Olahan tempe jadi produk bernilai tinggi

Kamis, 12 September 2013 - 06:31 WIB
Olahan tempe jadi produk bernilai tinggi
Olahan tempe jadi produk bernilai tinggi
A A A
Sindonews.com - Cara pandang Muktiningsih guru SMPN 1 Terbuka Malang, Jawa Timur, ini patut ditiru. Guru Tata Boga ini mengajari siswanya untuk mengolah tempe agar menjadi makanan yang lebih berharga dari pada sekadar tempe goreng.

Dia menjelaskan, dari kedelai lokal yang banyak dijual di Malang, dia mengubah tempe menjadi brownies tempe, choco chips tempe, nastar tempe dan jus tempe.

Jus tempe? bagi yang baru mendengar pasti akan mengernyit mendengarnya. Namun Muktiningsih berpromosi, jus tempe itu baik untuk tubuh. Tempe yang sudah dikukus, diblender, lalu disaring ini dapat menurunkan kolesterol, membantu menyembuhkan diabetes dan juga mengatasi penyakit lambung.

"Lebih enak lagi meminumnya jika ditambahi es. Untuk menghilangkan bau langu, bau khas tempe, cukup ditambahkan perasan jeruk nipis ataupun jahe. Kedelai mengandung protein dan isoflavon yang membantu mengurangi kolesterol jahat," katanya disela penutupan Lomba Motivasi Belajar Mandiri (Lomojari) di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Rabu 11 September 2013.

Muktiningsih menuturkan, inspirasi tempe olahan ini bermula dari niat mereka ikut Lomojari. Ajang yang digelar Kemendikbud untuk memperkenalkan ke publik berbagai jenis keterampilan yang dimiliki siswa-siswi SMP Terbuka.

"Setiap tahun sekolah ini mengolah hasil alam Malang seperti labu kuning dan juga ubi ungu menjadi kudapan enak nan modern. Hasilnya, tahun ini SMPN 1 Terbuka Malang menjadi pemenang ke 3 Lomojari dan berhak mendapat hadiah uang Rp9 juta," ungkapnya.

Tak hanya itu, Mendikbud M Nuh yang bertandang ke stand mereka pun memborong produk kue yang mereka jual. Guru berjilbab ini mengungkapkan, tempe itu sudah menjadi makanan wajib warga Malang.

Bahkan hampir di sudut-sudut kampung itu berdiri tempat pengolahan tempe. Berbeda dengan kota lain, saking gemarnya mereka dengan tempe kedelai yang mereka tanam pun tak kalah dengan kedelai impor.

"Sebongkah tempe berkualitas bagus yang di Jakarta bisa dijual Rp4.000 di Malang bisa dibeli hanya dengan Rp2.000 saja. Saya ini penyuka tempe. Setiap hari makan tempe. Ya sarapan, ngemil atau makan malam harus tersedia tempe," ungkapnya.

Maka dia pun heran jika ada orang yang tidak menyukai kedelai lokal dan memilih yang impor sebagai bagan baku tempe. Bagi dia, kedelai asli Malang rasanya lebih gurih dari pada impor. Baginya, pembeda keduanya hanya di warna dimana kedelai impor lebih putih dibanding yang lokal.

"Jika pemerintah memberikan perhatian lebih ke petani kedelai maka para pengrajin tempe Indonesia tidak akan ketergantungan kepada kedelai impor," tandasnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9172 seconds (0.1#10.140)