Angka kerusakan gigi anak Yogyakarta capai 6,83%
A
A
A
Sindonews.com - Angka kerusakan gigi pada anak masih tinggi hingga saat ini. Faktor utama penyebabnya ialah masih rendahnya kesadaran orangtua untuk menjaga kesehatan gigi anak-anaknya, termasuk balita.
"Di DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) saja angka kerusakan gigi pada anak-anak mencapai 6,83 persen. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan di tingkat nasional yang mencapai 4,8 persen. Dan 75 persen dari kerusakan gigi pada anak disebabkan caries gigi," ujar dokter spealis gigi anak RSGM Prof Soedomo dr Emut Lukito SU SpLGA(K), Kamis, 19 September2013.
Ditemui disela-sela peringatan Bulan Kesehatan Gigi Nasional 2013 di rumah sakit setempat, Emut menuturkan, kondisi DIY memiliki angka kerusakan gigi pada anak cukup tinggi justru memungkinkan lebih banyak orang tua yang memeriksakan kesehatan gigi anaknya secara berkelanjutan. Faktor makanan yang dikonsumsi anak juga menjadi penyebab dari kerusakan gigi pada anak.
"Selain rendahnya edukasi dan perhatian orang tua, berbagai kerusakan gigi yang muncul juga disebabkan makanan yang dikonsumsi anak-anak. Banyak jenis makanan yang mengandung kadar gula tinggi dan merusak gigi anak. Karenanya orang tua juga wajib mulai memperhatikan makanan yang dikonsumsi anak-anak mereka," tuturnya.
Diungkapkan Emut, sebanyak 20 persen dari total pasien yang datang ke RSGM Prof Soedomo adalah anak-anak. Secara anatomi, gigi pada anak-anak terutama gigi susu sangat rentan terhadap kerusakan seperti gigi berlubang. Karenanya perawatan gigi sejak dini sangat diperlukan.
"Bila dibiarkan maka dapat menyebabkan rasa sakit, abses dan tanggal sebelum waktunya. Bahkan dapat menyebabkan tulang rahang tidak tumbuh secara maksimal. Ketika gigi permanen tumbuh maka tidak ada ruang yang cukup dan gigipun akhirnya tumbuh berjejal," jelasnya.
Sementara itu, Dekan FKG UGM Dr drg Erwan Sugiatno MS SpPros(K) mengungkapkan, fakultas tersebut menjalin kerjasama dengan sekolah untuk melakukan edukasi pada anak-anak akan pentingnya menjaga kesehatan gigi. Hingga saat ini sudah sekitar 30-an sekolah di DIY untuk perawatan gigi secara berkelanjutan.
"Selain peran orangtua, sekolah juga bisa mengedukasi pentingnya menjaga kesehatan gigi anak," imbuhnya.
"Di DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) saja angka kerusakan gigi pada anak-anak mencapai 6,83 persen. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan di tingkat nasional yang mencapai 4,8 persen. Dan 75 persen dari kerusakan gigi pada anak disebabkan caries gigi," ujar dokter spealis gigi anak RSGM Prof Soedomo dr Emut Lukito SU SpLGA(K), Kamis, 19 September2013.
Ditemui disela-sela peringatan Bulan Kesehatan Gigi Nasional 2013 di rumah sakit setempat, Emut menuturkan, kondisi DIY memiliki angka kerusakan gigi pada anak cukup tinggi justru memungkinkan lebih banyak orang tua yang memeriksakan kesehatan gigi anaknya secara berkelanjutan. Faktor makanan yang dikonsumsi anak juga menjadi penyebab dari kerusakan gigi pada anak.
"Selain rendahnya edukasi dan perhatian orang tua, berbagai kerusakan gigi yang muncul juga disebabkan makanan yang dikonsumsi anak-anak. Banyak jenis makanan yang mengandung kadar gula tinggi dan merusak gigi anak. Karenanya orang tua juga wajib mulai memperhatikan makanan yang dikonsumsi anak-anak mereka," tuturnya.
Diungkapkan Emut, sebanyak 20 persen dari total pasien yang datang ke RSGM Prof Soedomo adalah anak-anak. Secara anatomi, gigi pada anak-anak terutama gigi susu sangat rentan terhadap kerusakan seperti gigi berlubang. Karenanya perawatan gigi sejak dini sangat diperlukan.
"Bila dibiarkan maka dapat menyebabkan rasa sakit, abses dan tanggal sebelum waktunya. Bahkan dapat menyebabkan tulang rahang tidak tumbuh secara maksimal. Ketika gigi permanen tumbuh maka tidak ada ruang yang cukup dan gigipun akhirnya tumbuh berjejal," jelasnya.
Sementara itu, Dekan FKG UGM Dr drg Erwan Sugiatno MS SpPros(K) mengungkapkan, fakultas tersebut menjalin kerjasama dengan sekolah untuk melakukan edukasi pada anak-anak akan pentingnya menjaga kesehatan gigi. Hingga saat ini sudah sekitar 30-an sekolah di DIY untuk perawatan gigi secara berkelanjutan.
"Selain peran orangtua, sekolah juga bisa mengedukasi pentingnya menjaga kesehatan gigi anak," imbuhnya.
(lal)