Kontrasepsi pil dan suntik lebih diminati
A
A
A
Sindonews.com - Plt. Deputi Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN Wendy Hartanto mengatakan, berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, saat ini sebanyak 62 persen menggunakan alat kontrasepsi modern dan tradisional.
Dengan spesifikasi empat persen IUD, suntik 32 persen, susuk tiga persen dan pil 14 persen. "Untuk penggunaan IUD sendiri angkanya terus meningkat. Pada 1991 mencapai 13 persen, lalu menurun 10 persen, menurun lagi hingga 4 persen. Karena trennya banyak yang memilih suntik dan pil karena dianggap lebih praktis," katanya, saat ditemui di Kantor BKKBN, Minggu (22/9/2013).
Menurut Wendy, pemakaian alat kontrasepsi jangka pendek akan berisiko gagal lebih besar ketimbang IUD yang berjangka panjang. Hal ini disebabkan akseptor bisa saja lupa melakukan suntik KB yang dilakukan setiap bulan sekali.
Sehingga menyebabkan angka kegagalan metode suntik juga cukup tinggi mencapai 6/100. Artinya enam dari 100 penggunanya hamil setelah menggunakan suntik. Sedangkan untuk metode IUD, angka kegagalannya sangat rendah hanya 0,8 per 100.
"Padahal pemasangan IUD dan implant bagi akseptor tidak mampu diberikan secara gratis. Setiap tahun BKKBN mengalokasikan dana sebanyak Rp500 miliar untuk alat kontrasepsi, tetapi yang banyak yang memilih suntik dan pil," katanya.
Klik di sini untuk berita pengguna kontrasepsi masih rendah.
Dengan spesifikasi empat persen IUD, suntik 32 persen, susuk tiga persen dan pil 14 persen. "Untuk penggunaan IUD sendiri angkanya terus meningkat. Pada 1991 mencapai 13 persen, lalu menurun 10 persen, menurun lagi hingga 4 persen. Karena trennya banyak yang memilih suntik dan pil karena dianggap lebih praktis," katanya, saat ditemui di Kantor BKKBN, Minggu (22/9/2013).
Menurut Wendy, pemakaian alat kontrasepsi jangka pendek akan berisiko gagal lebih besar ketimbang IUD yang berjangka panjang. Hal ini disebabkan akseptor bisa saja lupa melakukan suntik KB yang dilakukan setiap bulan sekali.
Sehingga menyebabkan angka kegagalan metode suntik juga cukup tinggi mencapai 6/100. Artinya enam dari 100 penggunanya hamil setelah menggunakan suntik. Sedangkan untuk metode IUD, angka kegagalannya sangat rendah hanya 0,8 per 100.
"Padahal pemasangan IUD dan implant bagi akseptor tidak mampu diberikan secara gratis. Setiap tahun BKKBN mengalokasikan dana sebanyak Rp500 miliar untuk alat kontrasepsi, tetapi yang banyak yang memilih suntik dan pil," katanya.
Klik di sini untuk berita pengguna kontrasepsi masih rendah.
(stb)