Fisipol UGM siapkan Indonesia menuju ASEAN Community
A
A
A
Sindonews.com - Menyadari akan terjadinya perubahan besar dengan berlakunya ASEAN Community 2015, Fisipol UGM berupaya mempersiapkan Indonesia menghadapinya. Tak hanya mempersiapkan dari sisi akademik, tapi juga masyarakat Indonesia sendiri.
"Menuju 2015, Indonesia sepertinya yang paling adem ayem saja. Padahal belum semua masyarakat kita menyadari implikasi besar dari ASEAN Community. Karenanya, melalui ASEAN Student Assosiation milik Fisipol, kami akan melakukan kegiatan yang menyasar masyarakat kecil," ujar Dekan Fisipol UGM Erwan Agus Purwanto di Yogyakarta, Kamis (12/9/2013).
Ditemui di sela-sela acara launching Fisipol Goes ASEAN, Erwan menuturkan, kegiatan yang menyasar pada masyarakat umum tersebut dalam rangka mensosialisasikan bagaimana ASEAN yang sebenarnya dan apa implikasi dari diberlakukannya ASEAN. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat juga bersiap diri menghadapinya.
"Kegiatan bisa dilakukan dengan melakukan pelatihan bagi UMKM, diskusi bersama, bahkan mengajak mereka belajar bahasa dari negara-negara ASEAN. Hal ini penting karena ASEAN Community tidak hanya domain bidang hubungan internasional, tapi akan menyinggung semua aspek kehidupan kita," tuturnya.
Dari sisi akademik, diungkapkan Erwan, kurikulum dan pembelajaran di Fisipol UGM pun akan berubah. Jika selama ini pembelajaran lebih terpaku pada Indonesia, kedepannya semua aspek akan dikaitkan dengan ASEAN. Hal tersebut guna mempersiapkan mahasiswa bertarung di level ASEAN.
"Perubahan kurikulum terakhir kami lakukan pada 2011 lalu. Saat ini sudah saatnya bersiap-siap untuk perubahan lagi. Dan semua perubahan kurikulum kali ini akan berbicara di level ASEAN, bukan lagi Indonesia," imbuhnya.
Untuk menuju level ASEAN tersebut, Fisipol UGM telah menginisiasi Pusat Kajian ASEAN bersama Kementerian Luar Negeri. Dan sebagai universitas yang ingin meningkatkan eksposur di internasional, menurut Erwan, Fisipol ingin membawa UGM lebih membumi dengan eksis di level ASEAN terlebih dahulu.
Dalam kesempatan yang sama, Sosiolog UGM Najib Azka membenarkan dampak besar yang pasti ditimbulkan dengan adanya ASEAN Community. Dampak yang paling konkret ialah bebas lalu lalangnya manusia dan barang di regional Asia Tenggara.
"Hal ini tentu memang lebih mengancam masyarakat di level menengah ke bawah jika mereka tidak memiliki kesiapan yang cukup. Namun memang kesiapan Indonesia secara keseluruhan masih kurang dibanding kesiapan negara ASEAN lainnya," ujarnya.
Menurut Najib, di saat Indonesia sibuk dengan dirinya sendiri, negara-negara ASEAN lainnya sibuk menguasai bahasa dan mengetahui Indonesia jauh lebih dalam. "Negara lain tentu menganggap negara kita potensial, termasuk dalam bisnis. Indonesia tentu mampu menjadi negara konsumen terbesar. Karenanya sudah saatnya kita bersiap diri," tuturnya.
"Menuju 2015, Indonesia sepertinya yang paling adem ayem saja. Padahal belum semua masyarakat kita menyadari implikasi besar dari ASEAN Community. Karenanya, melalui ASEAN Student Assosiation milik Fisipol, kami akan melakukan kegiatan yang menyasar masyarakat kecil," ujar Dekan Fisipol UGM Erwan Agus Purwanto di Yogyakarta, Kamis (12/9/2013).
Ditemui di sela-sela acara launching Fisipol Goes ASEAN, Erwan menuturkan, kegiatan yang menyasar pada masyarakat umum tersebut dalam rangka mensosialisasikan bagaimana ASEAN yang sebenarnya dan apa implikasi dari diberlakukannya ASEAN. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat juga bersiap diri menghadapinya.
"Kegiatan bisa dilakukan dengan melakukan pelatihan bagi UMKM, diskusi bersama, bahkan mengajak mereka belajar bahasa dari negara-negara ASEAN. Hal ini penting karena ASEAN Community tidak hanya domain bidang hubungan internasional, tapi akan menyinggung semua aspek kehidupan kita," tuturnya.
Dari sisi akademik, diungkapkan Erwan, kurikulum dan pembelajaran di Fisipol UGM pun akan berubah. Jika selama ini pembelajaran lebih terpaku pada Indonesia, kedepannya semua aspek akan dikaitkan dengan ASEAN. Hal tersebut guna mempersiapkan mahasiswa bertarung di level ASEAN.
"Perubahan kurikulum terakhir kami lakukan pada 2011 lalu. Saat ini sudah saatnya bersiap-siap untuk perubahan lagi. Dan semua perubahan kurikulum kali ini akan berbicara di level ASEAN, bukan lagi Indonesia," imbuhnya.
Untuk menuju level ASEAN tersebut, Fisipol UGM telah menginisiasi Pusat Kajian ASEAN bersama Kementerian Luar Negeri. Dan sebagai universitas yang ingin meningkatkan eksposur di internasional, menurut Erwan, Fisipol ingin membawa UGM lebih membumi dengan eksis di level ASEAN terlebih dahulu.
Dalam kesempatan yang sama, Sosiolog UGM Najib Azka membenarkan dampak besar yang pasti ditimbulkan dengan adanya ASEAN Community. Dampak yang paling konkret ialah bebas lalu lalangnya manusia dan barang di regional Asia Tenggara.
"Hal ini tentu memang lebih mengancam masyarakat di level menengah ke bawah jika mereka tidak memiliki kesiapan yang cukup. Namun memang kesiapan Indonesia secara keseluruhan masih kurang dibanding kesiapan negara ASEAN lainnya," ujarnya.
Menurut Najib, di saat Indonesia sibuk dengan dirinya sendiri, negara-negara ASEAN lainnya sibuk menguasai bahasa dan mengetahui Indonesia jauh lebih dalam. "Negara lain tentu menganggap negara kita potensial, termasuk dalam bisnis. Indonesia tentu mampu menjadi negara konsumen terbesar. Karenanya sudah saatnya kita bersiap diri," tuturnya.
(kri)