Profesi dokter gigi minim
A
A
A
Sindonews.com - Perubahan dan tuntutan gaya hidup manusia modern saat ini menuntut pemenuhan kebutuhan atas dokter gigi dalam merawat penampilan gigi masyarakat urban.
Namun, jumlah dokter gigi di Indonesia sendiri belum memenuhi kelayakan rasio jumlah dokter gigi dengan jumlah penduduk.
"Profesi dokter gigi tergolong menjadi profesi yang menjanjikan karena jumlah dokter yang ada saat ini ternyata belum dapat memenuhi kebutuhan penduduk yang kian bertambah banyak," ujar Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Bambang Cipto MA, di YOgyakarta, Kamis 12 September 2013.
"Apalagi, sebagian besar dokter gigi lebih suka membuka praktek di Jawa dan kota-kota besar lainnya. Sehingga kebutuhan dokter gigi untuk daerah di luar Jawa dan daerah pinggiran akan tidak pernah terpenuhi," imbuhnya.
Sebelumnya, Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) mengeluhkan kualitas kesehatan gigi anak-anak Indonesia di bawah usia 12 tahun yang terus menurun. Hal ini dilihat pada kasus rata-rata gigi berlubang (karies) yang meningkat semenjak 2010.
Ketua PB PDGI Zaura Rini Anggraini mengatakan, pada tahun 1970-1980 setiap dua tahun rata-rata anak mengalami satu kasus gigi berlubang (karies), maka pada 2010-an bisa terjadi lebih dari dua kasus gigi berlubang setiap dua tahun.
Menurutnya, hal ini dikarenakan kesadaran merawat gigi generasi pada anak di masa dahulu sangatlah rendah. Namun, pola makan mereka sangat berbeda dengan anak pada masa sekarang. "Anak sekarang terlalu banyak makan atau minum bersoda dan yang mengadung zat pemanis dan asam sehingga gigi mereka banyak berlubang,” tandasnya saat ditemui di Jakarta, Minggu 8 September.
Namun, jumlah dokter gigi di Indonesia sendiri belum memenuhi kelayakan rasio jumlah dokter gigi dengan jumlah penduduk.
"Profesi dokter gigi tergolong menjadi profesi yang menjanjikan karena jumlah dokter yang ada saat ini ternyata belum dapat memenuhi kebutuhan penduduk yang kian bertambah banyak," ujar Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Bambang Cipto MA, di YOgyakarta, Kamis 12 September 2013.
"Apalagi, sebagian besar dokter gigi lebih suka membuka praktek di Jawa dan kota-kota besar lainnya. Sehingga kebutuhan dokter gigi untuk daerah di luar Jawa dan daerah pinggiran akan tidak pernah terpenuhi," imbuhnya.
Sebelumnya, Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) mengeluhkan kualitas kesehatan gigi anak-anak Indonesia di bawah usia 12 tahun yang terus menurun. Hal ini dilihat pada kasus rata-rata gigi berlubang (karies) yang meningkat semenjak 2010.
Ketua PB PDGI Zaura Rini Anggraini mengatakan, pada tahun 1970-1980 setiap dua tahun rata-rata anak mengalami satu kasus gigi berlubang (karies), maka pada 2010-an bisa terjadi lebih dari dua kasus gigi berlubang setiap dua tahun.
Menurutnya, hal ini dikarenakan kesadaran merawat gigi generasi pada anak di masa dahulu sangatlah rendah. Namun, pola makan mereka sangat berbeda dengan anak pada masa sekarang. "Anak sekarang terlalu banyak makan atau minum bersoda dan yang mengadung zat pemanis dan asam sehingga gigi mereka banyak berlubang,” tandasnya saat ditemui di Jakarta, Minggu 8 September.
(maf)