangsangan (sensoris), stadium gila (eksitasi) dan stadium lumpuh (paralisis).
Dengan masa inkubasi rabies pada manusia bervariasi pada umumnya sampai 3-8 minggu, tergantung dari jarak letak luka gigitan dengan otak.
"Mulanya seorang yang tertular rabies akan merasa lemah dan lesu. Setelah itu, akan berubah terlalu sensitif terhadap hal-hal tertentu seperti takut air atau cahaya matahari. Lalu memasuki stadium eksitasi penderita akan berteriak-teriak, melompat-lompat, sampai pada tahap kelumpuhan mulai dari kaki atau tempat tergigit sampai kelumpuhan organ pernafasan yang bisa menjadi penyebab kematian," tegasnya.
Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Andi Muhadir mengatakan, walaupun rabies bukan menjadi penyakit asing di Indonesia, tetapi masyarakat belum memiliki informasi yang cukup guna mengobati rabies.
"Masyarakat bisa mengobati dengan sabun atau deterjen di air mengalir selama 10-15 menit dan konsultasikan dengan pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksin anti rabies (VAR)," ujarnya.
Menurut dia, vaksinasi merupakan salah satu cara efektif untuk menurunkan kasus rabies pada manusia. Terdapat dua cara dalam pemberian vaksinasi yaitu vaksinasi preexposure yang melindungi orang yang berisiko tinggi terhadap rabies seperti dokter hewan, vaksinator, petugas laboratorium, petugas yang bekerja dengan hewan seperti penjaga taman nasional. Serta post exposure prophylaxis (PEP) yang diberikan setelah terjadi kontak dengan hewan yang diduga atau dikonfirmasi terinfeksi rabies.
Untuk itu pemerintah menargetkan Indonesia dapat terbebas dari rabies sampai pada angka 0 di 2020.
"Untuk mewujudkanya tentu saja membutuhkan dukungan penuh dari masyarakat dengan menerapkan sosialisasi pemerintah terhadap penanganan rabies," tegasnya.
Baca juga berita Anjing rabies serang 5 warga Bali.
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama rabies mengatakan, rabies penyakit menular akut yang menyerang susunan saraf pusat dan dapat mengakibatkan kematian. Virus penyebab rabies adalah lyssa virus dari golongan rhabdovirus. Virus ini terdapat dalam air liur hewan penular rabies dan dapat menyerang semua hewan berdarah panas termasuk manusia.
Dia mengatakan, di Indonesia rabies pertama kali terdeteksi sejak tahun 1884 dan kasus rabies pada manusia pertama pada tahun 1894 di Jawa Barat.
"Sebanyak 98 persen kasus menularnya rabies pada manusia disebabkan oleh anjing dan sisanya sekitar 2 persen oleh kucing dan kera. Umumnya orang tertular melalui gigitan," tandasnya saat ditemui di Jakarta, Senin (7/10/2013).
Dari data yang disampaikan, beberapa provinsi di Indonesia yang rawan penularan rabies, yakni Bali dan Nusa Tenggara. Sejak tahun 2009 Provinsi Bali tercatat sebagai provinsi dengan korban jiwa akibat rabies terbanyak yakni 28 korban jiwa kemudian terjadi peningkatan jumlah korban jiwa pada tahun 2010 sebanyak 82 orang. Sementara di Nusa Tenggara Timur tercatat 25 orang meninggal dari 3.547 kasus gigitan anjing.
Menurut Tjandra, gejala rabies pada manusia dapat dikategorikan dalam empat tahapan atau stadium. Yakni stadium permulaan (prodormal), stadium rangsangan (sensoris), stadium gila (eksitasi) dan stadium lumpuh (paralisis).
Dengan masa inkubasi rabies pada manusia bervariasi pada umumnya sampai 3-8 minggu, tergantung dari jarak letak luka gigitan dengan otak.
"Mulanya seorang yang tertular rabies akan merasa lemah dan lesu. Setelah itu, akan berubah terlalu sensitif terhadap hal-hal tertentu seperti takut air atau cahaya matahari. Lalu memasuki stadium eksitasi penderita akan berteriak-teriak, melompat-lompat, sampai pada tahap kelumpuhan mulai dari kaki atau tempat tergigit sampai kelumpuhan organ pernafasan yang bisa menjadi penyebab kematian," tegasnya.
Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Andi Muhadir mengatakan, walaupun rabies bukan menjadi penyakit asing di Indonesia, tetapi masyarakat belum memiliki informasi yang cukup guna mengobati rabies.
"Masyarakat bisa mengobati dengan sabun atau deterjen di air mengalir selama 10-15 menit dan konsultasikan dengan pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksin anti rabies (VAR)," ujarnya.
Menurut dia, vaksinasi merupakan salah satu cara efektif untuk menurunkan kasus rabies pada manusia. Terdapat dua cara dalam pemberian vaksinasi yaitu vaksinasi preexposure yang melindungi orang yang berisiko tinggi terhadap rabies seperti dokter hewan, vaksinator, petugas laboratorium, petugas yang bekerja dengan hewan seperti penjaga taman nasional. Serta post exposure prophylaxis (PEP) yang diberikan setelah terjadi kontak dengan hewan yang diduga atau dikonfirmasi terinfeksi rabies.
Untuk itu pemerintah menargetkan Indonesia dapat terbebas dari rabies sampai pada angka 0 di 2020.
"Untuk mewujudkanya tentu saja membutuhkan dukungan penuh dari masyarakat dengan menerapkan sosialisasi pemerintah terhadap penanganan rabies," tegasnya.
Baca juga berita Anjing rabies serang 5 warga Bali.
(lal)